Bab 38

33 2 0
                                        

"Alura! "

Baru saja Alura turun dari tangga Afniya sudah berteriak kencang dari ruang tamu. Dengan rasa kesal ia mendekati Afniya yang tampak sudah berpakaian rapi.

"Saya udah nunggu satu jam loh disini, kamu lelet banget bersiapnya, " gerutu wanita itu tajam.

Alura tidak menanggapi ucapan itu, ia tetap bungkam dengan mengenggam erat kedua tangannya.

"Ayo pergi, mereka sudah menunggu. " Afniya bangkit dari duduknya dan berjalan mendahului Alura. Alura pun berbalik badan dan mengikuti langkah kaki Afniya.

"Sampai disana jangan mengatakan sesuatu yang buat saya malu, mengerti? "

Alura hanya mengangguk mengiyakan. Ia mengalihkan kepalanya ke jendela mobil agar Afniya berhenti berbicara panjang. Kedua mata bulatnya menatap kosong ke arah jalanan yang tampak sangat padat dengan hiruk pikuk manusia, biasanya Alura akan berceloteh panjang dengan kemacetan ini namun sekarang ia sama sekali tidak mempermasalahkan itu karena saat ini hatinya masih di penuhi rasa bersalah pada Cakra.

Pikiran itu tidak bisa Alura abaikan begitu saja, ia terlalu jahat karena tidak bisa jujur pada Cakra karena takut mematahkan hati lelaki itu. Namun Alura pun belum siap jika kehilangan Cakra saat ini, jadi biarkan ia tetap menjalin hubungan dengan Cakra walaupun nantinya ia akan menikah dengan lelaki lain. Mungkin benar yang di katakan Afniya ia terlalu egois sebagai manusia.

"Turun, kita sudah sampai. "

Fokusnya terpecahkan dengan suara Afniya, Alura bergegas turun dari mobil sebelum wanita tua itu kembali mengeluarkan gerutuan panjang.

"Ayo masuk, mereka sudah menunggu di dalam. " Afniya menggandeng tangan Alura masuk ke dalam Restaurant itu.

Di dalam orang-orang tampak ramai, Afniya tampak menatap ke kanan dan kiri mencari orang-orang yang akan mereka temui hari ini.

"Sebenarnya mereka dari keluarga mana, nek? " tanya Alura akhirnya membuka suara melihat kesulitan Afniya mencari keluarga itu.

"Mereka berasal dari Keluarga Mentara. "

"Mentara? " lirih Alura, nama itu tampak tidak asing di telinganya.

"Ayo ikuti saya, mereka ternyata sudah memesan ruangan VIP untuk kita, " ujar Afniya memasukkan kembali ponsel yang sempat ia pegang untuk mengabari orang-orang itu.

Mereka berdua masuk lebih dalam, dan berhenti di satu ruangan yang tertutup rapat.

Cklek..

Afniya melangkah memasuki ruangan itu, diikuti oleh Alura dari belakang.

"Oh, anda sudah datang? " Seorang wanita tampak berdiri dan tersenyum hangat pada Afniya.

"Iya, maaf sudah membuat Anda semua menunggu. "

"Ayo, silahkan duduk, " ujar lelaki yang duduk di samping wanita itu.

Afniya menoleh pada Alura yang tampak menatap lurus ke arah lelaki muda yang akan menjadi calon suaminya itu.

"Hei, kenapa diam? Ayo duduk, " bisik Afniya menyenggol lengan Alura.

"O--oh iya nek. " Alura menarik kursinya dan duduk di hadapan lelaki muda itu. Saat ini wajahnya masih tampak syok dengan fakta yang baru temui hari ini. Lelaki muda itu, lelaki yang sangat ia kenali, lelaki yang pernah Alura sukai dari dulu namun rasa itu berakhir karena bertemu dengan Cakra.

Ya, lelaki itu bernama Laka Bumentara. Ia tampak menyunggingkan senyuman tipis pada Alura yang saat ini masih menampilkan ekspresi terkejut.

"Ngomong-ngomong Randa dan Carlina ada di mana, saya tidak melihat mereka ikut bersama anda dan putrinya? " Wanita itu tampak kebingungan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang