Setelah dua hari Haniya di rawat di rumah sakit pasca sadar, akhirnya Dokter mengizinkan Haniya pulang. Cakra dan Alura sedari tadi sibuk untuk mengeluarkan barang-barang Haniya dari mobil untuk membawanya masuk ke dalam rumah. Ya, mereka sudah sampai di rumah Cakra yang sederhana.
Alura meletakkan barang bawaannya di lantai rumah Cakra, dan setelah itu mendudukkan dirinya di lantai, ia sedikit lelah karena bolak-balik membawa barang.
"Capek ya? Lo istirahat aja biar gue yang bawa sisanya, " ujar Cakra sembari pergi keluar rumah. Alura hanya dapat mengangguk, karena ia pun tidak terbiasa sebenarnya membawa barang-barang yang berat.
"MANA IBU KAMU! "
Alura tersentak kaget, mendengar suara seorang wanita yang berteriak begitu keras dari luar, ia bergegas berlari untuk melihat apa yang terjadi. Mata Alura membulat lebar melihat wanita yang sangat tidak asing baginya.
"BAWA WANITA JALANG ITU KELUAR, SAYA INGIN BERTEMU DENGAN DIA! "
Rahang Cakra mengeras, ia mengepalkan kedua tangannya. Orang yang selama ini mereka cari akhirnya muncul sendiri, orang yang telah membuat ibunya koma di rumah sakit.
"Jangan harap saya akan mempertemukan ibu dengan anda, anda sudah menyakiti ibu saya hingga ia koma. "
Wanita itu tersenyum sinis, ia bertepuk tangan kecil. "Wah, bagus dong. Itu sudah konsekuensinya karena sudah menggatal pada suami saya. "
"Tutup mulut Anda! Jangan pernah mengatai ibu saya jika tidak mulut anda akan saya robek! " Wajah Cakra memerah menahan amarah yang meluap-luap, namun ia tahan agar tidak memukul wanita di depannya.
Alura masih diam mematung mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
"Tcih, berani kamu sama saya? Orang miskin seperti kalian ini bisa saya penjarakan jika berani menyentuh saya! " Wanita itu menatap Cakra dengan tatapan merendahkan. "Kamu dan ibu kamu tidak pantas untuk hidup di dunia ini, kalian hanya membuat kerusuhan dan kesusahan bagi kami! "
"Apa sebenarnya tujuan anda sehingga menganggu keluarga saya? " Cakra mencoba bertanya baik-baik, karena ia pun penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya pada Haniya dan wanita di depannya ini.
Mata wanita itu menajam. "Ibu kamu itu seorang pelakor yang merebut suami saya! "
"Apa maksud anda? Saya mengenal ibu saya dengan baik tidak mungkin ibu saya tega merampas suami orang lain."
Wanita itu terkekeh kecil, hingga sedetik kemudian ekspresinya kembali berubah sinis. "Apa yang kamu tau anak muda? Kau saja tidak tau 'kan siapa ayah kandung kamu? "
"Saya memang tidak tau ayah saya tapi itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan anda! "
"Tentu saja ada! " Teriak wanita itu. Ia mendorong bahu Cakra dengan telunjuknya. "Kamu---adalah anak haram dari suami saya dan wanita sialan itu! "
DEG!
Tubuh Cakra terpaku sesaat, hatinya bagai di hantam begitu keras mendengar pengakuan wanita itu. Rasanya sakit sekali seperti ada banyak belati yang menancap di dadanya. Haniya? Ibu yang selama ini melahirkan, merawat, dan membesarkannya mampu melakukan tindakan memalukan itu? Cakra menggeleng tidak percaya.
"Cakra! " Teriakan terdengar dari belakang Cakra, Haniya berlari mendekati Cakra yang mematung.
"Akhirnya kamu keluar juga wanita sialan! "
Haniya tidak memperdulikan ucapan wanita itu, ia hanya fokus pada Cakra saat ini. Ia dapat mendengar jelas apa yang baru saja di ucapkan wanita itu pada Cakra, Haniya tidak mau Cakra terpengaruh dan berpikir hal buruk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Status Sosial
ActionCakrawala Abirama "Setiap manusia itu sama, hanya berbeda takdir dengan manusia lainnya. " Cakrawala Abirama, hanya laki-laki sederhana bermata elang, berbadan tegap, dan memiliki wajah rupawan. Ia memiliki semua keindahan itu, namun tidak dengan ta...