Bab 24

8 2 0
                                    

Sudah seminggu lamanya Alura menjauh dari Cakra, dan dalam seminggu itu pun Alura berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengan Cakra ataupun berkontak mata dengannya.

Jujur ia rindu, rindu bercerita banyak hal pada Cakra, sekarang banyak hal yang ia pendam dan tidak tau ingin menceritakannya pada siapapun.

"Alura! "

Alura mendesah pelan, mendengar suara yang sangat ingin ia jauhi. Sosok itu datang menghampiri Alura dan duduk di samping gadis itu.

"Stop jauhin gue! Lo enggak capek menghindar terus? "

"Gue kecewa sama lo, lo ngerti 'kan? Jadi jangan paksa gue buat dekat lagi dengan lo maupun tante Ghea, " ujar Alura berbicara tanpa menatap Bara.

Helaan napas keluar dari mulut Bara.
"Gue tanya ke lo, salah gue apa? Salah kalau gue mempertahankan papa gue untuk tetap ada bersama mama--"

"Enggak salah kalau lo mau mempertahankan, tapi lo egois tau! "

Kedua alis Bara mengernyit tidak mengerti. "Kenapa malah egois? "

"Tentu aja lo egois, lo cuma pengen merasakan kasih sayang papa lo utuh untuk lo, tanpa memikirkan ada anak lain dari papa lo yang tersiksa! " Emosi Alura naik begitu saja, napasnya terengah-engah sangking marahnya.

Bara berdecih, matanya menatap nyalang Alura. "Cakra? Anak miskin itu dan ibunya enggak pantas buat bahagia, karena dia yang udah menghancurkan keluarga gue! "

PLAK...

Kepala Bara berdenging seketika ketika mendapat tamparan keras dari Alura. Alura pun tidak menyangka bisa melayangkan tamparan itu untuk Bara, ia menatap nanar tangannya yang bergetar.

"Lo nampar gue! " desis Bara.

"Lo yang keterlaluan! " teriak Alura.

Bara mencengkram kuat tangan Alura. "Cinta memang benar-benar membutakan lo ya! " bentak Bara tepat di depan wajah Alura.

"Makanya Berhenti! Berhenti merendahkan Cakra dan Ibunya! Sejak kapan lo jadi se-brengsek ini, ha? " Alura memandang kecewa Bara. "Bara yang gue kenal enggak pernah sekalipun menghina orang lain. Tapi sekarang, why Bara? " lirih Alura.

Tangan Bara semakin kuat mencengkram pergelangan tangan Alura. "Gue ngelakuin ini buat keutuhan keluarga gue, gue enggak mau mama hancur lagi karena mereka berdua. Udah cukup gue lihat mama yang mau bunuh diri karena papa yang nemuin wanita itu diam-diam. Lo mana tau gimana rasanya melihat mama lo ingin menghabisi nyawanya sendiri karena papa lo nemuin wanita masa lalunya? "

Alura terkesiap. Bunuh diri? Ia sama sekali tidak tau tante Ghea sampai segitunya hingga nyaris bunuh diri. Ia menatap lekat wajah Bara, tidak ada kebohongan di dalam sana, itu artinya Bara memang serius dengan ucapannya.

"Lo diem 'kan? Enggak bisa jawab? Sebelum menghakimi orang lain, seharusnya lo harus merasakan apa yang orang lain rasakan! " Bara melepaskan cekalan tangannya dan berdiri hendak pergi.

Namun tiba-tiba saja Cakra muncul dari balik dinding yang berada di belakang Alura, ia berjalan menghadang jalan Bara. Tatapan matanya tajam, ia bergantian menatap Bara dan Alura, hingga kemudian tatapan matanya berhenti pada Alura.

"Apa maksud lo barusan? Gue dan Bara saudara seayah? "

Alura langsung berdiri begitu saja, jantungnya berdebar begitu kencang. Ia syok karena Cakra tiba-tiba saja datang, kemungkinan besar Cakra mendengar percakapannya dengan Bara.

"Jawab gue! " bentak Cakra.

Bara mendorong tubuh Cakra, membuat Cakra oleng ke belakang.

"Lo enggak ada hubungan darah sama gue, gue enggak sudi sama sekali di bilang satu papa sama lo! " ujar Bara menaikkan dagunya.

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang