Bab 29

12 2 1
                                    

"Gue kayaknya setuju sama ucapan lo yang di rumah sakit tadi, " tukas Cakra pelan.

"Ucapan gue yang mana? " tanya Alura bingung, sebab tadi di rumah sakit ia banyak berbicara pada Cakra.

Cakra menjauhkan kembali kepalanya dari pundak Alura, ia menatap lekat wajah manis milik gadis itu. "Lo--mau nggak komitmen sama gue? " Bukannya menjawab pertanyaan Alura, Cakra malah mengajukan pertanyaan yang membuat jantung Alura seketika berhenti sedetik.

"K---komitmen? "

Cakra mengangguk membenarkan.

"Tadi lo tolak kenapa sekarang malah ngajak gue! " protes Alura tidak terima, ia merasa di permainkan.

Cakra meraih satu tangan Alura dan mengenggamnya erat. "Gue berusaha buat mengikhlaskan lo dengan laki-laki lain tapi nyatanya gue nggak kuat, " tukas Cakra pelan.

"Apa ini ada kaitannya sama Laka? " tanya Alura penasaran.

"Hm."

Alura berdecak. "Tapi gue nggak mau komitmen ama lo! " serunya.

Alis Cakra menekuk. "Tadi lo bilang pengen komitmen sama gue, kenapa sekarang nggak mau? " tanyanya tidak terima.

"Oh ucapan gue tadi? Itu udah basi sekarang gue nggak mau! " Alura menjulurkan lidahnya.

Cakra terkekeh kecil melihat itu. "Yakin nih di tolak? Lo harusnya sujud syukur karena ini pertama kalinya gue ajak cewe komitmen. "

Gadis mungil itu mengerucutkan bibirnya, membuat Cakra menjadi semakin gemas melihatnya. "Idih, emang ada yang mau sama lo selain gue? " Alura memicingkan kedua matanya.

"Banyak, apa perlu gue sebutin satu persatu cewe yang pernah nembak gue? " Cakra menatap jengkel Alura.

Mata Alura membulat lebar, tidak menyangka seorang cewek berani menembak laki-laki terlebih dahulu. "Demi apa? Nggak mungkin ada cewe seberani itu nyatain perasaannya duluan! "

"Tck, terserah kalau nggak percaya. "

"Apaan tuh, terus kenapa nggak lo terima? "

Kerutan di kening Cakra terlihat. "Pertanyaan bodoh, gue tolak karena gue nggak suka, " keluhnya.

Alura memainkan satu tangannya yang masih di genggam Cakra. "Umh, emang sekarang lo suka sama siapa? " cicitnya malu-malu.

Cakra seketika langsung menoleh ke arah Alura, senyumnya langsung terbit begitu saja melihat wajah gadis di sampingnya saat ini bersemu merah dengan bibir mungilnya yang ia gigit.

"Gemes banget sih. " Tidak tahan dengan tingkah laku gadis itu, Cakra langsung saja mengacak pucuk kepala Alura dengan lembut.

"Jangan pegang-pegang sembarangan!" pekik Alura menjauhkan tubuhnya dari Cakra, warna merah di pipinya sepertinya sudah menjalar ke seluruh wajah karena perlakuan Cakra barusan.

Cakra semakin gemas saja melihat reaksi gadis itu, ia ingin menarik Alura dan memeluk gadis itu erat-erat namun melihat wajah Alura niatnya menjadi urung.

"Lo belum jawab ajakan gue, " ujar Cakra kembali berbicara.

Tanpa sadar bibir Alura mengurucut. "Nggak romantis lo bilangnya! " seru gadis itu.

"Tcih, buat apa romantisan segala buat nyatain perasaan? "

Alis Alura menukik tajam. "Ya memang harus gitu 'kan? "

Cakra menghela napas. "Terus nanti waktu gue udah buat dekor romantis, terus lo nggak nerima gimana? Apa nggak malu gue? "

Mulut Alura menganga lebar mendengar ucapan Cakra. Ia menatap sebal laki-laki itu, Cakra memang orang yang tidak mau ribet. Laki-laki itu lebih menyukai hal yang simple tapi ini terlalu simple bagi Alura.

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang