Bab 30

7 2 0
                                    

Tak..
Tak..

Benturan keras terdengar mengenai jendela kaca Alura, ia yang sedang memainkan ponsel langsung beranjak mendekati jendela dan membuka jendela itu karena tau siapa yang barusan mengetuk jendelanya.

Cklek..

Alura membuka jendela dan melihat Cakra yang dengan mudah melompat menaiki pembatas rumahnya dan masuk ke balkon. Ketika membalikkan badan ia terkejut sudah melihat Alura berdiri di dekat jendela, namun Cakra langsung salah fokus menatap wajah Alura yang penuh dengan luka lebam.

"Boleh gue masuk? "

Alura mengangguk, ia meminggirkan tubuhnya memberi Cakra ruang untuk masuk ke dalam kamarnya. Lelaki itu masuk ke dalam dan Alura langsung menutup jendelanya kembali.

"Lo nekat banget, sumpah! " gerutu Alura. Pasalnya ketika hendak menutup jendela ia melihat satpam yang menjaga gerbang tengah berjalan ke arah balkon kamarnya dengan senter yang ia pegang, mungkin satpam itu mendengar benturan keras yang Cakra lempar.

"Lo dengar nggak sih! " seru Alura kesal karena Cakra tak menanggapi ucapannya.

"Ssst, sakit gini lo masih berisik juga ya, " ujar Cakra mengernyitkan alis tebalnya.

Alura menghela napas. "Lo bawa apa itu? " Kedua matanya menatap kantong plastik yang sedang Cakra genggam saat ini.

"Gue bawa martabak buat lo, kesukaan lo 'kan? " Cakra mengangkat tinggi plastik itu.

Mata Alura langsung berbinar mendengarnya, bak anak kecil ia mengangguk senang. "Suka suka! "

"Tapi sebelum itu obatin dulu luka lo, kotak P3K lo di mana? "

Alura langsung saja meraih kotak yang sudah ia siapkan di kasur dan memberinya pada Cakra.

"Kita obatin di sofa itu aja ya, " tunjuk Cakra sembari melangkah di ikuti oleh Alura dari belakang.

"Coba gue lihat, " pinta Cakra sembari menyentuh dagu Alura dan menelisik luka-luka di wajah itu. "Selain wajah, lo di pukul di mana lagi? "

Alura memperlihatkan kedua tangannya yang tertutupi baju lengan panjang. Cakra menahan napasnya melihat lebam itu berada di kedua tangan Alura.

"Ini udah termasuk kekerasan, lo nggak mau lapor? " Darah Cakra rasanya mendidih melihat luka lebam itu.

"Nggak usah, lagian kalau gue lapor pun nggak bakalan mampan nenek punya banyak backingan, malahan gue yang bakalan di gampar sama dia, " gerutu Alura.

Cakra menghela napas, memang kenyataannya orang berduit akan tetap menang sebesar apapun masalahnya.

"Sakit banget! " pekik Alura tertahan ketika Cakra memberikan sedikit obat itu ke wajahnya. "Pelan-pelan dong! " protesnya.

"Kalau sakit gigit bahu gue aja buat melampiaskan rasa sakit lo, " perintah Cakra lembut. Ia kemudian beralih mengobati tangan kanan Alura yang terlihat lebih banyak di penuhi luka daripada di wajah. "Gue bakalan ngasih salep disini, lo kalau nggak kuat gigit gue ya? "

Alura mengangguk. "Oke---"

Cakra kemudian kembali membubuhkan obat itu ke tangan Alura, Alura terpekik dan langsung menggigit lengan Cakra kuat menyalurkan rasa sakit yang ia rasakan.

Lelaki itu meringis kecil namun tetap membubuhkan salep itu, ia melirik Alura yang saat ini semakin mengencangkan gigitan di lengannya.

Cakra terus mengoleskan salep pada luka Alura hingga semua luka gadis itu sudah tertutup sempurna. Alura melepaskan gigitan di lengan Cakra namun ia sedikit terkejut melihat bekas gigitannya membekas di lengan putih Cakra.

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang