Usapan lembut pada kepalanya membuat Alura menengok ke samping. Di lihatnya Cakra tengah duduk di kasur dengan baju koko berwarna putih serta peci berwarna hitam.
"Abang---udah di kubur? " Tenggorokan Alura rasanya tercekat ketika menanyakan itu.
Anggukan Cakra layangkan menjawab pertanyaan Alura.
"Udah makan? " tanya Cakra lembut.
"Udah, " lirih Alura dengan meremas selimut.
Helaan napas Cakra layangkan ketika melihat gerak-gerik kebohongan pada Alura. "Beneran? " tanya Cakra kembali dengan penekanan.
Alura semakin meremas selimutnya melihat tatapan mengintimidasi itu. "B--beneran kok. "
"Tunggu sini, gue mau tanya tante Carlina lo beneran udah makan atau belum, " ujar Cakra bangkit dari duduknya.
Namun tarikan pada lengannya membuat ia menoleh pada Alura. Satu alis Cakra terangkat naik. "Apa? "
"Iya-iya gue belum makan, " jawab Alura cepat.
Cakra mendengkus, sudah ia duga gadis di depannya ini berbohong. "Yaudah gue ambilin ya? "
Alura menggeleng. "Nanti aja, gue belum lapar. "
"Harus sekarang! " titah Cakra mendelik tajam.
Aliran menggeleng keras. "Gak mau! "
"Alura, " panggil Cakra penuh penekanan.
Alura langsung menunduk, ia mengubah posisinya menjadi memeluk lututnya sendiri dan membenamkan kepalanya disana. Cakra yang melihat itu langsung duduk kembali.
"Nggak mau makan sekarang? Yaudah nggak masalah, tapi nanti makan ya," tukas Cakra mengalah. Ia mengelus rambut Alura lembut.
"Hiks---"
Tangisan kecil itu terdengar di telinga Cakra, tangannya yang semula mengelus rambut gadis itu berhenti. "Maaf, gue buat lo nangis ya? " tanyanya merasa bersalah.
Alura menggeleng. "Ng--ngak kok. "
"Masih nangisin Bara? "
Alura diam, tidak menjawab. Cakra mengangguk mengerti melihat keterdiaman itu.
"Sini sama gue, jangan pendam masalah lo sendirian. " Cakra menarik lembut wajah Alura. Dari jarak sedekat ini Cakra dapat melihat seberapa bengkaknya mata gadis itu.
"Masih mau nangis? " tanya Cakra lirih.
Alura menggigit bibirnya keras, mencoba menahan tangisan yang menyesakkan dadanya. "Ngg--nggak."
Cakra menghela napas, ia meraih kepala itu untuk bersandar ke dada bidangnya. "Gue kasih kesempatan sekali lagi buat lo nangis, tapi setelah ini jangan lagi ya? Kasihan mata indah lo jadi bengkak gini. "
Alura menutup matanya, merasakan pelukan hangat Cakra setidaknya sedikit mengurangi rasa sakit di hatinya.
Jrashh....
Mata Alura membulat lebar mendengar suara itu, ia sontak mendorong tubuh Cakra.
"Kenapa? " tanya Cakra terkejut. Ia menatap heran Alura yang berlari mendekati jendela.
"Lo lihat apa? " tanya Cakra lagi sembari beranjak mendekati Alura yang tengah menyibak gorden. "Nggak ada apa-apa, lo kenap---" Cakra tampak terkejut melihat bulir-bulir air mata sudah menetes ke pipi Alura.
"Hei, kenapa nangis? " Wajah Cakra tampak panik.
Alura menoleh pada Cakra, bibirnya tampak gemetaran. "Kasihan Bara, dia pasti ketakutan saat ini, Bara paling takut sama hujan lebat dan petir--" lirihnya pilu. Wajah gadis itu berubah sendu dengan air mata yang menetes kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Status Sosial
ActionCakrawala Abirama "Setiap manusia itu sama, hanya berbeda takdir dengan manusia lainnya. " Cakrawala Abirama, hanya laki-laki sederhana bermata elang, berbadan tegap, dan memiliki wajah rupawan. Ia memiliki semua keindahan itu, namun tidak dengan ta...