Bab 14

13 2 2
                                    

"Kalau jantung gue berdetak kencang di dekat lo, itu maksudnya apa? "

Alura meneguk ludahnya kasar, apa yang di ucapkan Cakra barusan sukses membuat ia merinding seketika. Alura sontak saja menjauhkan wajahnya dari Cakra, ia menepuk lengan laki-laki itu dengan keras.

"Lo---lo bilang apa sih, gaje banget. " Alura tertawa garing.

Namun Cakra masih tetap menunjukkan wajah serius. "Gue nggak bercanda. "

Alura berdehem. "Lo--nggak mau pulang bentar buat ambil keperluan? "

"Jangan mengalihkan pembicaraan." Suara Cakra terdengar tegas.

"Gue--nggak mengalihkan pembicaraan ya! " Karena malu Alura tidak sengaja meninggikan suaranya, saat ini pipinya terasa panas, ia menduga pasti pipinya sudah memerah menahan malu.

Cakra terkekeh kecil, ia bangkit dari duduknya. "Bercanda, wajah lo merah banget tuh. Gue pergi dulu bentar, lo tunggu di sini. "

"Pergi kemana? "

"Mau jemput Aylin di parkiran, dia mau jenguk ibu. "

Alura menunduk. "Oke."

Suara langkah kaki Cakra terdengar menjauh, Alura kembali menegakkan kepalanya dan menatap punggung Cakra yang mulai menjauh, nyatanya punggung tegap itu tidak akan pernah menjadi sandarannya.

****
Cukup lama Alura menunggu Cakra datang, entah apa yang Cakra lakukan bersama Aylina sekarang padahal Cakra cuman bilang ingin menjemput Aylina di parkiran.

Seorang Dokter keluar dari ruangan Hinaya, ia datang menghampiri Alura.

"Permisi, apa anda keluarga pasien? "

Alura sontak berdiri. "E--eh, iya dok. " Karena gugup Alura langsung mengiyakan begitu saja.

Dokter itu tersenyum. "Ibu Hinaya sudah sadar, jika ingin melihat kondisinya kami persilahkan. "

Mata Alura berbinar. "Baik dok, Terima kasih banyak. "

Dokter itu mengangguk, ia mengucapkan permisi dan segera pergi dari tempat itu.

Alura buru-buru mengambil ponselnya dan menelpon Cakra.

"Kenapa? "

"Cakra lo di mana? "

"Gue lagi makan di kantin sama Aylin."

Alura terdiam sebentar, padahal ia belum makan sedari pagi tapi Cakra sama sekali tidak ada niatan untuk mengajak ia makan bersama.

"Kenapa nelpon? "

"Eh--oh itu, ibu lo udah bangun dari koma, ayo cepat kesini! "

"Serius? Oke, gue kesana. "

Tut..

Alura terduduk lemas di kursi, sudah seminggu ia menginap di RS menemani Cakra, ia dan Cakra hanya akan pulang sebentar untuk pergi ke sekolah dan setelah itu kembali lagi ke RS, dan itu Alura lakukan untuk menebus rasa bersalahnya pada Cakra, tapi ia pun kini mulai sadar bahwa tidak hanya menebus rasa bersalah pada Cakra tapi Alura memang tulus melakukannya untuk menemani Cakra yang sendirian.

Suara langkah kaki terdengar, Alura menoleh ke samping melihat Cakra dan Aylina yang berjalan tergesa-gesa. Tanpa memperdulikan Alura yang duduk, Cakra dan Aylina masuk begitu saja ke ruangan Hinaya. Alura terperangah, apa Cakra tidak menganggap kehadirannya di sini?

Pintu ruangan di tutup begitu saja, ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam. Rasanya sakit, dada Alura terasa di tusuk-tusuk, mengapa Cakra mengabaikannya begitu saja? Namun Alura mencoba untuk berpikir positif, mungkin saja Cakra terlalu bahagia mendengar keadaan Hinaya itu sebabnya Cakra tidak menyadari Alura.

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang