Bab 28

11 1 0
                                    

Alura menyeka air matanya dengan kasar, ia melirik Cakra yang hanya diam menatapnya tanpa mencoba menenangkan. Hatinya semakin terluka melihat itu, padahal ia butuh sandaran saat ini namun Cakra seolah tidak peduli seakan menegaskan bahwa Alura tidak boleh bersandar lagi pada laki-laki itu setelah ini.

"Gue mau pulang, " lirihnya dengan suara serak.

Cakra mengangguk mengerti, ia kembali berdiri. "Bisa jalan sendiri 'kan? "

Alura tidak menjawab, dengan tubuh yang masih lemas ia berusaha untuk berdiri di samping Cakra. "Ini di rumah sakit mana? " tanya Alura mengikuti Cakra yang kini berjalan keluar dari ruangan.

"Rumah Sakit Cempaka yang dekat sama sekolah, " jawab Cakra dengan tatapan lurus ke depan, ia sama sekali tidak melirik Alura yang saat ini kesusahan menyamai langkahnya.

Guratan kesal muncul di kening Alura, apa Cakra sadar bahwa saat ini Alura masih sakit? Setidaknya jika laki-laki itu tidak mau membantunya, Cakra bisa berjalan dengan pelan, namun sekarang Cakra terlihat tergesa-gesa seperti tengah di kejar sesuatu.

Sibuk dengan lamunannya, Alura tidak menyadari ada seorang laki-laki yang tengah bermain ponsel dan tanpa melihat Alura yang berjalan cepat.

Bruk..

Tubuh besar itu bertubrukan dengan keras pada tubuh Alura membuat gadis mungil itu terpental jatuh ke bawah. Ringisan kecil keluar dari bibirnya, rasa sakit di kepala bagian belakangnya terasa ngilu.

"Jalan lihat-lihat dong! " bentak laki-laki itu, ia segera berdiri dan pergi dari tempat itu tanpa membantu Alura yang masih terbaring. Lorong rumah sakit saat ini sangat sepi, hingga tidak ada satu pun yang menolong.

"ALURA! " Cakra datang berlari menemui Alura. "Lo habis jatuh? " tanyanya dengan wajah panik.

Dengan kasar Alura menepis tangan Cakra yang hendak menyentuhnya, ia dengan sisa tenaga yang tersisa mencoba berdiri.

"Biar gue bantu. " Cakra kembali hendak menyentuh Alura, namun lagi-lagi tangannya di tepis dengan kasar menimbulkan rasa kesal pada diri Cakra. "Lo kenapa sih? Gue cuma mau bantu! "

Alura menepuk-nepuk celananya yang terkena debu, dan tanpa menjawab apapun ia berlalu pergi meninggalkan Cakra yang terlihat bingung dengan sifat gadis itu.

"Alura tunggu! "

Cakra berlari mengejar Alura yang menghilang begitu cepat, hingga kemudian ia melihat Alura yang saat ini tengah berdiri di pinggir jalan.

"Ayo gue antar pulang, kebetulan tadi gue pinjam mobil Pak Athar buat bawa lo kesini, " jelas Cakra berdiri di samping Alura.

"Nggak usah, " jawab Alura ketus. "Lo pulang sana! "

"Lo kenapa sih? Marah tiba-tiba ke gue tanpa ada alasan yang jelas. " Kali ini Cakra mulai jengkel, ia tidak mengerti mengapa Alura tiba-tiba bersikap ketus terhadapnya.

"Pikir sendiri, punya otak 'kan? "

Cakra menghela napas kasar. "Ayo gue antar--"

"ALURA! " Seorang laki-laki bertubuh tinggi datang menghampiri kedua orang itu dengan senyuman di bibirnya.

Senyum Alura ikut mengembang. "Laka, akhirnya datang juga! " Tanpa memperdulikan Cakra yang berada di sampingnya, ia dengan terang-terangan memeluk lengan Laka.

"Maaf gue lama tadi macet banget, " jelas Laka dengan elusan di kepala Alura.

Kedua tangan Cakra mengepal erat, sepertinya Alura sengaja membuat ia cemburu dengan bermesraan di hadapan Cakra. Namun walaupun Cakra tau ini sebuah kesengajaan tetap saja ia merasa marah Alura di sentuh-sentuh seperti itu, Cakra merasa tidak rela.

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang