Bab 4

11 2 0
                                    

Malam ini Alura tengah fokus belajar untuk persiapan ujian besok, ia terlihat serius membolak-balikkan buku paket yang sedang ia pegang. Se-sekali wajah gadis itu akan memberengut melihat tulisan yang tidak ia mengerti.

"Malam sayang. "

Suara lembut terdengar, Alura menoleh sekilas, melihat Carlina tengah berdiri di ambang pintu yang terbuka lebar, Carlina terlihat membawa nampan.

"Masuk aja, ma. "

Mendengar persetujuan gadis itu, Carlina langsung masuk ke dalam, ia meletakkan satu gelas air dan piring berisi makanan di meja belajar Alura.

"Makan dulu yuk, dari tadi siang kamu belum makan. "

"Huh, tapi Alura lagi sibuk belajar, ma. "

Carlina mengelus rambut Alura. "Mama tau, tapi lebih baik makan dulu, biar belajarnya bisa lebih fokus."

Alura mengangguk patuh, ia menutup buku paketnya, dan meraih piring berisi makanan itu.

"Oh iya, tadi mama lihat Cakra lagi belajar di meja dekat kolam, nanti kalau udah selesai makan, kamu gabung sama dia ya, kalian belajar bareng. "

Uhuk.. Uhuk..

"Ish, mama. Gak perlu, Alura bisa belajar sendiri. "

"Belajar berdua lebih seru, Alura. Kamu juga bisa tanya sama Cakra, kalau kamu nggak ngerti. "

Wajah gadis itu memberengut. "Aku lebih pintar kok dari dia. "

Carlina terkekeh geli. "Tapi kok bisa Cakra yang selalu juara satu umum, " goda Carlina.

"Ah, mama! "

Carlina tertawa kecil. "Yasudah kalau gitu, mama pergi dulu. Habisin makanannya. "

"Oke, makasih ya mama. "

"Iya sayang. "

Carlina keluar dari kamar, dan menutup pintu Alura. Sedangkan Alura kembali fokus menyantap makanannya hingga habis. Setelah selesai, gadis itu hendak kembali membuka bukunya. Namun ucapan dari Carlina barusan, entah mengapa sedikit mengusiknya.

Gadis itu mengemasi buku-buku paketnya, dan membawa buku-buku itu keluar. Alura melangkahkan kakinya menuju kolam, dan benar saja, Cakra ada di dekat kolam. Laki-laki itu terlihat fokus membaca buku, hingga tidak menyadari Alura yang berdiri tidak jauh dari dekatnya.

Duh, Alura jadi ragu untuk mendekat. Lagian bisa-bisanya dia berpikiran mau belajar dengan Cakra, sebenarnya apa yang dia pikirkan sih, hingga datang ke sini. Belajar bareng ya? Alura memang pernah belajar bersama laki-laki itu ketika di sekolah kelas 1 SMA, itupun karena Alura di paksa oleh gurunya untuk belajar pada Cakra

Sibuk melamun, membuat Alura tidak menyadari bahwa Cakra saat ini tengah menatapnya heran. Laki-laki itu dapat melihat Alura yang saat ini tengah memakai kaos putih dan celana pendek di atas lutut. Cakra menggelengkan kepalanya, heran melihat cara berpakaian gadis itu, apa ia tidak kedinganan memakai celana pendek di cuaca dingin ini. Namun mata Cakra kembali teralihkan pada buku yang Alura pegang.

"Kenapa? " tanya Cakra pada akhirnya.

Alura tersadar seketika, ia menjadi gugup sendiri. "Itu---lo lagi belajar? "

"Iya, " jawab Cakra singkat.

"Anuu--" Alura jadi bingung sendiri ingin berkata apa.

"Ada soal yang lo gak ngerti? "

"Ha, oh iya. "

Cakra menepuk kursi yang ada sampingnya. "Sini, biar gue ajarin. "

Karena terlanjur malu, Alura langsung menuruti perintah Cakra, gadis itu duduk di samping Cakra dan meletakkan buku-bukunya.

"Yang mana? " tanya Cakra.

Alura buru-buru membuka bukunya, dan menunjukkan soal yang tidak ia mengerti. Cakra terlihat serius membaca soal itu. Sedangkan Alura? Gadis itu tidak henti-hentinya mengumpati dirinya yang memakai baju dan celana yang tidak sopan, bisa-bisanya ia berpakaian seminim ini di depan Cakra, pastinya Cakra saat ini tengah berpikiran yang buruk terhadapnya, mungkin saja laki-laki itu mengira Alura adalah gadis nakal yang suka memakai pakaian pendek.

Gadis itu melirik Cakra, melihat Cakra yang mengangguk-angguk seakan mengerti soal yang tengah ia baca.

"Gue tau soal ini. Lihat cara gue ngerjain. "

Cakra mengambil satu lembar kertas. "Lihat kertas yang gue pegang, bukan wajah gue, " tegur Cakra.

"Eh---oh iya. " Alura sontak menatap kertas itu.

Cakra kemudian menuliskan jawaban di kertas itu, sembari menjelaskan pada Alura cara penyelesainnya. Alura mendengarkan dengan seksama ucapan-ucapan yang keluar dari mulut Cakra.

"Ngerti? "

Alura mengangguk. "Mudah rupanya, dari tadi gue udah mati-matian cari penyelesainnya di youtube, tapi tetap bingung. "

"Cara sebenarnya memang sulit, tapi gue buat lebih simple biar lo ngerti. "

"Oke, thank. "

Setelah mengajari Alura, Cakra kembali fokus pada bukunya. Sangking fokusnya, Cakra tidak menyadari bahwa Alura saat ini tengah menatapnya dalam diam. Perasaan Alura saja entah kenapa malam ini laki-laki itu terlihat jauh lebih tampan. Bukan berarti Alura menyukai Cakra, gadis itu hanya sedikit memuji wajah Cakra yang di idam-idamkan satu sekolahnya.

"Kenapa? Masih ada yang belum di mengerti? " Wajah Cakra masih fokus menatap bukunya.

Alura buru-buru mengalihkan pandangannya pada buku. "Udah ngerti semua. "

"Terus kenapa lo diam aja? Baca lagi bukunya, " ujar Cakra.

Wajah Alura memberengut. "Dih, kok situ ngatur? " wajah gadis itu kembali judes.

"Dari tadi lo ngelihat gue terus, emang ada sesuatu di wajah gue? "tanya Cakra kali ini menatap Alura.

"Gue nggak ngelihat wajah lo! " jawab Alura ngegas. "Gue ngelihat bunga-bunga yang ada di samping lo, jadi jangan geer! "

"Sensi banget. "

"Gue gak sensi ya! "

Cakra menghembuskan napas kasar. "Lo nggak kedinginan pake pakaian itu? "

Alura sontak menutupi kaki jenjangnya dengan kedua tangan. "Jangan lihat! "

"Tck, ngapain gue lihat? Buat zina mata aja. "

"Ha-hah? Omongan lo ya, " kesal Alura.

"Kalau lo nggak mau gue lihat, kenapa pake gituan? Dengan lo pake baju gitu di depan gue, gue makin yakin lo sengaja. " Perasaan Alura saja atau Cakra malam ini terlihat bawel.

"Diem lu, gue memang biasa gini kok kalau di rumah, lo aja baru lihat. "

Lagi-lagi Cakra menghela napas. "Tapi sekarang 'kan ada gue di rumah ini, lain kali jangan pake baju itu depan gue. "

"Jangan ngatur, lo cuman numpang disini, " jawab Alura pedas.

Cakra diam, ia memilih kembali fokus belajar, daripada mendengar perkataan Alura.

"Kok diem? Fakta 'kan yang gue bilang? Harusnya lo berterima kasih, karena orang miskin kek lo, gue izinin tinggal di rumah mewah gue. " Kembali ucapan pedas Alura terdengar.

Cakra memilih mengabaikan daripada berdebat, selagi bukan ibunya yang orang hina, maka Cakra akan memilih bungkam.

Alura jadi kesal sendiri karena diabaikan. "Dasar cowo miskin! "

"Udah selesai ngatain gue? Kalau udah gue mau pergi duluan. "

"Yaudah sih, pergi sana! "

Cakra berdiri, mengambil buku-bukunya. Namun sebelum benar-benar pergi, Cakra kembali berbicara.

"Percuma kaya, tapi adab dan sopan santun nggak ada. Lain kali belajar adab dulu ya, belajar adab murah, nggak di pungut biaya sama sekali. " Setelah mengatakan hal itu, Cakra benar-benar melangkahkan kakinya dari kolam.

Alura berdecak, memandang punggung Cakra yang mulai menjauh. "Duhh, lagi-lagi gue buat dia marah." Alura menepuk bibirnya pelan. "Keterlaluan banget memang ni mulut."

Bersambung...

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang