Bab 35

10 1 0
                                    

Ruangan bertuliskan UGD itu tampak kacau dengan orang-orang berseragam putih yang sedari tadi berlalu lalang keluar dan masuk kembali, terlihat jelas kepanikan di raut wajah mereka.

Alura yang sedari tadi melihat itu tidak kuasa menahan perasaan cemas yang kian memenuhi hatinya, ia tau saat ini keadaan Bara semakin kritis.

"CAKRA!! "

Teriakan itu membuat Cakra dan Alura sontak menoleh. Mereka berdua menghela napas lega melihat kedatangan orang-orang yang sedari tadi mereka tunggu.

"Apa yang di katakan Dokter tadi? " tanya Theo.

Cakra dan Alura saling melirik.

"Jangan diam aja, jawab dong! " seru Ghea tidak dapat menahan kepanikannya.

"Dokter bilang luka yang baru saja mereka operasi kembali mengeluarkan darah yang tidak sedikit, itu menyebabkan daya tubuh Bara mengalami penurunan, " jawab Cakra pelan.

Semua yang mendengar itu lemas seketika.

"Lalu sekarang bagaimana? " tanya Theo kembali.

Brak..

Belum sempat menjawab, mereka di kejutkan dengan pintu ruangan yang tiba-tiba terbuka, seorang Dokter langsung saja menemui mereka.

"Keadaan pasien semakin kritis, dan pasien mengalami pendarahan kembali yang menyebabkan pasien kekurangan banyak sekali darah, " jelas Dokter itu. "Apa ada donor darah yang cocok untuk pasien? "

Ghea langsung maju ke depan. "Saya Dok, " jawabnya cepat.

"Baiklah, silahkan ikuti saya! "

Dokter itu melangkah cepat diikuti oleh Ghea.

"Papa, " lirih Alura yang langsung menghambur ke pelukan lelaki itu.

Randa memeluk erat Alura, ia tau betapa khawatirnya gadis itu. "Bara pasti akan sembuh, jangan khawatir sayang. "

"Tapi Alura takut, soalnya sejak tadi perasaan Alura nggak tenang, Alura takut Bara pergi---"

"Bara anak yang kuat, Lura. Ia pasti akan bertahan, " kali ini Theo yang menjawab.

Alura melepaskan pelukan itu, dan menoleh pada Theo yang berdiri tegap. Walaupun raut wajah itu tampak datar tapi Alura tau Theo saat ini juga khawatir dengan keadaan Bara, tampak jelas dari kedua tangan lelaki itu yang bergetar.

"Paman, " lirih Alura.

"Kemarilah, " ujar Theo membuka kedua tangannya.

Alura langsung saja menghambur ke pelukan itu. "Paman, Bara pasti baik-baik saja 'kan? Bara pasti bangun dan kembali tersenyum hangat pada kita 'kan? "

Theo mengangguk cepat, ia mengelus kepala Alura lembut. "Tentu saja, nak."

"Tapi bagaimana jik--"

"Ssst, kamu meragukan putra paman? Dia anak yang tangguh, tidak mungkin dia menyerah secepat itu, apalagi hanya karna lemparan guci yang tidak seberapa itu, " potong Theo cepat.

Alura tersenyum tipis. "Paman juga jangan takut. "

"Pa--man tidak takut kok, " ujar Theo menyakinkan.

"Tapi sedari tadi tubuh paman bergetar hebat, Alura tau paman saat ini sangat cemas, " lirih gadis itu.

Theo terkesiap, ia menatap kedua tangannya yang saat ini memang bergetar.

"Code blue, UGD! "

Terdengar pengumuman yang tiba-tiba saja terdengar dari pengeras suara rumah sakit.

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang