Bab 32

9 2 0
                                    

Ghea, wanita itu tanpa di persilahkan langsung masuk ke dalam rumah dan datang mendekat ke arah Haniya dan menarik tangan wanita itu hingga Haniya berdiri dan setelah itu melayangkan tangannya hendak menampar Haniya, namun belum sampai tangan Ghea melayang Cakra sudah lebih dulu menepis tangan itu dan mendorong tubuh Ghea menjauh.

"Jangan dorong-dorong nyokap gue! " bentak Bara langsung menahan Ghea yang hendak jatuh.

Cakra berdiri dan langsung memindahkan tubuh Haniya ke belakang, ia memasang wajah tajam dan waspada pada Ghea. "Jangan seenaknya bertingkah di dalam rumah saya! " ujarnya dengan nada tinggi melihat Ghea yang masih nekat hendak menampar Haniya.

"Cuih, lo bilang ini rumah? Lebih mirip kandang kambing kalau gue lihat, " balas Bara tak kalah sinis.

"Bara, jaga omongan kamu! " bentak Theo berdiri di tengah-tengah Bara dan Cakra, namun tubuhnya lebih condong ke depan Bara seperti melindungi Cakra dan Haniya.

"Papa lebih membela dia? Wah tentu saja papa lebih membela dia daripada Bara, karena dia adalah putra kandung papa 'kan? Sedangkan Bara hanya anak tiri yang kebetulan bisa jadi anak papa, " jawab Bara dengan kekehan kecil. "Bara mungkin bisa menerima papa membela anak itu, tapi Bara nggak akan pernah menerima jika mama tersakiti kembali karena ulah papa! " tatapan mata Bara menajam ke arah Theo.

Theo memijat dahinya, masalahnya jadi semakin rumit saja karena kehadiran Ghea dan Bara padahal tadi Haniya sudah luluh ingin mendekatkan ia pada Cakra. "Jangan berbicara dalam keadaan emosi lebih baik kita duduk dan berbicara terlebih dahulu, " ujar Theo.

Ghea menggeleng. "Aku gak akan sudi duduk di rumah wanita jalang itu, " tunjuknya pada Haniya yang berada di belakang Cakra.

Cakra menggeram marah mendengar itu. "JANGAN PERNAH MENGHINA IBU SAYA! " Dengan wajah penuh emosi Cakra merengsek maju.

Bara menarik tangan Ghea ke belakang tubuhnya. "Berhenti lo! Jangan sentuh mama gue! " ujar Bara tak mau kalah.

Ghea tidak gentar, ia maju ke depan kembali tanpa memperdulikan Bara yang menarik tubuhnya. "Jangan main-main, Mas. Kamu sudah berjanji tidak akan pernah menemui wanita itu lagi, tapi apa ini?! " tatapan kecewa di layangkan Ghea pada Theo.

"Saya menemui Haniya karena merasa bersalah atas semua dosa saya, tapi fakta baru yang saya terima hari ini membuat pemikiran saya berubah. Mulai malam ini Cakra akan ikut kembali ke rumah kita! " jawab Theo tegas.

"NGGAK! sampai kapanpun saya nggak akan pernah menerima anak itu! " teriak Ghea histeris. "Jangan macam-macam kamu mas, aku bisa saja mencelakai mereka berdua---"

"Coba saja Ghea, jika itu sampai terjadi maka kamu akan habis di tangan saya! " ucapan Theo terdengar tidak main-main.

Ghea mengepalkan kedua tangannya. "Jadi kamu lebih memilih mereka berdua dan membuang kami yang selalu ada di samping kamu?! "

"Saya sama sekali tidak membuang kalian berdua, Ghea! Kamu yang terlalu berlebihan hingga berpikiran seperti itu, kamu dan Bara akan tetap menjadi bagian dari saya, hanya saja yang membedakannya Cakra juga akan menjadi bagian dari kita! "

Ghea menggeleng keras. "Sudah aku bilang 'kan, mas. Aku nggak akan pernah menerima ANAK HARAM itu! "

PLAK...
PLAK..

Status SosialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang