Malam ini mungkin kami akan tidur sedikit lebih larut, kini aku dan para gadis teman sekamarku lainnya tengah asik bergosip sambil memakan cemilan yang tadi sore aku curi. Topik malam ini adalah anak laki-laki yang menurut mereka tampan saat kelas tadi, mereka melihatnya saat kelas sihir hitam tadi. Laki-laki berjubah hitam biru, anak Ravenclaw yang tidak kebagian melawan Boggart.
"Dia lumayan lah." Kata Delia, jelas hanya ada Potter di kepalanya.
"Aku dengar dia anak darah campuran." Kini si paling update masalah pergosipan angkat bicara.
"Apa? Jadi dia bukan keturunan murni?" Helen mengerutkan keningnya dalam.
"Yaa, aku dengar ayahnya Muggel, kedua saudaranya juga Muggel."
"Hah, sayang sekali." Helen menghembuskan nafas dalam, dia terdengar cukup kecewa.
"Memangnya kenapa dengan darah campuran?" Apa half blood adalah hal yang buruk? Apa dunia persihiran ini sama seperti sinetron dunia perserigalaan? Kalau tidak salah si mata seram juga half blood kan.
"Tentu saja semua ini karna kasta." Kini Galia yang bersuara. "Kasta terendah memang Muggel, lalu Half blood dan paling tinggi keturunan murni. Bagi Helen untuk apa mendekati darah campuran sedangkan dia sendiri berdarah murni."
"Kalau anak berdarah murni adalah anak yang lahir dari kedua orang tua yang juga berdarah murni, dan darah campuran adalah anak dari orang tua yang salah satunya Muggel. Lalu bagai mana kalau anak dari orang tua berdarah murni dan campuran atau keduanya campuran atau kakek neneknya campuran setengah Muggel, apa dia di sebut darah murni atau darah campuran murni atau tiga perempat Muggel?"
Sejenak kami semua terdiam membuat ruangan ini cukup sunyi karna pertanyaan yang belum pernah kami pikirkan sebelumnya, pertanyaan abstrak dari Anabel yang sukses membuat kami semua diam memikirkannya.
Tunggu dulu, bukankah ini kasus yang sama yang menimpa Emily. Ibu Emily half blood bukan!
"Bagai mana denganmu? Salah satu orang tuamu campuran kan."
"Ah, aku tidak tahu. Aku tidak pernah memikirkan atau mempertanyakan hal semacam itu. Mungkin campuran, entahlah."
"Mungkin kamu harus mulai memikirkannya."
"Tidak penting, untuk apa aku memikirkan hal semacam itu." Kataku sambil menepuk bahu Delia. Lebih baik aku memikirkan bagai mana aku keluar dari dunia ini tanpa merusak alur cerita.
Jujur aku sendiri sering kali lupa kalau dunia ini bukan duniaku, kalau tubuh ini bukan tubuhku, kalau hidup ini bukan milikku. Aku terlalu asik belajar mantra, bermain hal magis dan melakukan hal yang sama sekali tidak berguna. Aku terlalu terbuai dengan dunia ini, aku tidak boleh melupakan tujuan awalku untuk bebas dari dunia ini, untuk kembali ke tempat dimana seharusnya aku berada.
"Aku dengar tak lama lagi akan ada pertandingan Quidditch antara Grifindor dan Slytherin. Kalian akan pergi kan." Delia selalu semangat kalau soal pertandingan ini.
"Tentu." Anabel tak kalah bersemangat.
"Sesekali menonton mungkin boleh." Kali ini Helen tertarik.
"Kalau aku bosan aku akan pergi menonton." Kini semua memiliki kemungkinan besar untuk ikut, Galian memang hampir setiap saat bosan.
"Bagai mana denganmu Emily?"
"Hah, aku? Em… begini ya, jadual pertandingan Quidditch itu bertepatan dengan hujan deras dan petir yang profesor Trelawney ramalkan."
"Aku pikir kamu orang yang tidak percaya dengan ramalan." Helen menatapku dengan penuh selidik.
"Kalau ramalan cuaca, lebih baik menyiapkan diri bukan." Elak ku. Ini pasti karna aku menolak Helen untuk meramal daun tehku saat kelas ramalan.
Aku bukan tidak ingin dia belajar meramal, aku hanya tidak ingin dia melihat masa depanku. Aku pernah mendengar kalau seseorang melihat masa depan orang lain bukan tidak mungkin dia juga akan mengetahui masa lalunya. Aku tidak ingin mereka tahu siapa aku sebenarnya, bagai mana kalau mereka tahu aku bukan berasal dari dunia ini melainkan dari Isekai lain.
"Emily hanya tidak ingin disaingi oleh mu Helen. Aku tahu dia tidak pintar meramal, dia tidak memiliki energi seorang peramal."
"Aku tidak begitu!" Tentu saja aku membantah saat dituduh yang bukan-bukan. Mana mungkin aku melakukan itu!
"Aku rasa lebih baik kita tidur sekarang." Saran Galia yang sudah siap terlelap di atas tempat tidurnya, sejak kapan dia di atas sana? "Dari pada mendebatkan hal yang tidak berguna seperti itu."
Cukup sarkas tapi masuk akal. Kami pun bangkit dari duduk, merapihkan bekas kukis yang baru saja kami nikmati dan merapihkan tempat tidur sebelum terlelap di atasnya.
Ingat saat si gondrong memberiku ramuan tidur yang ampuh? Sepertinya ramuan itu ramuan jangka panjang yang membuatku sekarang memiliki jadual tidur malam yang lebih sehat. Walau tidak setiap hari aku dapat tidur di jam yang tepat, tapi setidaknya aku sudah hampir tidak Pernah terjaga sampai jam 3 pagi apa lagi menyelinap ke luar.
Aku benar-benar sudah tidak lagi ditakdirkan menjadi the next Batman.
∅
Aku merenggangkan tubuhku saat si tua McDonald's mengucapkan kalimat penutup kelas dan memberikan kami tugas merangkum yang gila-gilaan. Akhirnya kesibukan hari ini selesai juga, sekarang tinggal menunggu hari kunjungan Hogsmeade yang sepertinya tidak dapat aku kunjungi.
Sepertinya aku akan langsung pergi mengerjakan tugas dari si ninik lampir itu dulu. Agar nanti aku bisa lebih tenang dari yang lain, aku akan membuat diriku ini terlihat malas-malasan di depan semua orang!
"Kamu tidak pergi ke ruang rekreasi dengan kami, Emily?" Tanya Anabel yang sadar aku berhenti mengikuti mereka.
"Aku mau ke perpustakaan, kalian duluan saja nanti aku menyusul." Aku langsung melangkah meninggalkan mereka.
"Semoga dia tidak tersesat seperti biasa." Aku mendengar apa yang kamu katakan tahu! Sadar Galia, aku kan tersesat karna masih anak baru, lagi pula siapa yang bisa langsung mengingat dena bangunan sebesar ini? Jelas sekolah ini besar gila!
Aku sampai ke perpustakaan dengan aman dan selamat, tidak tersesat, tidak salah jalan, bahkan tidak bertemu hantu sialan Peeves. Kini aku di sibukkan dengan mencari buku tentang trasfigurasi.
Aku jadi terpikir, apa aku juga bisa menjadi hewan? Penampilan si nenek kentucky di awal tahun sering membuatku berpikir, bagai mana kalau aku seorang Animagus. Itu akan sangat menarik kalau aku bisa berubah menjadi hewan, tentu aku akan menakut-nakuti Anabel dengan berubah menjadi tikus.
Bukannya buku tentang trasfigurasi yang aku temukan aku justru menemukan buku lain yang membuatku lupa dengan PR. Buku mantra tingkat tinggi.
Apa aku bisa mempelajarinya? Aku memang belum pernah mempelajari mantra tingkat tinggi, tapi aku sudah menonton kedelapan filmnya. Mungkin aku tidak akan terlalu kesulitan mempelajarinya, aku juga ingin mempelajari mantra patronam. Aku akan mengambil ini.
Aku mengambil buku itu dan segera berlari membawanya ke kamar, aku benar-benar tidak sabar. Aku berlari kencang untuk segera sampai ke kamarku.
Rasanya seperti anak kecil yang di kabari akan mendapatkan konsol game baru dan dia bergegas pulang, begitulah perasaanku saat ini.
Tiba-tiba aku menabrak seseorang yang cukup besar dan kuat sampai membuatku jatuh tersungkur di lantai dan buku yang ku bawa terpental cukup jauh.
Ah, sialan siapa sih yang menghalangi jalan ku! Aku segera menoleh kebelakang dengan kesal, siapa pun orang itu akan aku marahi dia sampai mampus, aku tidak peduli sekalipun itu–
"Bukankah peraturannya sudah jelas nona Horman." Yup, sial sekali aku sore ini. Itu si mata seram.
–sekarang, mungkin aku sedikit peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Paling Hogwarts
FanfictionWelcome back Emily! Siapa sangka ternyata perjalanan Sarah AKA Ara di dunia Harry Potter belum selesai. Ia kira setelah menyelesaikan cerita pertama dari seris film terkenal itu ia akan bisa kembali ke kehidupannya yang normal. Tapi ternyata itu tid...