"kamu beneran tidak ikut ke Hogsmeade?" Tanya Anabel untuk ke sejuta kalinya.
"Serius kamu masih nanya?" Helen pun sampai lelah mendengarnya.
"Bukannya aku lupa, aku hanya tidak percaya kamu akan menyia-nyiakan waktu berharga ini."
"Keluar di udara sedingin ini?" Kataku sambil menunjuk ke sekitar, sekarang memang masih musim gugur tapi angin yang berhembus membawa dingin yang menusuk sampai ke tulang-tulang.
"Aku tahu berdiam di sini akan sangat membosankan, tapi aku tidak ingin bertaruh nyawa dan berjalan-jalan di antara dinginnya musim gugur yang dapat membunuhku itu-"
Tiba-tiba seseorang memakaikan ku topi musim dingin (kalo kata orang kita mah kupluk) dengan kasar sampai menutup separuh wajahku.
"Hey!"
"Sudah biarkan saja dia Anabel. Anak manja memang sebaiknya berdiam diri di kamar, menjauh dari udara berbahaya." Orang itu Alex, "musim gugur saja sudah menyerah keluar, apa jangan-jangan musim dingin nanti kamu akan mati membeku?" Dia berjalan menjauh dengan santai di ikuti Patrick dan beberapa temannya yang lain. Lihat lah Patrick sialan itu! Dia mendukung apa yang Alex katakan dan beberapa kali mengejekku dengan wajah konyolnya.
Keterlaluan anak satu ini memang, bukannya aku anak manja hanya saja aku ini aslinya orang asia tahu! Udara dingin seperti ini bukan hal yang wajar bagiku, aku tahu aku sudah tiga tahun tinggal di dunia ini tapi membiasakan diri dengan udara memang hal yang sangat sulit. Panasnya Bekasi sampai terasa seperti tinggal di Mars di sandingkan dengan London yang dingin, siapa yang tahan?
"Kalau begitu kami pergi dulu ya. Apa kamu ingin kami bawakan sesuatu dari Hogsmeade? Sebagai oleh-oleh." Tawar Delia yang berbaik hati.
"Tidak perlu. Selamat bersenang-senang semua, ku temui kalian di pesta Helloween nanti malam." Tak lama mereka pun pergi mengikuti kerumunan anak lain yang juga hendak pergi ke Hogsmeade.
Aku tidak ingin berlama-lama di luar sini, udaranya sangat dingin. Seketika aku teringat Alex memakaikan ku topinya, sayangnya saat aku menoleh ke belakang semua orang sudah tidak tampak lagi, mereka sudah pergi jauh. Biar lah mampus anak itu kedinginan di sana, lagipula siapa suruh menjahili ku.
Setelah mereka pergi aku menyempatkan diri berkunjung ke perpus untuk mencari buku mantra lain, buku sebelumnya tidak membahas bagai mana cara menggunakan mantra Expecto patronam. Karna rasa penasaranku belum terobati jadi aku mulai membaca-baca di perpus, dan tak sadar kalau aku menghabiskan waktu cukup lama di dalam sana.
Aku sudah memahami teori dari mantra ini, mungkin aku sudah siap untuk mempraktikkannya. Aku pun meminjam buku ini untuk aku bawa ke kamar, aku akan mencobanya.
∅
"Bagai mana di sana?" Tanyaku dalam perjalanan kami menuju aula besar.
"Luar biasa, kamu harus tahu toko permen di sana memiliki berbagai macam permen keren. Aku membeli lebih untukmu, kamu harus coba." Delia tampak sangat bersemangat menceritakan apa saja yang mereka lakukan di desa itu.
Perjalanan kami menuju aula utama pun di penuhi dengan cerita Delia. Dari cerita yang aku dengar mungkin aku perlu ke sana, Delia membuatku penasaran. Toko permennya, tempat minum di sana, dan kantor pos mereka yang katanya memiliki banyak sekali burung hantu.
Andai saja udara tidak sedingin ini aku pasti akan merasakan kesenangan yang sama seperti mereka. Udara dingin benar-benar kelemahan terburuk ku.
Acar Helloween kali ini berjalan lancar, sajian makanan lezat di meja, dekorasi keren bertema Helloween dengan kelelawar yang terbang di langit-langit, pertunjukan para hantu yang terbang di atas kami semua membentuk formasi seolah berdansa di udara. Oh, jangan lupa pidato membosankan si tua Domby, itu panggilan sayangku untuk si tua yang tak lama lagi mati ini.
Satu yang tidak lancar, ulang tahunku. Tahun ini Tommy tidak mengirimkan ku apapun. Jujur itu membuatku sedih, bukan karna jatah hadiahku berkurang tapi karna dia adalah orang yang sangat menyayangi Emily, dan melewatkan ulang tahun putrinya adalah hal aneh untuk Tommy. Hari ini menjelaskan dengan baik kalau memang sesuatu terjadi pada Tommy, dan hak itu mungkin masalah serius. Apa Tommy dalam masalah besar?
Hal ini pasti berhubungan dengan Balck, ah sudah lah itu kan urusan the golden trio bukan pemain layar sepertiku.
Ngomong-ngomong, tahun ini aku belum berinteraksi dengan Domby seperti dua tahun yang lalu. Oh iya aku kan hanya pemain latar, tentu aku tidak akan selalu bertemu dengan para pemeran penting.
Acar akali ini berjalan aman, damai, sejahtera, tidak ada om sorban yang berlari masuk berteriak 'Troll in dungeon! Troll in dungeon!'
Tapi justru sesuatu terjadi setelah acara selesai- ah tidak! Itu sudah terjadi saat kami sedang berpesta tapi hebohnya barus setelah kami selesai.
"Ada apa di sana?" Tanyaku yang melirik ke atas, dari tempat aku berada saat ini aku bisa melihat ada kerumunan orang berkumpul di depan pintu masuk ruang Grifindor.
Aku dan beberapa anak lain memang keluar paling akhir karna kekenyangan yang membuat kami malas beranjak dari duduk. Dan saat kami keluar hendak kembali ke kamar kami aku justru melihat manusia Grifindor berkumpul di depan pintu ruangan mereka, bahkan ada Domby di sana.
"Wow ada apa dengan para anak Grifindor?" Tanya Patrick, yang benar saja? Aku juga baru saja menanyakan hal itu.
"Aku penasaran." Bisikku.
"Sudahlah itu bukan urusan kita. Ayo kembali ke kamar." Ajak Delia yang tampaknya mengantuk.
Tapi baru saja kami akan melanjutkan perjalanan singkat kami menuju kamar rombongan anak Grifindor itu menuruni tangga.
"Ada apa?" Tanya Helen pada salah satu teman Grifindor-nya.
"Ada serangan, nyonya gendut menghilang dan lukisannya rusak."
Oh, penyerangan! Ternyata aku sudah mulai memasuki awal konflik film!
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Paling Hogwarts
FanfictionWelcome back Emily! Siapa sangka ternyata perjalanan Sarah AKA Ara di dunia Harry Potter belum selesai. Ia kira setelah menyelesaikan cerita pertama dari seris film terkenal itu ia akan bisa kembali ke kehidupannya yang normal. Tapi ternyata itu tid...