Aku adalah mawar yang jatuh ke dalam kubangan lumpur dan perlahan tenggelam.

92 21 0
                                    

Aku tidak jadi mengubur Alex karna alasan kasihan, lagi pula saat di Three Broom-sticks dia mentraktir kami butterbeer. Itu cukup sebagai tembusan nyawanya.

Setelah kejadian di Hogsmeade itu aku merasa jadi lebih mudah menggunakan mantra Expecto patronam itu. Aku menjadikan momen saat kami adu bola salju sebagai kenangan indah, dan itu berhasil cukup baik. Aku belum bisa mengeluarkan Patronam ku, aku belum cukup kuat untuk melakukannya tapi aku yakin tak akan lama lagi aku mampu.

"Pertandingan kali ini akan menyenangkan." Kata Delia yang sedang bersiap-siap pergi ke lapangan Quidditch, dia selalu bersemangat kalau tentang olahraga aneh itu.

"Kamu ikut Emily?" Tanya Anabel yang sepertinya berharap kali ini aku akan ikut.

"Ini pertandingan terakhir tahun ini. Setidaknya kamu harus menonton sekali setahun." Delia menambahkan, tapi kan aku bukan penggemar seperti kalian.

"Ikut saja, buat Anabel senang hari ini." Kata Galia. Dia bahkan ikut.

"Baiklah aku akan ikut, tapi kalau pertandingannya menyebalkan aku pulang."

Tahu apa yang membuatku malas selain karna sekarang sudah memasuki musim panas di mana panas lapangan akan terasa berkali-kali lipat menusuk kulit, kamu akan tahu jawabannya saat pertandingan di mulai.

Tepat seperti dugaanku, panas sudah sangat menusuk. Padahal ini baru saja memasuki musim panas, awal musim panas loh!

Dari tribun penonton saja sudah terlihat siapa yang dikucilkan. Di satu sudut tribun di penuhi anak-anak Slytherin yang jumlahnya sekitar 200-an, dan di sebrang berkumpul ratusan orang yang terdiri dari Grifindor, Ravenclaw dan Hufflepuff seperti kerumunan semut yang mengelilingi bangkai cicak. Beberapa dari mereka mengenakan pakayan merah emas khas Grifindor dan mengibarkan bendera kebangsaan Grifindor.

Berlebihan sekali.

"Siapa di sana?" Aku menunjuk punggung seseorang yang mengenakan pakayan hijau khas Slytherin dengan rambut panjang hitam yang hampir menyentuh bahu, seperti tidak asing.

"Itu profesor Snape. Apa sekarang kamu butuh kacamata?"

Aku terbatuk-batuk hampir saja tersedak lidahku sendiri. Wow, ini pertama kalinya aku melihat orang itu memakai pakayan selain warna hitam, keajaiban dari mana ini?

"Kenapa kamu terkejut? Apa aneh kalau dia duduk di tribun bagian ini? Dia sedang mendukung asramanya tahu!" Kenapa Delia jadi protes sih? Dia ini terlalu percaya diri dengan asramanya sendiri.

"Tidak, bukan apa-apa." Aku tidak tahu dia memiliki baju lain. Selama dalam filem maupun aku lihat sendiri, aku selalu melihat dia menggunakan baju yang sama seolah dia tidak memiliki baju lain.

"Dan ini dia regu Grifindor!" Teriak Lee Jordan, seperti biasa dialah komentator pertandingan kali ini "Potter, Bell, Jhonson, Spinner, Wesley, Wesley dan Wood. Di kenal sebagai tim terbaik yang pernah Hogwarts miliki selama beberapa tahun terakhir…" di salah satu sisi tin Grifindor muncul sesuai absen.

Komentar anak itu tenggelam dengan sorakan anak-anak Slytherin "huuu…"

"Dan sekarang muncul regu Slytherin! Dipimpin oleh kapten Flint, dia telah membuat beberapa perubahan dalam urutan, dan tampaknya memilih berdasarkan ukuran bukan kemampuan…"

"Hah? Apa yang tadi dia bilang?" Aku seperti mendengar suatu hinaan tapi tertutup seruan balik dari sebrang yang jelas lebih ramai dari seruan kami.

"Kapten, silahkan jabat tangan!" Kata madam Hooch. Flint dan Wood maju dan saling berjabatan tangan, ini ritual yang dilakukan untuk mengistilahkan tidak akan ada dendam atau hal semacamnya selama pertandingan berlangsung. Tapi jelas sekali mereka akan bertanding aas nama dendam satu sama lain.

Si Paling HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang