Ini gila!
Aku berjalan bolak-balik di dapur, berkali-kali memutari meja makan. Bagai mana bisa aku masih berada di dalam game? Dan bagai mana bisa aku baru sadar sekarang?!
Bukankah seharusnya aku sudah tersadar di kamarku saat aku menyelesaikan film pertamanya, seharusnya setelah aku tiba di peron 9¾ aku sudah kembali ke dunia asliku dan tidak kembali menjalankan hidup di dunia abnormal ini!
Aku masih berhenti berjalan dan mulai menggigit jariku dengan panik. Bagai mana kalau aku tidak akan keluar dari dunia ini sampai kisah si Potter itu benar-benar selesai?! Bagai mana kalau aku harus merasakan perang sihir Hogwarts?! Bagai mana kalau aku akan mati di tangan arak-arakan Valdemort?!
"AAA… GUA GAK MAU BERAKHIR DI DUNIA GILA INI–" cepat-cepat aku menutup mulutku, khawatir ada yang akan mendengar teriakan gilaku.
Ingat, bahasa normal ku jelas akan terdengar tidak normal di telinga orang-orang ini. Semoga tidak ada yang mendengarnya.
"Gua harus cari cara biar bisa keluar dari dunia gila ini." Kataku sambil menjatuhkan diri ke atas sofa.
Bagai mana caranya aku bisa keluar dari dunia ini, kalau ini semacam mimpi–
"Ha, gua tau!" Aku langsung loncat dari sofa dan berlari menaiki tangga.
Kalau ini mimpi aku bisa bangun hanya dengan terjatuh dari ketinggian! Saat aku meloncat dari sini aku akan sadar dari tidurku. Aku tahu aku akan bangun dengan terkejut dan itu tidak akan menyenangkan, tapi itu jauh lebih baik dari pada harus menjalani bertahun-tahun hidup di dunia abnormal ini dan mati menyedihkan di perang sihir tidak masuk akal.
Saat sudah menaiki setengah tangga tanpa berpikir panjang aku langsung meloncat melewati pegangan tangga. Aku sama sekali tidak memikirkan keselamatanku karna aku tahu aku akan terbangun di atas ranjang yang nyaman.
Tapi sayangnya aku salah, punggungku langsung membentur lantai kayu yang keras, walaupun lantai ini dilapisi karpet tapi tetap saja itu tidak dapat meredakan dentuman kuat tubuhku saat menyentuh lantai. Suara dentuman jatuh ku yang kasar berpadu dengan jeritan kuatku, aku berguling di atas lantai sambil memegangi punggungku yang kesakitan.
Sial punggung jompoku!
Kenapa aku tidak kunjung sadar sih?! Ini kan hanya sebuah game–
"Emily?" Suara seseorang mengejutkanku, membuat aku bergegas bangkit duduk.
"Eh, ayah?" Aku terkejut bukan main melihat Tommy di depan pintu rumah dengan pintu yang terbuka. Jelas dia terkejut melihatku saat baru saja masuk.
"Apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak apa-apa?" Tommy menatapku heran bercampur khawatir, apa dia khawatir anaknya kesetanan setan bundir.
"A–aku, tadi kepeleset di tetangga, aku sudah tidak apa-apa kok. Ayah pulang cepat ya hari ini." Aku bergegas berdiri dan menyapanya, aku harus menyembunyikan kecanggungannya. Aku harap Tommy tidak menganggap aku aneh.
"Pulang cepat? Sekarang pukul 11 malam."
"Hah, apa iya? Haha aku tidak menyadarinya." Aku mengambil tas kerja dan jasnya. Lihatlah dia, kini dia menatapku dengan tatapan bingungnya.
"Ayah pasti lelah, beristirahatlah. Aku akan membuatkan ayah teh hangat, ayah mau kan." Aku bergegas menggantung jas dan tas kerjanya dan berlari kecil ke dapur. Aku berusaha menyembunyikan kecanggungan tapi tampaknya itu hanya membuatku tambah terlihat aneh.
Aku tahu Tommy menatapku aneh sampai dia duduk dan menyandarkan punggungnya yang lelah di sofa. Aku harus bersifat normal, tapi seketika aku lupa bagai mana cara bersikap normal dengan segala ke-abnormal-an ini!
"Ayah kelihatan sangat lelah, apa ada malasah selama bekerja?" Tanyaku. Aku perhatikan kemeja putih yang ia kenakan tampak amat lusuh, sepertinya hari ini dia bekerja keras. Aku lupa di mana dia bekerja, Aurora? Aura? Amora? Alohamora?
"Iya, karna itu beberapa hari ini aku jarang ada di rumah. Maaf ya, karna aku sibuk kita tidak bisa pergi berlibur."
Oh, aku sedang liburan toh, kenapa tidak ada vibes liburannya sama sekali ya?
"Andai ibumu ada di sini, mungkin kamu tidak perlu kesepian seperti ini." Entah bagai mana suara Tommy terdengar begitu sendu. Memangnya apa yang terjadi dengan ibu Emily?
Beberapa saat hanya ada kesunyian di rumah ini, Tommy sibuk melamun dengan apa lah yang dia pikirkan aku tidak tahu, sedangkan aku sibuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Sampai suara air mendidih di teko membuyarkan lamunan kami, Tommy yang terkejut menyalakan televisi sedangkan aku mematikan kompor dan lanjut membuatkan teh untuk Tommy. Kalo bapak-bapak +62 pasti bukan lagi teh tapi kopi hitam hangat yang di diam kan sebentar sampai ampasnya turun dan di seruput lewat pisin.
(Terus nongkrong di saung komplek pake koskutang sama sarung, nyebat deh sama bapak-bapak lain)
Hah, aku jadi merindukan bising obrolan bapak-bapak ronda di saung komplek yang biasa menemani malamku yang sulit tidur.
Aku membawa 2 cangkir teh hangat ke tempat Tommy berada, menaruhnya di atas meja di depan sofa dan duduk di samping pria itu. Aku ikut menonton berita Muggel bersamanya, berita yang membahas perampokan dan penculikan di dunia Muggel. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan tontonan ini tapi entah kenapa aku merasa seperti harus meluangkan waktuku bersama Tommy.
Berita tentang perampokan berganti menjadi berita tahanan yang kabur, sepertinya aku pernah melihat berita ini sebelumnya.
"Dunia Muggel ini kacau ya." Komentarku berusaha mencari topik obrolan dengan Tommy.
"Itu bukan tahanan para Muggel." Balas Tommy yang menatap layar televisi dengan serius.
"Eh? Kalau bukan tahanan Muggel berarti dia penyihir?" Wow, kalau sampai ke dunia Muggel berarti ini sudah masalah serius.
"Iya, dia seorang penyihir. Kamu harus berhati-hati Emily. Dia bukan tahanan biasa dia berbahaya dan sekarang dia bisa berada di mana saja. Dia Sirius Black tahanan Azkaban yang berbahaya, dia pernah membunuh belasan orang dengan sadis beberapa di antaranya Muggel. Tidak ada satupun tahanan yang berhasil melarikan diri dari Azkaban, kecuali orang itu."
Apa ini ada hubungannya dengan lord Voldemort? Ah, tentu saja semua film Harry Potter kan selalu berhubungan dengan pria tanpa hidung itu.
"Aku janji akan berhati-hati."
"Aku serius Emily!" Tommy menatapku tajam seolah ia menganggap aku tidak serius dengan apa yang aku katakan.
Aku samapi terkejut di tatap tajam seperti itu. Emang muka gua lawak apa?!
"Ini bukan masalah sepele." Tentu saja! Mana ada yang menyepelekan tahanan yang kabur, apa lagi kalau tahanan itu adalah tahanan Azkaban.
"Untuk sementara waktu ini, selama kamu berada di luar Hogwarts, aku tidak ingin kamu keluar tanpaku. Aku ingin kamu tetap aman."
Aku terdiam tanpa suara, menunduk, entah kenapa suasana ini membuatku sedih. Jelas Tommy tidak ingin kehilangan keluarganya lagi, setelah kematian istrinya kematian putrinya akan menjadi hal yang paling ia takuti. Dan melihat Tommy khawatir seperti ini benar-benar menyayat hatiku, sebenarnya apa yang sudah Emily lewatkan sampai aku merasakan semua ini?
"Aku janji ayah, aku akan benar-benar berhati-hati. Aku akan selalu berada di tempat aman dan mengikuti apa yang ayah katakan. Aku tidak akan melakukan hal bodoh yang akan membahayakan ku."
Kalau aku tidak ingin melihat Tommy sepeti itu aku harus hidup, aku harus aman dan baik-baik saja.
Jangan khawatir Tommy aku akan berumur panjang, harus!
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Paling Hogwarts
FanfictionWelcome back Emily! Siapa sangka ternyata perjalanan Sarah AKA Ara di dunia Harry Potter belum selesai. Ia kira setelah menyelesaikan cerita pertama dari seris film terkenal itu ia akan bisa kembali ke kehidupannya yang normal. Tapi ternyata itu tid...