"Gila! Kalian lihat tadi!"
"Ya, Emily kita lihat." Jawab Delia yang malas menanggapi rasa semangatku ini.
Lagi pula siapa yang tidak bersemangat? Baru saja profesor Mcgonagall menunjukan secara langsung bagai mana berubah menjadi seekor kucing, hal itu sangat menakjubkan seisi kelas terpesona melihat apa yang dilakukan Mcgonagall. Kelas ini sangat menarik beruntung aku tidak jadi bolos kelasnya hari ini.
"Aku berharap bisa melakukannya." Gumamku penuh harap, itu akan jadi sangat menarik jika aku bisa mengubah duriku menjadi sesuatu.
"Memangnya kamu mau menjadi apa?" Tanya Anabel, dia sama tertariknya denganku di kelas pagi ini.
"Entah lah, mungkin menjadi tupai, berang-berang atau hewan kecil lainnya. Dengan begitu aku akan mudah menyelinap."
"Aku lebih memilih jadi seekor gajah," tiba-tiba Patrick muncul di sampingku. "Kalau aku gajah aku akan menginjak siapapun yang cari masalah denganku."
"Aku tidak yakin kamu bisa jadi gajah, Patrick. Kalau kamu sebesar Crabbe baru aku yakin." Kataku berbisik sambil menunjuk salah satu anak gendut yang berjalan beriringan dengan Malfoy.
Seketika kami semua tertawa, cukup kencang sampai Malfoy dan arak-arakannya menoleh ke arah kami. Aku harap mereka tidak dengar apa yang sedang kami bicarakan, kemungkinan dia masih kesal denganku.
"Sudah lah ayo kita cepat ke aula besar, kasihan Patrick sudah kelaparan." Kata Alex yang lebih dulu berhasil menyudahi tawanya.
"Hah? Kenapa jadi aku? Mengaku aja sebenarnya kamu yang kelaparan."
"Jangan begitu Patrick, kita semua tahu siapa yang paling banyak makan di sini." Galia menepuk bahu Patrick, mendukung ledekan Alex.
Setahuku Galia adalah anak yang paling pendiam di circle kami, tapi sepertinya semenjak awal tahun ketiga ini dia mulai membuka diri.
"Yang terakhir sampai telur busuk!" Seru ku sambil berlari mencuri start.
"Hey mana bisa begitu, tanpa aba-aba? Itu curang!" Patrick protes.
"Mengaku saja kalau kamu lamban." Delia berlari mendahului Patrick. "Yang terakhir traktir coklat katak!" Tambahnya.
"Hey, kalian curang!" Seketika Patrick seolah lupa kalau Anabel lah yang paling payah soal berlari.
Saking sibuknya kami mengejar satu sama lain, tidak ada satupun di antara kami yang menyadari kalau profesor Flitwick meneriaki kami karna berlari di lorong. Maaf kami terlalu asik bersaing sampai tidak menyadari apapun yang kamu lewati, aku bahkan tidak sadar kalau kami baru saja melewati the golden trio. Aku tidak akan tahu kalau Delia tidak menceritakannya saat makan siang.
∅
Setelah kami makan siang kami bersiap untuk kelas selanjutnya, kelas hewan magis. Ini pertama kalinya Hagrid mengajar, dia memang sangat cocok di bidang ini. Tidak seperti penampilannya yang besar dan garang siapa sangka si manusia setengah raksasa itu memiliki hati lembut dan penyayang.
"Aku sedikit tidak percaya Hagrid yang akan mengajar, aku pikir pengumuman semalam hanya gurauan belaka." Anabel tampak ragu sambil memperhatikan buku di tangannya yang sesekali menggeram.
"Aku juga, tapi aku lebih bingung dengan buku yang kita bawa. Bagai mana kita belajar dengan buku yang bisa mengoyak tangan kita kapanpun."
Hah, mereka belum tahu ya cara menjinakkan buku monster ini. Untuk aku yang sudah menghabiskan 8 film dan dua film tambahannya, tentu aku tahu bagai mana membaca buku ini dengan aman. Tapi aku akan berpura-pura bodoh dan memberi Hagrid kesempatan menjadi guru yang baik.
"Eh, kelas kita kali ini bersama anak-anak Grifindor?" Kataku cukup terkejut saat melihat punggung Longbotten tak jauh di depan kami.
Delia membenarkan apa yang aku pertanyakan. Ah, bagai mana aku bisa lupa! Ini hari pertama Hagrid mengajar itu artinya ini hari dimana pertama kali kami bertemu Bucekbeak. Ini akan jadi hari yang sangat menyenangkan, andai aku boleh mengubah alur cerita aku ingin menunggangi Hippogriff itu.
Kami semua tiba di depan gubuk Hagrid, pria itu tampaknya sudah lama menunggu kami bersama anjing tua nya Fang.
"Ayo, ayo kita mulai!" Pria raksasa itu tampak amat bersemangat. "Ada kejutan untu kalian! Pelajaran istimewa! Sudah kumpul semua? Baik lah, ikuti aku!"
"Lagi?!" Anabel cukup terkejut saat mereka masih harus melakukan perjalanan. Tampaknya bukan aku satu-satunya remaja jompo di sini.
"Ayo, aku yakin kelas hari ini akan menyenangkan. Semangat Anabel!" Aku berusaha menyemangati anak manja itu.
"Gendong aku!" Rengeknya yang ia tahu pasti tidak akan ada yang akan melakukannya. Dasar anak manja, ingin sekali aku tempeleng kepalanya.
5 menit berjalan kami tiba di sebuah lapangan rumput yang cukup luas dengan pagar batu. Aku tidak menyangka ternyata lapangan rumput ini cukup luas di film tempat ini hanya terlihat seperti sepetak tanah kecil.
"Semua kumpul dekat pagar di sini!" Panggil guru baru kami yang tampak sangat bersemangat itu. "Bagus jangan sampai ada yang tidak terlihat. Nah, sekarang yang pertama harus kalian lakukan adalah membuka buku kalian–"
"Bagai mana caranya?" Hah, suara menyebalkan Malfoy.
"Heh?"
"Bagai mana caranya kami membuka buku kami?" Ulangnya. Rasanya ingin sekali aku men-staples mulut anak blonde itu.
"Apa tidak ada yang bisa membuka buku kalian?" Hagrid terdengar cukup kecewa dengan ketidak tahuan kami.
Ya, minimal mikir lah bodoh. Ngasih buku yang bisa makan tangan orang, dikira gak negri apa kita?!
"Yang harus kalian lakukan hanya membelanya. Lihat…" Hagrid mengambil buku Granger dan membuka ikatan pada buku itu. Buku itu hampir saja menggigit tangan Hagrid, tapi ia lebih dulu membelai si buku itu dan buku itu pun membuka dan diam tenang di atas tangan besar pria itu.
Anak-anak lain mulai melakukan apa yang dicontohkan Hagrid dan buku itu membuka sebagai mana milik Granger.
"Oh, bodoh sekali kita!" Cemooh Malfoy. "Kita hanya perlu membelainya, kenapa tidak terpikirkan ya."
"A– aku pikir buku ini lucu." Bisik Hagrid pada Granger yang dapat aku dengar.
Heh, sebentar ya bapak bongsor. Perspektif kata lucu buat lu sama kita tuh beda, lu mah laba-laba Aragon aja lu bilang lucu, pe'a
"Oh lucu sekali." Kata Malfoy. "Sungguh jenaka memberikan buku yang ingin menggigit tangan kami sampai copot."
"Diam Malfoy!" Kata Potter tegas.
Oh, her we go again. Malfoy, Potter, fight! Batinku sambil menirukan suara dalam game mortal kombat.
"Baiklah." Kata Hagrid yang tampaknya mulai kehilangan semangat. "Jadi… kalian sudah punya buku dan… dan… sekarang kalian butuh satwa gaib. Yah, jadi aku akan ambil sekarang, tunggu…" Hagrid meninggalkan kami.
Dia benar-benar payah dalam mengajar, kalau dia bahkan tidak dapat mengendalikan muridnya bagai manai ia bisa membawa suasana belajar dengan baik.
"Tempat ini parah sekali." Kata Malfoy kencang. Apa sih yang parah di tempat ini? Tempat ini asri dan sejuk tahu. "Si tolol itu mengajar. Ayahku akan pingsan mendengarnya–"
Dan kamu menyebut gurumu Tolol, ayahku akan menerbangkan panci ke wajahmu dan ibuku akan memenuhi mulutmu dengan sambal setan tiga sendok.
"Diam Malfoy!" Bentak Potter kesal.
Yang benar saja? Kamu hanya bilang 'Diam Malfoy' ?! Apa kamu tidak memiliki kata lain yang lebih baik untuk mengancamnya.
Aku jadi mengerti kenapa Malfoy tidak berhenti mengganggunya. Si Potter itu saja hanya bisa mengatakan 'diam Malfoy' saat berhadapan dengannya. Payah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Paling Hogwarts
FanfictionWelcome back Emily! Siapa sangka ternyata perjalanan Sarah AKA Ara di dunia Harry Potter belum selesai. Ia kira setelah menyelesaikan cerita pertama dari seris film terkenal itu ia akan bisa kembali ke kehidupannya yang normal. Tapi ternyata itu tid...