Sesuai janjinya Tommy mengantarku ke peron 9¾ untuk melepas kepergianku, aku pikir dia melakukan itu untuk melindungi ku dari si Sirius Black yang berbahaya itu. Tapi sepertinya aku salah.
Setelah turun dari mobil mata Tommy selalu tajam memperhatikan sekitar, seolah dia sedang memata-matai seseorang. Sampai saat ini pun dia terus saja sibuk dengan pekerjaannya, pantas saja kementrian mengizinkannya mengantarku, ternyata mereka tidak membiarkan Tommy istirahat bahkan di hari mengantar putrinya.
Beberapa kali aku menangkap mata Tommy menatap tajam keluarga Weasley, yang juga terdapat Granger dan Potter di sana, dua anak nyasar. Jelas Tommy disuruh mengawasi Potter, memastikan anak itu bisa tiba di Hogwarts dengan selamat. Keterlaluan sekali si MC ini, dia berani-beraninya merebut perhatian ayahku dariku. Aku benar-benar membenci pemeran utama!
Sesekali aku mengajak Tommy mengobrol, pria itu tetap dapat menanggapi obrolanku dengan baik tapi aku tahu jelas fokusnya tertuju pada si Potter. Ah, dasar si Potter ini aku congkel juga ya matanya. Jangan terlalu khawatir begitu lah Tommy, lagi pula dia tidak akan mati selama 7 film ini, Sirius Black itu sahabat bapaknya mana mungkin dia tega membunuh anak sahabatnya.
Tapi jelas sedikit dari mereka yang tahu tentang hal itu, wajar kalau mereka khawatir. Aku sama sekali tidak khawatir karna sudah tahu bagai mana cerita tahun ini berakhir, kalau aku tidak tahu aku tentunya akan takut dengan sosok yang diberitakan membunuh belasan orang dengan kejam.
Aku jadi penasaran saat kejadian itu, apa Tommy sudah bekerja di kementrian sihir, apa dia ada di sana dan melihat kekejaman yang dilakukan Black. Jujur aku penasaran sehebat apa Tommy dalam menggunakan sihir sampai dia bisa menjadi bagian penting dalam kementrian sihir, tampaknya Tommy ini cukup diandalkan dalam bidangnya.
Setelah kami menembus dinding menuju peron 9¾, aku dapat melihat banyak siswa lain yang diantar keluarga mereka. Aku juga melihat banyak anak kelas satu yang melakukan perjalanan pertama kali mereka menuju Hogwarts dan di sisi lain aku melihat sekumpulan orang berambut merah yang sudah pasti keluarga Weasley, dan dua anak angkatnya.
Aku mencuri pandang pada Tommy, aku lihat dia juga melirik keluarga itu dan sepertinya dia dengan Mr Weasley sempat saling tatap seolah sedang berbicara dengan bahasa mata. Oh aku lupa kalau Mr Weasley juga bekerja di kementrian sihir.
"Ayah, aku harus pergi." Kataku membuyarkan fokus pria itu.
"Ah, iya. Aku sudah siapkan roti lapis untuk makan siang di kereta, apa kamu butuh uang tambahan?"
"Iya." Jawabku tanpa ragu, bagai mana aku bisa menolak uang saku tambahan?
"Hah, dasar anak ini." Dia pun mengeluarkan beberapa uang perak dari kantung celananya dan memberikannya padaku.
"Tetap hati-hati di sana ok. Untuk sementara waktu ini jangan keluar kawasan Hogwarts."
"Jangan khawatir, ayah. Dementor akan melakukan tugasnya dengan baik."
"Jangan terlalu percaya dengan mereka, kamu tetap harus menjaga dirimu sendiri aku tidak akan ada di sana untuk melindungi mu." Dia membelai kepalaku, aku tahu dia khawatir tapi aku juga tahu dalam film para Dementor itu tidak melukai pemeran latar sepertiku.
"Keretanya akan berangkat, sebaiknya aku segera naik." Aku menarik barang-barang ku dan melambai padanya seraya melangkah pergi.
Tommy balas melambai padaku. Setela menaruh koperku di gerbong barang aku membawa Khonsu naik bersamaku ke kereta dan mencari bilik kosong.
"Hi Emily." Suara seseorang yang sepertinya aku kenal.
"Oh hai Galia." Sapaku kalau aku tidak salah nama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Paling Hogwarts
FanfictionWelcome back Emily! Siapa sangka ternyata perjalanan Sarah AKA Ara di dunia Harry Potter belum selesai. Ia kira setelah menyelesaikan cerita pertama dari seris film terkenal itu ia akan bisa kembali ke kehidupannya yang normal. Tapi ternyata itu tid...