Goodbye third year

166 21 1
                                    

Seperti biasa sehari sebelum pengumuman lulus akan di bagikan hasil ujian akhir, dan beruntungnya aku lulus di semua kelas bahkan ramuan. Mungkin karna ramuanku ampuh bahkan sebelum ramuan itu jadi.

Nilai herbologi dan astronomi ku juga lumayan walau aku ujian sambil mengantuk, bagai mana tidak ujiannya saja tengah malam!

Untuk perlindungan terhadap sihir hitam memang tidak sesuai harapanku (nilai harapanku: mendekati sempurna), semua ini karna aku gagal menghadapi Boggart yang berubah menjadi bak kunti atau suster ngesot entahlah aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Untungnya nilai telaah Muggel ku sempurna.

Kabar keluarnya Lupin memang masih sulit di terima oleh beberapa anak apa lagi the golden trio, lagi pula Lupin adalah guru pertahanan terhadap ilmu hitam terbaik yang pernah kami kenal sangat sayang dia harus pergi. Bagai mana pun ada saja beberapa anak yang bersyukur dia keluar, tentu saja setelah mengetahui kenyataan kalau Lupin adalah werewolves.

Kasihan juga sih si Lupi ini, secara tidak langsung dia menerima penindasan hanya karna dia werewolves padahal selama ini dia tidak pernah melukai muridnya. Semua tentu kara doktrin tentang werewolves, dia jelas tidak meminta jadi werewolves tidak ada yang ingin menjadi makhluk jadi-jadian seperti itu.

Sayangnya ilmu psikologi di era ini belum begitu booming seperti di tempat asalku, kalau iya pasti akan ada kubu yang mendukung untuk melindungi makhluk seperti Lupin dan ada yang menolaknya.

Tapi mau bagai mana lagi, begini lah ceritanya. Tidak ada yang bisa merubah alur cerita, sebagai mana tidak ada yang bisa merubah takdir. Terserah orang lain ingin bilang apa, tapi aku adalah salah satu orang-orang yang berpikir tidak ada yang dapat merubah takdir. It is what it is.

Seperti tahun-tahun sebelumnya selalu ada acara besar-besaran sehari sebelum perpulangan, aku tahu aku tidak perlu menjelaskannya pada mu dan aku juga yakin kamu sama sekali tidak penasaran siapa yang menang tahun ini. Karna pemenang tahun ini sudah jelas…

SLYTHERIN!

Yee! Ucapkan selamat pada asrama Slytherin! Bendera hijau perak berkibar, semua anak berseru dan bertepuk tangan, Slyterin adalah pemenang piala asrama tahun ini karan…

Aku bohong! Itu hanya khayalanku saja. Berharap apa kamu? Slytherin menang piala asrama? Cih, mimpi! Aku bahkan lebih percaya gunung Tangkuban Parahu balik jadi perahu dari pada Slyterin menang piala asrama.

Snape memang sudah banyak mengurangi poin asrama mereka, tapi mereka berhasil menutupi hal itu dengan memenangkan piala Quidditch. Sekali dayung 100 200 keberuntungan di dapat.

Enaknya jadi pemeran utama– ah tidak jadi Potter itu kan bukti kesialan sesungguhnya. Jadi babu di rumah bibinya, Hogwarts yang dia sebut sebagai rumahnya hancur, beberapa temannya akan mati, dia juga harus merasakan mati walaupun hidup lagi, harus menghadapi Valdemort dan kalau boleh aku ingatkan tidak sekali dua kali dia bertaruh nyawa.

Dia memang mendapatkan 'beberapa' keberuntungan, tapi sepenuhnya dia itu sial. Dia adalah kesialan sesungguhnya, dia lah sial yang paling sial. Dibandingkan dia aku jauh lebih beruntung.

"Emily!" Anabel melambai ke arahku berharap agar aku menghampirinya naik ke kereta.

Aku melamun. Bagai mana bisa aku melamun di tempat seramai ini, di tempat yang di penuhi anak-anak yang tidak sabar bertemu keluarganya.

Aku membuka dan meneguk minuman kalengku yang Helen berikan saat kami baru saja keluar dari kastil Hogwarts perjalanan dari kastil sampai stasiun membuatku haus. Aku tidak sabar bertemu Tommy, aku tahu dia sibuk tapi sesibuk apapun pria itu aku tahu dia akan selalu menungguku di peron.

Saat aku mempercepat langkahku untuk mengejar Anabel yang sudah naik ke kereta seseorang menyenggol lenganku membuat minumanku tumpah membasahi jubahku. Aku menoleh mencoba melihat siapa yang berani melakukannya tapi orang itu sudah di telan kerumunan manusia lain dengan kesibukan mereka masing-masing.

Si Paling HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang