Mungkin ini natal pertama ku di Hogwarts, semoga lebih baik dari merayakan natal sendirian di rumah. Malam ini akan diadakan makan malam natal bersama para profesor dan anak-anak lain yang juga tidak pulang di natal kali ini.
Tak jauh berbeda dengan saat Helloween, ruangan aula utama di dekorasi dengan tema natal, salju, kaus kaki, pohon natal dan semua hal berbau natal tersusun sempurna di ruangan ini, suasana natalnya begitu kental walau tidak banyak orang di sini. Keempat meja besar di taruh merapat di tepi ruangan menyisakan satu meja panjang di bagian depan yang tidak terlaku besar, cukup untuk kami semua.
Saat aku datang kursi di sana memang belum terisi semua, para profesor pun belum semuanya berkumpul tapi aku melihat gadis Slytherin tahun kelima sudah berada di sana dengan wajah betenya.
Aku memang sempat mengobrol sebentar dengannya, setelah aku merasa cukup muak aku pergi ke menara Astronomi untuk melatih kemampuan sihirku. Entah apa yang dia lakukan saat aku pergi aku tidak peduli.
Aku duduk di salah satu kursi dia antara nak Ravenclaw. Menunggu beberapa orang berdatangan satu persatu, yang ada di urutan lima besar terakhir ada Snape, Domby, dan the golden trio.
"Selamat natal semua." Semua selalu tentang pemeran utama, lihat saja mereka bahkan menunggu Potter yang terlambat, sadarkah kalian seberapa lama kami di sini? "karna kita hanya sedikit sekali, jadi tidak ada gunanya menggunakan meja asrama."
Memangnya di tahun sebelumnya mereka menggunakannya?
"Petasan." Domby memberikan Snape sebuah petasan berwarna keperakan yang diambil oleh si mata seram itu dengan malas.
Petasan?! Yang benar saja perasaan di dalam ruangan, pria ini gila ya!
Si mata seram mengarahkan benda itu ke atas dan seketika terdengar suara ledakan kencang yang cukup membuat pengang telinga, petasan itu meledak memberikan warna-warni indah yang sedikit mengerikan, aku khawatir kastil ini terbakar. Dari dalam petasan itu keluar sebuah topi penyihir dengan hiasan burung nasar. Wah aku de javu!
Domby melepas topinya dan mengenakan topi yang baru keluar dari petasan itu. Dia benar-benar terlihat konyol, aku jadi curiga dia ini fanboy nya Snape.
"Ayo mulai!" Nah ini lah yang dari tadi aku tunggu-tunggu. Karna hanya ada kami yang bahkan tidak sampai 15 orang, Domby jadi tidak perlu membuang-buang waktu dengan pidato membosankannya.
Aku mulai menikmati makanan di depan kami, masakan Hogwarts memang luar biasa. Menurutku ini adalah masakan terlezat yang pernah aku cicipi, tidak berbeda jauh dengan masakan Fiona.
Di tengah ke-hikmatan kami menikmati masakan para juru masak, sesuatu berwarna hijau dan sedikit berkilau datang mendekati kami. Itu profesor bermata besar, Trelawney. Dia mengenakan gaun hijau yang di hiasi Payet, apa-apaan yang dia kenakan itu? Apa dia ingin menjadi pohon natal kedua?
"Sybill, sungguh sebuah kejutan yang menyenangkan!" Kata Dombeldor seraya berdiri menyambut si mata cupang itu.
Heh! Tidak sopan sekali si Domby ini, bagai mana bisa dia memanggil seorang profesor peramal seperti itu! Itu bahasa korea yang berarti sialan kan, aku sering mendengarnya dari para K-Pop-ers, ternyata Domby memiliki sisi kasarnya juga ya.
"Aku tadi sedang mengamati bola kristal ku, kepala sekolah." Katanya. "Dan betapa herannya aku melihat diriku meninggalkan makan siangku yang ku nikmati sendiri dan datang bergabung dengan kalian. Siapakah aku ini sehingga melawan desakan takdir? Dan aku segera meninggalkan menaraku, dan mohon maaf untuk keterlambatanku–"
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa." Katanya, dia terlihat cukup senang dengan kehadiran profesor mata besar ini. Apa jangan-jangan dia suka sama nih cewe! "Biar aku ambilkan kursi."
Dombeldor menggunakan sihirnya untuk mengambil salah satu kursi. Salah satu kursi dari pojok ruangan terbang mendekat dan berakhir di antara Snape dan Mcgonagall. Si mata besar tidak langsung duduk, untuk beberapa saat dia terdiam menatap meja dan para penghuninya. Apa lagi yang dia pikirkan, apa sekarang dia mendapat penglihatan masa depan lagi?
"Aku tidak bisa, kepala sekolah!" Katanya tiba-tiba. "Kalau aku duduk di sini kita akan jadi bertiga belas! Tidak ada yang lebih sial dari pada itu! Jangan lupa kalau tiga belas orang duduk bersama yang pertama bangkit akan mati duluan."
Hah? Peraturan dari mana itu? Terus kalo gen halilintar makan sekeluarga gimana? Masa mereka gak boleh makan semeja? Apa kalo mereka ke resto mereka harus pesen dua meja?
"Kita ambil resiko itu, Sybill." Kata Mcgonagall. "Duduklah, kalkunnya sudah hampir sedingin batu."
Duh, hiperbola nih bocah.
Dia pun duduk. Apa dia setakut itu dengan ramalan dan mitos? Lihatlah dia, dia bahkan menutup rapat matanya dan bibirnya, dia persis seperti orang yang bersiap untuk di pukuli. Aku dengan suka rela melakukannya kalau di minta.
"Tetapi di mana profesor Lupin yang baik?" Katanya setelah kembali memperhatikan seisi meja. Apa dia hendak mencari kandidat keempat belas di meja ini
"Sayangnya dia sakit lagi, sungguh kasihan sakit di hari natal." Kata Domby yang mulai menikmati makannya.
Sebenarnya Dombeldor ini tau gak sih kalo mantan muridnya, orang yang sekarang jadi guru itu, sebenernya werewolves?
"Tapi tentunya kamu sudah tahu itu, Sybill?" Kata Mcgonagall yang di balas tatapan dingin oleh orang yang dimaksud.
Wow, apa akan ada perjulidan antara dua profesor tercinta kita ini? Mereka terlihat tidak akur, Mcgonagall sering meremehkan ramalan Trelawney.
Aku ingat saat kelas ramalan pertama kami, Trelawney mengatakan kalau akan ada yang meninggalkan mereka, entah apa maksudnya. Dia juga mengatakan seolah-olah Potter akan mati. Tapi saat Mcgonagall mendapat cerita itu dari anak-anak Grifindor dia meremehkannya.
Ini pertengkaran antara orang yang sangat percaya dengan ramalan mitos dan orang yang sama sekali tidak mempercayai hal itu.
"Tentu aku tahu, Minerva." Wow, ada perlawanan, ternyata dia tidak terlalu culun. "Tapi orang kan tidak memamerkan kenyataan kalau dia tahu segalanya. Aku sering bersikap tidak memiliki mata batin, agar orang tidak cemas."
Damn!
"Pantas saja." Kata Mcgonagall masam. Wow, apa kah harus aku namakan episode ini dengan: 'Mcgonagall VS Trelawney'?
"Kalau kamu harus tahu, Minerva, profesor Lupin tidak akan lama bersama kita. Rupanya dia sendiri menyadari waktunya singkat. Dia sendiri kabur saat aku menawarkan melihat nasibnya dalam bola kristal."
"Wah wah. Kenapa ya." Kata Mcgonagall datar.
Anjay.
"Aku meragukan bahwa," kata Dombeldor ringan namun dengan nada yang sedikit ditinggikan, teguran keras agar dua sejoli ini menghentikan perdebatan mereka. "profesor Lupin dalam bahaya. Severus, kamu sudah membuat ramuan untuknya lagi?"
"Sudah, kepala sekolah." Jawab orang yang baru saja disebut namanya.
"Bagus. Kalau begitu tak lama lagi dia akan sembuh." Dombeldor lanjut mengajak bicara seorang anak laki-laki kelas satu.
Dih sotoi sekali aki-aki satu ini. Dari mana dia tahu Lupin bakal sembuh? Peramalkan situ? Tuhan kah? Orang dia bakal mati juga, umurnya cuma tinggal beberapa tahun lagi.
Akhirnya pesta natal ini bisa berjalan normal, aku makan banyak sekali. Seseorang yang duduk di sampingku mengajak ku bicara tapi sepertinya aku meladeninya dengan kurang baik, dia hanya berbicara sebentar dan setelah itu tidak lagi menyapaku. Mungkin aku memang orang yang tidak pandai bersosialisasi.
Semua berjalan normal setidaknya sampai menjelang akhir pesta.
"Astaga! Siapa dari kalian yang bangkit lebih dulu dari kursi kalian!?"
Hah, apa lagi kali ini?
Wesley dan Potter yang baru saja meninggalkan kursi mereka saling pandang satu sama lain.
"Entahlah." Jawab Wesley kebingungan.
"Kurasa tidak ada bedanya." Mcgonagall menjawab dingin. Apa akan ada ronde dua dari pertarungan McDonald's VS Sibal? "Kecuali ada orang gila membawa kapak menunggu di balik pintu untuk membantai orang pertama yang muncul di aula depan."
Wow, si McDonald's ini sadis juga ya isi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Paling Hogwarts
FanfictionWelcome back Emily! Siapa sangka ternyata perjalanan Sarah AKA Ara di dunia Harry Potter belum selesai. Ia kira setelah menyelesaikan cerita pertama dari seris film terkenal itu ia akan bisa kembali ke kehidupannya yang normal. Tapi ternyata itu tid...