cialah ketemu lagi kita

74 18 2
                                    

"hahaha kamu masih saja memanggilku si Hufflepuff." Dia bersikap seolah kami adalah teman baik yang sudah lama tidak bertemu. "Apa jangan-jangan kamu lupa namaku."

"Tidak! Aku jelas ingat namamu, kamu Aron kan." Aku memang tidak ingat apa yang terjadi di tahun sebelumnya seolah aku tidak mengalaminya, tapi ada beberapa hal yang aku ingat termasuk nama anak ini.

"Kamu tidak terlihat baik." Katanya yang mendekatkan wajahnya padaku. Sial! Jangan lagi aku terlihat cupu di depannya!

"Apa maksudmu? Aku baik-baik saja."

"Apa kamu di sini sendiri? Di mana teman-temanmu yang lain?"

"Hey, jangan memperlakukanku seperti anak hilang!"

"Hahaha, tapi kamu memang terlihat seperti itu." Bocah kurang ajar, beraninya dia menertawakan ku. Tanganku gatal sekali ingin meninju wajahnya.

"Sudah lah, kalau memang kamu menyapaku hanya untuk meledek lebih baik kamu pergi saja! Aku tidak membutuhkanmu!"

"Kamu membutuhkanku." Dia melepas mantel panjangnya dan langsung memakaikan pakaian hangat itu untuk ku.

"A–apa yang kamu lakukan!?" Heh, apa-apaan ini anak satu! Emang boleh kaya gini?!

"Memulangkan anak hilang ke ibunya." Bocah blo'on gak sopan bener nih bocah! Lu mau balikin gua ke mak yang mana? Dua-duanya udah jadi ubi Cilembu, lu mau ikut ngubur gua juga?

Sekarang dia memakaikan syalnya padaku. "Aku tahu kamu lebih pintar di kelas daripada aku. Tapi aku tidak bodoh Emily, aku tahu kamu kedinginan."

Ah, sialan malu sekali aku! Kalau begini dia jadi tahu kan kalau aku lemah akan cuaca, kalau sampai dia menyebarkan hal ini ke teman-temannya lama kelamaan satu sekolah akan tahu kelemahanku. Kenapa sih aku harus terlihat lemah di depan orang yang bahkan bukan siapa-siapa ku!

Tapi jujur aku memang membutuhkannya, ini jauh lebih baik. "Ok, semoga kamu tidak menyesal karna aku tidak akan mengembalikan keduanya." Kataku sambil memperbaiki letak syal agar menghangatkan ku lebih baik.

"Aku bisa mencurinya kembali." Anak ini aneh, bagai mana bisa dia membicarakan kejahatan dengan wajah ramahnya itu. 

"Kamu bahkan tidak bisa memasuki ruangan Slytherin."

"Ok ok, kamu menang. Aku memang tidak pernah bisa berdebat dengan orang-orang seperti mu." Katanya sambil mengangkat kedua tangannya seperti orang yang menyerah.

"Bagus, dengan begitu kamu akan tahu kedudukan mu. Yaitu di bawah kami para anak Slytherin." Kataku sambil menatapnya tajam, ini sebagai ancaman agar kamu tidak macam-macam denganku.

"Kalau kamu mencoba mengintimidasi ku, aku akui kamu berhasil. Tapi bukankah seharusnya kami bersikap baik pada orang yang sudah menolong mu?"

"Kenapa aku harus bersikap baik padamu?aku bahkan tidak memintamu bersikap baik padaku."

"Ok, baiklah. Aku tidak akan membantahnya lagi, kamu menang."

"Bagus!" Perdebatan kami selesai dan untuk beberapa saat kami saling terdiam– ah, bukan saling diam tapi lebih tepatnya aku sedang memperhatikan beberapa temanku dari balik si Hufflepuff. Aku tidak boleh keliatan mereka atau mereka akan mempertanyakan bagai mana aku bisa sampai ke sini.

"Kamu–"

"Kalau–" kata kami bersamaan.

"Kamu duluan." Katanya.

"Tidak, kamu duluan. Ini kebaikan ku yang tidak datang setiap saat."

"Haha, baiklah. Aku ingin bilang, kalau kamu sendiri bagai mana kalau aku mengajakmu ke Three Broom-sticks, karna aku juga sedang sendiri–"

Si Paling HogwartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang