1

424 19 1
                                    


Beberapa menit yang lalu, pesawat dengan tujuan Madrid-Jakarta. Baru landing menempat di tanah air tercinta.

Kaki jenjang seorang gadis melangkah, menggeret koper nya menuju tempat penjemputan.

Namun, sudah sejak 15 menit berlalu, gadis berkacamata hitam itu berdiri, menunggu dengan jenuh.

"Dek!" Setelah beberapa saat, sosok pemuda, yang hanya mengenakan kaos hitam pendek, serta celana joger hitam pendek, dengan rambut sedikit acak acakan lengkap dengan masker menutupi sebagian wajahnya, akhirnya terlihat batang hidung nya, ia segera menghampiri gadis itu.

Raya mendengus sebal, pasti abang nya itu tergesa gesa, karena baru bangun, terlihat sekali dari rambutnya yang mengembang berantakan.

"Maaf dek telat, sempet macet tadi."

"Halah alasan, paling abang telat karena baru bangun kan? Jangan ngelak!" Cibir Raya, gadis itu mengembungkan pipi nya kesal.

"Raya aduin Bunda, kalo abang ternyata gak inget sama adek nya lagi."

Pemuda bernama Jevano itu menghela napas, kemudian tanpa aba aba menarik sang adik satu satunya, kedalam pelukan.

"Nggak gitu dek.... abang tuh lupa, habis begadang semaleman, ngerjain tugas kampus." Ucap Jevano sembari mendekap Raya yang berontak di dalam dekapan nya.

Bayangin aja, Jevano yang sebagian besar tubuh gede nya itu di isi otot otot, terus meluk Raya yang badan nya langsing. Rasanya... kaya udah mau remuk.

"Abang! Jangan peluk peluk ish!! Bau tau gak?! Abang belum mandi!!" Seru Raya jengah.

Karena malu menjadi pusat perhatian orang orang yang lewat, Jevano pun segera melepas pelukan nya. Raya semakin memberengut kesal membuat Jevano terkekeh.

"Awas aja! Aku aduin bunda!" Ancam Raya yang sudah kesal setengah mampus ngeliat abang nya malah ketawa.

~○○○○○~


Setelah melalui perjalanan dari bandara hingga sampai di sebuah rumah besar berinterior mewah nan elegant 2 lantai itu dengan berbagai macam drama di tengah perjalanan, akhirnya Raya sampai di rumah penuh kenangan dan kehangatan ini.

Ia di sambut hangat oleh Bunda dan Ayahnya.

"Selamat datang princess nya bunda---- eh loh?... Kenapa muka nya cemberut sayang?" Raut antusias bundanya seketika berubah cemas saat si bungsu datang dengan raut cemberut.

"Kenapa? Ada apa?" Ayah nya juga tak kalah cemas.

Mendapat simpati yang lebih, seketika Raya semakin menjadi jadi, ia semakin menarik lengkungan senyum nya kebawah dengan mata berkaca kaca.

Raya menunjuk Jevano dengan ekspresi hampir menangis nya. "Abang jahat sama aku bunda..."

"Jevan?" Frans Darmawangsa. Si kepala keluarga menatap tegas putra sulung nya.

Jevan memutar bola matanya jengah. "Orang mana yang baru aja landing, bukanya pengin cepet cepet pulang ke rumah, malah maksa mau ketemu Kanaya."

"Tapi kan aku belum pernah ketemu langsung sama kak Kanaya!" Kesal Raya sembari memberengut.

Jevano mengacak gemas puncak kepala Raya. "Udah di bilang. Kanaya lagi sibuk, bandel."

"Tapi tadi ngelewatin tempat photoshoot nya ish! Emang gak bisa mampir bentar? Gimana sih jadi pacar kok gak support cewek nya. Cupu." Cibir Raya.

ANGKASA Untuk RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang