The Red Enigma

168 24 1
                                    

Rasanya seperti mimpi. Awalnya dia pikir Gemma akan sangat marah, memaki, mengutuk atau memukulnya. Namun, ternyata Gemma menerima semua kenyataan buruk itu dengan sangat tenang. Ah, terlalu tenang hingga membuat Skyla khawatir. Dia khawatir kalau semua ini hanya sementara, bahwa Gemma menyimpan semuanya untuk dirinya sendiri dan memilih tidak mengatakannya pada Skyla. Mungkin karena selama ini tidak pernah ada yang benar-benar baik padanya hingga dia mempertanyakan kebaikan orang lain. Pada akhirnya, Skyla memilih untuk menerima saja semuanya. Kalau Gemma memilih menyimpan kesedihannya sendiri, maka Gemma pasti memiliki alasan untuk itu. Kalaupun Gemma membencinya suatu hari nanti, dia memang pantas dibenci.

Ketika pagi menjelang, Skyla menatap botol di tangannya. Ini botol ramuan Canidae yang terakhir sekaligus penanda kalau kencannya akan berakhir sore nanti. Skyla menarik napas dan hendak membuka tutup botol itu saat pintu ruangannya terbuka. Gemma ternyata muncul dari balik pintu. Meskipun bibirnya mengulaskan senyuman, tetapi matanya terlihat sembab. Perempuan itu pasti menangis berjam-jam semalam. Ya, sama seperti dirinya.

"Apa kamu mau pergi keluar, Sayang?" tanyanya.

Skyla buru-buru memasukkan botol ramuan itu ke dalam tas kemudian mengangguk. "Iya, Gemma. Aku akan di luar seharian ini."

"Oh, turunlah, kita sarapan dulu!"

Skyla buru-buru menggeleng. Sebenarnya dia ingin menemani Gemma, tetapi dia masih belum sanggup menghadapi perempuan itu sekarang. Rasanya dia tidak sanggup kalau harus membuat Gemma berpura-pura kuat dan menyembunyikan kesedihan di depannya.

"Aku masih kenyang, Gemma," katanya. Namun, ketika Gemma mengerutkan kening, Skyla buru-buru berpura-pura melirik arloji di pergelangan tangannya. "Aku juga ada acara di kampus pagi ini."

Gemma mungkin menyadari kebohongannya, tetapi Skyla tidak peduli. Dia hanya ingin membuat perempuan itu menyembunyikan kesedihannya hanya untuk membuat Skyla tidak merasa lebih buruk.

"Baiklah. Nanti kalau urusanmu sudah selesai, segera pulang ya, Sayang!"

Skyla langsung mengangguk dan berdiri. Dia juga berpamitan pada Gemma sebelum keluar. Namun, sebelum Skyla sampai di pagar depan, Gemma kembali mengejarnya.

"Kamu bisa bawa roti isi ini buat sarapan di bus nanti, Sayang!" katanya sambil menaruh paperback kecil di tangan Skyla.

Skyla yang merasakan matanya mulai berkaca-kaca hanya bisa bergumam pelan dan mengiyakan. "Terima kasih," katanya dengan suara terbata-bata.

"Itu memang bagianmu, Sayang. Makanannya akan terbuang kalau kamu tidak mau sarapan atau membawanya bersamamu."

Itu hanya basa-basi. Roti isi masih bisa dihangatkan untuk dimakan siang atau malam nanti. Namun, basa-basi penuh kasih sayang itu membuat Skyla merasakan hatinya menghangat.

"Iya," kata Skyla pelan.

"Kalau sudah selesai, langsung pulang, ya!"

Skyla mengangguk lagi. "Kamu juga jaga diri, jangan sering keluar, udara mulai dingin!"

"Jangan khawatir!"

Skyla berbalik dan berjalan menuju halte bus. Beberapa langkah berikutnya dia menoleh untuk melambaikan tangan pada Gemma. Setelah melihat senyumannya, Skyla malah berhenti. Saat perempuan iru terlihat mengerutkan kening, Skyla berjalan kembali ke arahnya. Gemma belum sempat menanyakan apa pun saat Skyla langsung memeluknya.

"Sky!"

"Bukan apa-apa. Gemma. Aku hanya berpamitan," bisik Skyla pelan.

"Ah, iya, berpamitan. Hati-hati di jalan ya, dan cepat pulang!" ucap Gemma sambil mengusap kepala Skyla.

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang