Mata Rubah

1.8K 188 3
                                    


Skyla terbatuk sesaat dan merasakan aliran air keluar dari mulutnya. Rasa sesak masih memenuhi dada dan napasnya pendek-pendek. Rasa dingin masih mendera hingga membuatnya meringkuk untuk menghangatkan tubuh dan menarik selimutnya hingga ke atas. Mencoba menggulung dirinya dalam balutan kain yang sebenarnya tidak cukup menghangatkan. Namun, kenyamanan itu bisa membuatnya ingin berlama-lama di sana dan memejamkan mata menikmati mimpi. Ya, dia hanya ingin tidur sebentar lagi.

Tunggu! Selimut? Kok bisa?

Bagaimana ada selimut saat terakhir kali dia terjun ke sungai? Berapa lama dia tertidur dan di mana ini?

Seketika Skyla tersentak dan langsung bangun. Matanya menatap sekeliling. Tidak ada apa pun di dekatnya dan hanya kegelapan yang terlihat. Cahay yang tersedia hanya sinar bulan dari langit dan itupun tidak mampu memberikan petunjuk apa pun. Tubuhnya masih kuyup dan dia mendongak ke atas. Jembatan, tempatnya terjun tadi juga menghilang. Sejauh mana dia terserat arus? Ini di mana? Rasanya ingin menangis, bahkan keinginannya untuk menghilang saja tidak terkabulkan. Bukankah ini menyebalkan?

Gadis itu tersaruk-saruk bangun. Mungkin lebih baik sekarang dia pulang dan memikirkan cara bunuh diri lain yang lebih spektakuler. Kakinya terus melangkah menjauhi tepian sungai dan terus berjalan. Dia tidak memiliki apa pun untuk ongkos pulang, tasnya menghilang entah ke mana. Namun, dia merasa lega karena menemukan jalanan beraspal dengan lampu-lampu jalanan di tiang-tiang tinggi. Setidaknya dia tidak tersesat terlalu jauh. Dia menepuk perutnya yang mendadak berbunyi. Satu bukti lagi kalau dirinya masih hidup. Benar-benar menyebalkan.

Skyla mengedarkan pandangan ke sekeliling, tidak ada apa-apa selain tiang lampu dan tanaman hias di tepian jalan. Gadis itu berjalan lagi dan menarik napas lega saat menemukan deretan ruko yang menyambut. Namun, dia harus menelan kekecawaan, semuanya tutup. Lagi pula dia tidak punya uang untuk membayar kalaupun ada satu toko yang buka.

Dia terus berjalan dan langkah kakinya terhenti kala menemukan satu toko mungil di ujung jalan dengan tulisan yang cukup mencolok. Ada lampu-lampu kecil warna-warni yang membingkai banner toko hingga nama toko tampak jelas meskipun dalam kegelapan. Satu-satunya ruko yang masih terbuka dan berada tepat di pertigaan.

'Cariade, Toko Ramuan Pengabul Mimpi'

Tulisan itu membuatnya terpaku sejenak. Pikirannya mengelana, teringat pada satu buku dongeng yang diberikan seseorang berinisial N itu. Orang yang awalnya dikira sebagai Nathan. Salah satu buku favoritnya berjudul Caridae. Buku itu bercerita tentang toko ilusi yang bisa mengabulkan keinginan seseorang dengan menukarkan satu mimpi setiap malam. Penjaganya seekor rubah bernama Canis yang suka sekali meminum anggur sambil bermalas-malasan. Skyla menggeleng pelan, mungkin toko itu semacam toko yang menjual merchandise buku dongeng itu karena tidak mungkin ada toko semacam itu di dunia ini. Gadis itu menggeleng dan melangkah menjauh. Dia tidak butuh merchandise atau buku, dia ingin makan sekarang.

Namun, dia menghentikan langkah. Dia menoleh kembali ke arah toko itu. Ah, mungkin dia bisa meminta makan pada pemilik toko atau minum juga tidak apa-apa. Mungkin segelas air tidak perlu membayar karena dia tidak punya uang. Skyla mendekati toko itu dan mendorong pintu kayu di bagian depan. Bunyi lonceng berdering saat pintu mengayun terbuka.

Rak-rak kayu berderet menyambut saat gadis itu melongokkan kepala. Botol-botol bening, erlenmeyer bahkan tabung reaksi berisi cairan berbagai warna ada di atas rak. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling lalu matanya terpaku pada mata katak yang balik menatapnya dari dalam cairan berwarna hijau muda. Seketika Skyla menjerit sekeras-kerasnya, apalagi mata katak itu benar-benar nampak memelotot. Kakinya melangkah mundur, dia hanya harus keluar sekarang juga dari tempat aneh ini. Dia ingin minta minum bukan menginginkan racun.

"Selamat datang!" Suara seseorang terdengar dari dalam.

"Ah, iya." Skyla terbata menjawab, kesempatannya untuk berlari dari toko aneh itu lenyap sudah.

Seorang pria bersurai hitam dengan manik mata kuning muncul dari dalam. Ekspresi wajah pria itu terlihat datar. Tidak ramah, tetapi juga tidak juga dingin. Pria itu langsung memposisikan diri di belakang meja, tepat di depan rak larutan warna-warni. Bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyuman tipis.

"Ada yang mau dibeli?" tanyanya sambil menaruh ujung siku di atas permukaan meja. "Atau kamu pencuri?" tandasnya cepat.

Sial, apa yang harus dilakukannya sekarang? Kalau bilang mau minta minum maka dia akan dikira pencuri? Masuk penjara adalah pilihan yang tidak pernah mampir dalam benaknya.

"Halo! Spada!"

Lamunan Skyla buyar seketika. Jemarinya menggaruk tengkuk dan dia memaksa bibirnya untuk terangkat sedikit demi membentuk senyuman.

"Pencuri?"

"Bu—bukan, sa—saya—" sahut Skyla sambil menggeleng cepat dan menatap sekeliling. Gawat juga kalau sampai dikira pencuri, padahal dia hanya iseng saja masuk ke dalam toko. "Ah, saya mau beli kok."

"Beli apa?"

Skyla bergerak mendekat sembari menatap sekeliling. Dia hanya harus mencari benda yang tidak ada di tempat ini, sebongkah berlian misalnya. Ya itu, dia hanya harus membulatkan tekad.

"Aku mau beli satu kilogram berlian," katanya cepat. Benar, berlian tidak ada di tempat ini jadi dia akan punya alasan untuk pergi secepatnya.

"Berlian? Kamu yakin mau membeli satu kilogram?"

"Iya, yakin kok. Anda tidak percaya?"

Pria itu mulai menggaruk dagunya dengan ujung jari sementara matanya menatap Skyla lekat-lekat. "Jelas."

"Kenapa?"

"Kamu terlihat miskin!" sahut pria itu ketus.

Mata Skyla membesar sesaat, soal bayaran ini hanya intimidasi. Logikanya, kalau dia sampai bertanya maka benda itu mungkin memang tidak ada di toko ini. Jelas saja, ini toko ramuan bukan toko perhiasan.

"Ya?"

"Kamu terlihat miskin makanya aku tanya apa kamu mampu bayar?"

"Mampu kok. Aku bisa bayar!" sahut Skyla mencoba menghimpun rasa percaya diri.

"Sebentar, berliannya ada di dalam."

Hah? Sial! benar-benar ada berlian di toko ini.

Kalau benda itu memang ada maka dia harus membayar. "Ah, bukan aku hanya bercanda."

"Bercanda kalau kamu itu orang kaya?"

Skyla mendengkus, tapi masih mencoba untuk memasang ekspresi ramah. "Ini toko ramuan, kan?"

"Tapi, berlian juga ada," tukas pria itu.

"Iya, oke. Aku mau ramuan penting tapi rahasia."

"Sepenting apa?"

Skyla memutar bola mata lalu menatap langit-langit. "Hmmm, sepenting melenyapkan beberapa manusia dari muka bumi."

"Oh." Pria itu menghentikan langkah lalu kembali mendekati meja. "Ramuan itu ada. Kamu mau?"

"Apa?" Mata Skyla memelotot sekarang. Benar-benar tidak percaya kalau semua kata-kata konyolnya ini benar-benar ada di tempat ini.

"Ramuan itu ada, Nona. Tinggal kamu mampu bayar atau tidak," ucap pria itu sambil memandangi Skyla tanpa berkedip.

"Berapa harganya?"

Pria itu tersenyum lalu memiringkan kepala. "Harganya jelas lebih mahal dari satu kilogram berlian."

Ludah besar-besar menuruni tenggorokan Skyla. Matanya terpaku pada wajah pria yang kini berdiri di balik meja. Dia berani bersumpah kalau manik mata pria itu bersinar dan pupil hitamnya kini berubah menjadi garis hitam lurus. Benar-benar mirip mata rubah.

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang