Cael-The Philosophy of Cooking (3)

887 133 26
                                    


Acara memasak sudah selesai dan Skyla tidak sabar menunggu momen selanjutnya. Selain ingin mencicipi masakan pemuda itu, dia juga ingin mendengar filosofi lanjutan soal memasak. Mungkin Cael mengada-ada, tetapi pemuda itu jelas cukup cerdas untuk merangkai kata, mengaitkan setiap komponen di dapur beserta prosesnya menjadi untaian kalimat bijak yang tidak terpikirkan sebelumnya. Ya, Skyla sendiri tidak tahu soal dapur dan hal bijak di dalamnya yang bisa dijadikan pelajaran hidup. Senyuman tipis merambati bibirnya. Ah, mungkin dia terlalu berlebihan dan ketidaktahuannya selama ini menyediakan kebodohan, tetapi kata-kata Cael lebih menarik dari penyair manapun dan lebih mudah dicerna dibanding yang dikatakan motivator bijak di televisi. Cael hanya seperti bercerita, tanpa menggurui, tidak memaksa orang lain memahami kata-katanya.

"Jadi, gimana soal tadi?" tanya Skyla sambil mengekori Cael yang kini sedang membawa piring untuk menaruh steak yang selesai dimasak.

"Kamu enggak sabar?" Cael malah balik bertanya.

"Tentu saja. Kamu menggantung ceritamu lebih dari lima belas menit," sungutnya.

"Lima belas menit, jangan berlebihan!"

Skyla memutar bola mata. "Oke, sepuluh menit."

"Sampai diralat segala!" Derai tawa Cael memenuhi ruangan hingga membuat pipi Skyla mendadak memanas.

"Ayolah!"

"Padahal katanya tadi kamu paham soal pesan moral cerita tadi."

"Ya iya, aku harus bersabar. Tapi, enggak harus sampai tahap melewati uji kesabaran, kan?" protes Skyla sembari menaruh sayuran panggang di dekat piring yang dibawa Cael.

"Oke, oke, sampai mana tadi?" Cael menarik napas, akhirnya mengalah.

"Sampai hal kedua dan kamu akan menjelaskan poin ketiga."

Cael mengangguk paham. Namun, tidak langsung menjawab. Mungkin masih sibuk berpikir atau mencoba merangkai kalimat yang tepat untuk diucapkan.

"Poin ketiga, harus terus mencoba hal baru. Memang bagian ini sangat sederhana, tapi membuat kita menemukan beberapa hal menarik yang mungkin tidak kita tahu sebelumnya. Contohnya kamu menemukan sisa cokelat di kulkas lalu kamu tambahkan ke panekuk yang kamu buat pagi ini, akhirnya kamu jadi tahu kalau panekuk akan sangat enak jika ditambah kepingan cokelat atau kamu jadi tahu citarasa sereal yang berbeda ketika menambah buah-buahan kering ke dalam mangkukmu."

"Intinya aku harus keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru yang mungkin saja menyenangkan?" tanya Skyla setelah Cael berhenti bicara.

"Tepat. Di zona nyamanmu ini memang enak, tapi ada banyak hal menarik yang bisa kamu coba. Dari sekian hal itu bisa jadi akan membuatmu lebih bahagia."

Hal baru yang membuat bahagia. Bagian ini sangat menarik. Selama ini Skyla membenci hidupnya, jadi kalau ada sesuatu yang akan membuatnya bahagia maka sepertinya dia tidak akan ragu untuk mencoba hal baru seperti yang dikatakan Cael. Meski semua hal pasti tidak semanis contohnya, panekuk dicampur kuah kari mungkin bisa jadi kombinasi ajaib yang membuat lidah kejang-kejang. Namun, kalau ada satu saja kemungkinan untuk menemukan kebahagiaan maka hal tersebut patut dicoba.

"Lalu?"

"Apa?" Cael menoleh lalu mengerjap.

"Lanjutannya!" sahut Skyla.

"Tolong piring dong, Sky!"

Skyla mendengus ketika Cael bukannya menjawab pertanyaannya, tetapi malah memerintahnya seperti itu. Namun, dia tidak punya pilihan selain mengikuti kemauan pemuda itu. Skyla mengulurkan dua buah piring pada Cael sembari menunggu pemuda itu melanjutkan ceritanya, dia yakin seratus persen kalau filosofi itu sudah berakhir karena belum ada kesimpulan dari nasehat panjang lebar yang disampaikannya.

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang