Shawn- The Ferris Wheel of Hearts (4)

382 37 0
                                    

Ciuman spontan itu berakhir dalam waktu singkat. Shawn menarik diri sedikit, matanya tertuju pada wajah Skyla. Suaranya penuh dengan kelembutan dan pengertian.

"Kamu tidak perlu mengatakan apa-apa, Skyla. Aku juga bisa merasakannya," katanya sambil mengusap pipi Skyla dengan lembut.

Bibir Skyla melengkun membentuk senyuman. "Terima kasih. Aku berharap kata-kataku tidak jadi beban buatmu."

"Tentu saja tidak. Aku sependapat kok. Hidup ini seperti papan permainan dan kita dipaksa bermain tanpa bisa berhenti."

"Semacam series terkenal tentang orang-orang dipaksa bermain sampai mati."

Shawn tersenyum samar. "Semacam itu. Kamu pernah dengar kalau permainan tentang kehidupan sudah ada sejak lama?"

"Oh iya?"

"Aku pernah baca kalau ada permainan yang dirancang untuk mengajarkan tentang makna kehidupan, kematian dan afterlife. Salah satunya, Senet, permainan dari Mesir kuno yang memakai pergerakan bidak-bidak untik menggambarkan pergerakan jiwa di afterlife."

"Menarik, karena memakai bidak mungkin mirip catur?"

"Iya, mirip. Sayangnya, cara memainkannya masih jadi misteri sampai sekarang. Tapi di India juga ada permaian populer disebut Gyan Cauper."

"Itu juga pakai bidak?"

Shawn mengangguk. "Kamu benar. Pemain di Gyan Cauper menggerakkan bidak-bidak mereka menuju Moksha atau pembebasan tertinggi. Sepanjang perjalanan, bidak-bidak tersebut dapat bergerak menaiki tangga, bagian ini yang mewakili tindakan-tindakan baik. Pemain juga menuruni ular yang mewakili keburukan. Jiwa bisa saja tinggal satu langkah lagi menuju pembebasan, hanya untuk kemudian jatuh ke bawah ular besar. Jadi, mungkin menggambarkan kalau tidak ada yang benar-benar pasti di dunia ini."

"Kurasa permainannya mirip ular tangga," ucao Skyla menimpali.

"Bisa jadi. Kaum Puritan di Amerika juga mengembangkan permainan serupa di aba ke-19. Permainan itu disebit The Mansion of Hapiness," kata Shawn lagi.

"Coba jelaskan soal itu!" pinta Skyla. Dia benar-benar takjub dengan pengetahuan Shawn yang luas soal permainan.

"Di The Mansion of Happiness, para pemain bergerak melintasi kotak-kotak yang mewakili kebajikan dan keburukan hingga mereka mencapai surga."

"Mirip-mirip dengan permainan dari India ya?"

"Benar. Tapi, pada tahun 1860 versi baru dari permainan ini dikembangkan, yang disebut The Chequered Game of Life. Tujuan permainan juga diubah, bukan untuk mencapai surga, melainkan untuk menjadi kaya, berkeluarga, dan pensiun di rumah yang bagus. Versi terkhir itu sekarang disebut sebagai The Game of Life dan masih dimainkan hingga saat ini."

"Mungkin permainannya mirip permainan monopoli," kata Skyla setelah berpikir sejenak.

"Kurasa. Tapi, kalau kita perhatikan setiap permainan memiliki awal dan akhir, seperti halnya setiap kehidupan. Garis akhir hidup kita di dunia memang kematian, tapi apakah kematian itu membawa kita ke titik akhir, kita tidak tahu kan. Dan kurasa hanya Tuhan yang tahu."

"Kamu benar. Kita semua tahu itu, tetapi hal digaungkan di sosial media lebih banyak hidup itu bukan permainan atau perlombaan. Padahal kita sendiri sadar kalau kita tengah bermain," kata Skyla sambil menarik napas berat.

"Tapi, aku pernah baca katanya Tuhan tidak menciptakan langit, bumi, dan semesta ini hanya bermain-main. Jadi, kurasa ada pemahaman manusia yang tidak setuju kalau dunia ini hanya semacam wahana permainan karena saat manusia meyakini ini maka hidupnya tidak lagi bernilai," kata Shawn sambil menyendok es krimnya.

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang