A Belated Apology

377 41 7
                                    


Sepeninggal Canis, Skyla tidak mau menunggu lebih lama lagi. Dia langsung pergi ke rumah Gemma. Bukan karena dia takut sendirian atau ingin memiliki tempat berkeluh kesah, tetapi karena dia ingin meminta maaf. Dia memang menyia-nyiakan banyak hal hanya karena merasa tidak disayangi di keluarganya. Dia lupa kalau semesta memberikan banyak kasih sayang untuknya. Mungkin dia terlalu bebal makanya dunia ini memberikan petunjuk dengan cara yang membuatnya langsung tertampar.

Namun, Skyla tidak bisa mengerti kenapa dunia ini masih memberikannya kesempatan untuk hidup. Dirinya bukan orang suci yang menolong banyak orang. Dia juga tidak punya manfaat bagi orang lain. Dia hanya salah satu dari banyak manusia yang mungkin lebih baik tidak pernah ada. Skyla menarik napas berat, rasanya bukan itu jawabannya.

Saat kakinya melangkah di kegelapan, dia tidak berhenti berpikir. Memikirkan orang-orang yang berkorban untuknya sampai kehilangan nyawa. Memikirkan Niklas yang mungkin hanya berjalan-jalan malam itu, tetapi malah menemui ajalnya saat melihat satu gadis bodoh hendak mengakhiri hidupnya. Arran mungkin hanya ingin mendapatkan foto yang menarik atau Kenneth yang hanya ingin bermain. Namun, semuanya jadi malapetaka dan semua itu gara-gara dirinya.

Skyla menggigit bibir. Dia menyesali semuanya. Dia ingin memperbaiki semuanya. Namun, nyawa yang sudah melayang tidak akan pernah bisa kembali.

Saat Skyla sampai di depan rumah Gemma, dia tidak mampu melangkah lebih jauh. Apalagi saat melihat Gemma ternyata berdiri di pagar. Perempuan baik hati ini mungkin sedang menunggunya. Awalnya Skyla ingin berbalik, tetapi ketika Gemma memanggilnya, dia hanya bisa berdiri di posisinya semula.

"Skyla, sayang, kamu ke mana saja?" tanya Gemma sambil berjalan mendekat.

Awalnya Skyla ingin meminta maaf pada Gemma, dia ingin menjelaskan semuanya. Namun, saat melihat Gemma mendekatinya dengan ekspresi khawatir, ternyata dia tidak mampu mengatakan apa pun. Air matanya tumpah dan dia hanya bisa tergugu sambil berdiri.

"Ya, Tuhan, Sayang. Apa ada yang sakit? Atau kita perlu ke rumah sakit lagi?" tanya Gemma sambil menarik tangan Skyla.

Skyla menggeleng, dia hanya memeluk Gemma sambil terus menangis. Suara-suara di pikirannya berdesakan untuk memaksanya bicara, tetapi bibirnya tidak mampu bergerak.

"Sayang, kita masuk dulu, ya!"

"Gem—Gemma!" bisiknya.

"Ya?"

"Maaf..."

"Maaf kenapa, Sayang?"

"Maafkan aku, Gemma. Maaf," ucapnya. "Aku menyesal, Gemma, aku..."

"Iya, aku maafkan, kita masuk dulu, ya!"

Skyla akhirnya menuruti Gemma yang mengajaknya masuk ke rumah. Perempuan itu menuntunnya ke dalam seolah ingin memastikan kalau dia tidak akan lari lagi. Skyla sendiri mengikuti di belakang sambil terus menangis.

Seperti biasa, Gemma tidak menanyakan apa pun padanya. Bahkan ketika Gemma memberikan mug berisi teh hangat kepadanya. Perempuan itu hanya duduk di depannya dan menunggu Skyla menyesap tehnya.

"Gemma..." katanya setelah cairan hangat itu memasuki tenggorokannya.

"Ya, Sayang. Apa ada yang sakit?"

Skyla menggeleng. "Aku baik-baik saja."

"Kalau begitu, mungkin kamu mau cerita, aku akan dengarkan," katanya.

Skyla menatap Gemma lekat-lekat. Perempuan berambut keperakan dengan banyak keriput itu menatapnya. Tidak ada penghakiman dalam tatapan itu. Skyla juga tidak pernah meragukan ketulusan Gemma. Namun, ketika menyangkut cucunya, Skyla tidak yakin. Namun, dia harus jujur. Kejujurannya mungkin tidak berharga dan akan membuat Gemma lebih sedih, tetapi perempuan baik hati itu berhak untuk mengetahui semuanya.

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang