Inte Välkommen

1.9K 207 0
                                    


Segala hal yang terjadi seharian ini terasa kabur dan samar-samar. Apalagi ekspresi malas yang ditampilkan wanita di depan pintu saat menyambutnya. Wanita yang muncul setelah ketukan ketiga di pintu kayu itu. Skyla menarik bibirnya membentuk senyuman kaku. Tubuhnya mulai membeku ditempa hawa dingin. Dia ingin segera masuk ke dalam rumah itu lalu membanting tubuh di ranjang. Segelas cokelat atau susu hangat akan sangat membantunya sekarang. Ah, tidak mungkin tidur saja pasti lebih baik.

"Hai!" sapanya sambil mencoba menarik bibirnya yang kering hingga membuat senyuman kaku.

"Kok kamu bisa ada di sini? Ada apa?" Kening wanita itu berkerut sementara matanya menatap tajam.

Senyuman kaku di bibir Skyla dengan cepat memudar. Hanya perlu waktu beberapa detik untuk menyadari kalau ibunya tidak menyukai kedatangannya. Skyla mendesah pelan, bukan sambutan ini diharapkannya. Meski dia tahu pasti kalau ibunya tidak akan menyambut dengan sukacita kedatangannya malam ini. Akan tetapi, sebuah senyuman atau pelukan bukan sejenis barang mahal untuk diberikan pada anak semata wayang yang sudah berbulan-bulan tidak ditemui. Wanita itu sama sekali tidak mengharapkannya ada di sini malam ini.

Ibunya tidak akan pernah memasang wajah khawatir saat melihat anaknya mendadak ada di depan pintu rumahnya menjelang tengah malam. Tidak mungkin akan menepuk bahunya, menanyakan perjalanannya atau memastikan kalau anaknya baik-baik saja. Ibunya tidak akan pernah memberikan perlakukan semacam itu. Dia hanya akan mendapatkan seraut wajah datar yang jelas sekali tidak akan menyambut kehadirannya. Hal yang terus terjadi jika dia datang ke rumah ini dan menemui ibunya dengan dalih kalau dia merindukan wanita itu. Itulah sebabnya, rumah ibunya selalu menjadi pilihan terakhir untuknya datang. Semua definisi ibu yang ada dalam buku, jelas tidak cocok dengan tabiat wanita di depannya ini. Makanya dia lebih memilih tinggal bersama Marlene yang menyebalkan karena ada pembenaran jika Marlene jahat, karena wanita itu bukan ibu kandungnya.

Alasan ibunya melakukan semua ini karena dirinya begitu mirip ayahnya. Lelaki yang menurut ibunya telah banyak menyakitinya. Jadi melihat Skyla membuatnya menderita. Alasan sekelas sampah yang sama sekali tidak terdengar masuk akal didengar dari sudut pandang manapun. Memangnya dia minta dilahirkan dengan wajah seperti ini? Kalau sebelum lahir dia bisa mengajukan permintaan pada Tuhan maka dia akan meminta wajahnya secantik Jade Weber. Sialnya, hanya matanya saja yang mirip Jade karena sama-sama biru, selebihnya dia tidak cantik.

"Apa Ayah belum bilang kalau aku akan datang malam ini?" tanya Skyla akhirnya.

Wanita itu mengangkat kedua alisnya dengan cepat, bukan pertanda baik. "Dia memang bilang tadi, tapi aku belum setuju untuk menampungmu."

Seketika jantungnya serasa jatuh ke kaki. Belum setuju untuk menampung katanya.

"Kalau begitu aku harus ke mana?" tanyanya dengan suara gemetar.

"Kamu bisa pulang ke rumah ayahmu!"

"Aku akan cari penginapan kalau Ibu tidak enggak mau aku masuk," katanya setelah satu tarikan napas panjang. Matanya melirik sesaat pada arloji di pergelangan tangan, sudah malam dan dia sendiri tidak yakin akan mendapatkan penginapan. Mungkin dia akan melewatkan satu malam ini dengan menjadi gelandangan di taman. Namun, dia tidak punya pilihan lain.

Ibunya mendesah lalu menggeser tubuh. "Masuklah!"

Skyla melebarkan bola mata tidak percaya dengan kata-kata ibunya barusan. Benar-benar aneh. Seharusnya ibunya tidak pernah begini?

"Beneran?"

"Masuklah, Sky! Kalau mau pergi bisa besok pagi!" katanya sambil menarik gagang koper dari tangan Skyla.

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang