A Cost to be Loved

686 89 9
                                    

Selamat membaca, manteman. Semoga suka. Kalau ada yang ngebingungin, tanyain saja ^^

Begitu sampai di flat-nya, Skyla tidak langsung menaruh botol kosong yang tadi diminumnya dan memeriksa ramuan Caridae yang diberikan Canis beberapa hari lalu. Sejujurnya dia takut kalau botol ramuan kosong itu tidak bertambah karena dia tidak bersama Hunter dalam waktu yang cukup lama. Dibanding dengan teman-teman kencannya yang sebelumnya, kebersamaan dengan Hunter rasanya lebih singkat. Dia juga meminum ramuannya di hari berikutnya, tidak sepenuhnya sama dengan perintah Canis untuk meminumnya sebelum tidur.

Dia sudah menandai bagian paling atas ramuan untuk menandai tepian atas ramuan. Dia memang melakukannya sejak awal karena sejujurnya Skyla takut kalau semuanya tidak berjalan lancar. Biasanya ramuan itu akan bertambah saat rasa sakit yang muncul di tubuhnya mulai menghilang. Rasa sakit yang rutin dirasakannya sejak meminum ramuan yang diberikan Canis. Mungkin ini semacam bayaran karena dia menginginkan suatu hal. Bukankah semua hal membutuhkan bayaran, termasuk kasih sayang?

Bayaran untuk kasih sayang ini hal yang dipelajarinya sejak pertama kali tahu kalau dirinya dibuang, tidak dibutuhkan, dan sepertinya dianggap tidak perlu kasih sayang karena tidak berguna. Jika dirinya tidak memiliki manfaat apa pun maka tidak berhak mendapatkan kasih sayang. Tidak ada namanya manusia dicintai karena buruk rupa, tubuh yang tidak ideal, dan punya tabiat yang buruk.

Makanya selalu ada pembenaran yang digaungkan seperti pasti dicintai karena memiliki paras rupawan, tubuh yang indah, otak yang encer, memiliki sikap yang menyenangkan. Kenyataannya pembenaran itu adalah kebenaran. Alasannya karena manusia yang katanya memiliki privilige untuk dicintai itu memiliki semua hal untuk mendapatkan cinta. Misalnya paras yang rupawan serta tubuh yang indah itu menyenangkan untuk dilihat dan memesona hingga orang lain mendapatkan semacam adiksi untuk terus menatap. Manusia dengan tabiat yang baik itu menekan dorongan untuk berbuat jahat hingga membuat orang lain merasa aman saat bersamanya. Orang dengan otak encer bisa berguna untuk banyak hal, setidaknya sebagai sumber contekan saat ujian. Pada akhirnya semuanya ada harganya. Privilige atau apa pun itu yang katanya membuat manusia jadi pantas dicintai didapatkan dengan harga yang sama pantasnya.

Memikirkan semua itu membuatnya berpikir kalau dirinya mungkin memang tidak pernah pantas dicintai. Berkencan dan merasa dicintai itu hanya ilusi karena pada akhirnya semuanya akan hilang saat waktunya sudah habis. Entah apa tujuan Canis memberikan semua ramuan itu, untuk membuatnya sadar kalau dirinya harus bisa berdiri sendiri dengan atau tanpa kepedulian dari orang lain. Ya, seperti kenyataan yang harus ditelannya sore tadi.

Sebelum ini, dirinya pasti akan sangat sakit hati ketika ibunya mengatakan hal semacam itu. Namun, sekarang rasanya tidak terlalu sakit lagi. Mungkin benar kata penjaga kafe Signum tadi, kejujuran memang pahit dan mungkin tidak bisa dikatakan dengan manis, tetapi tidak sepenuhnya buruk.

"Ya, ya, mungkin memang seperti itu."

Skyla menaruh kepala di atas punggung sofa debaran jantungnya menanjak naik. Sensasi ganjil yang asing sekaligus familier. Rasa sakit yang menjadi sejenis teman akrab semenjak beberapa hari belakangan. Napasnya tersengal ketika jantungnya rasanya seperti diremas. Skyla menggertakkan gigi sementara tangannya meremas kemejanya. Matanya masih menatap langit-langit yang mulai berputar sementara rasa nyeri mulai menyebar ke sekujur tubuhnya. Mungkin ini harga yang harus dibayar karena dirinya mendapatkan cinta setiap harinya. Namun, kalau harga semurah ini bisa membuatnya dicintai maka Skyla tidak keberatan.

"Kamu yakin?"

Skyla mengerjap ketika ada suara yang terdengar. Itu bukan suara yang muncul dari jawaban pikirannya sendiri. Jawaban dari diri sendiri tidak mungkin suaranya mirip lelaki, bukan?

Apalagi sekarang suara tawa pelan mulai terdengar. Jelas sekali kalau pemilik suara itu bukan pikirannya sendiri. Seliar-liarnya pikirannya, suaranya tetap tidak akan pernah berubah jadi maskulin. Jadi, Skyla menoleh sedikit untuk mengetahui pemilik suara. Pemilik suara itu kini ada di sampingnya. Canis, si pria mirip rumah yang ditemuinya beberapa hari lalu. Kalau saja Skyla tidak terserang rasa sakit yang menyiksa, mungkin dia sekarang sudah berjingkat, akan tetapi dia tidak bisa melakukannya sekarang.

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang