Strange Pain

1.2K 137 7
                                    


Tidak ada bekas tubuh yang hilang seperti kerlap-kerlip atau semacam kertas yang terbakar seperti efek di film-film. Bahkan ketika Skyla mengibaskan tangannya ke udara, dia hanya menemukan kekosonga. Boneka yang semula dipegang Kenneth pun tidak lagi hangat. Hanya saja, benda itu yang jadi satu-satunya penanda kalau pemuda itu memang benar ada di sini. Skyla mendesah setelah memungut boneka itu. Kakinya mendadak lemas dan dia memilih untuk menunggu di sini sebentar lagi. Ada sedikit harapan yang tersisa, kalau dia menunggu mungkin Kenneth akan muncul lagi dan tidak jadi menghilang.

Sebuah penantian yang konyol. Entah sudah berapa jam atau menit yang terlewat dan dia tidak beranjak dari tempat itu. Namun, pemuda itu tidak juga muncul.

"Memangnya apa yang kamu harapkan, Sky? Bukankah biasanya juga ditinggalin, kan?" gumamnya pelan sambil beranjak berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu.

Skyla berjalan gontai kembali ke flat-nya. Bayangan Kenneth masih melekat di alam ingatan meski dia berusaha sekeras mungkin untuk menghapusnya. Bahkan ketika dia masuk ke dalam rumahnya, pemuda itu masih bermain di pelupuk mata. Bagaimana bisa dia melupakan sosok yang begitu manis dan menyenangkan begitu saja saat seharian mereka bersama. Kata-kata yang diucapkan pemuda itu juga melekat dalam ingatan. Meracik kebahagiaannya sendiri katanya. Menarik, semacam mantra sakti yang bisa menghapuskan ingatan menyebalkan.

Dia bisa bilang kalau kata-kata pemuda itu seperti mantra karena banyak kejadian di masa lampau yang berkeliaran di benaknya hari ini. Masih menyebalkan kalau diingat, akan tetapi tidak lagi menyakitkan. Padahal biasanya hal-hal di masa lalu selalu sukses membangkitkan amarahnya dan membuatnya mengasihani dirinya sendiri yang bernasib malang. Namun, dia tidak merasakan semua ini sekarang seolah-olah semua itu hanya sisa masa lalu yang memang hanya bisa diingat, tetapi tidak memberikan pengaruh apa pun. Mungkin benar kata Kenneth, dia tidak perlu bersedih lagi mengenang masa lalu yang sudah lewat. Toh semua itu terjadi. Masa lalu hanya akan tertinggal di belakang dan seharusnya tidak akan mampu memberikan rasa sakit itu padanya kalau dirinya tidak mengizinkan. Selama ini, dirinya sendiri yang bodoh karena mau saja ditekan semua kejadian di masa lalu dan membuat dirinya sendiri tidak bahagia.

"Ya, mungkin benar katamu kalau aku harus meracik kebahagiaanku sendiri. Tapi, aku belum tahu caranya," gumamnya. "Dan kamu keburu pergi sebelum ngajarin aku."

Gadis itu membanting pantat di atas permukaan ranjang sambil membuka tas belanjaan yang sejak tadi dibawanya. Jemarinya dengan cepat menarik boneka kudanil lalu boneka burung berwarna kuning dengan paruh oranye. Mata burung itu melengkung membentuk senyuman, sangat menggambarkan kepribadian Kenneth yang ceria, penuh energi dan menggembirakan. Dia memeluk dua boneka itu lalu mendekatkannya ke dada. Desahan panjang keluar dari bibirnya ketika dia menaruh kedua boneka itu di atas pangkuan, baru kencan pertama sudah seperti ini. Apa kabar hatinya di kencan kedelapan nanti?

Kepalanya menggeleng cepat. Ini hanya kencan dengan orang yang tidak dikenalnya sebelum hari ini, jadi tidak perlu terbawa perasaan. Benar, tidak perlu bersedih untuk orang asing. Dia memang bertekad begitu—ya niatnya memang begitu, tapi—Skyla mendesah lalu menarik napas panjang. Dia kemudian bangkit berdiri setelah menaruh kedua boneka itu di dekat bantal. Gadis itu lalu berjalan mendekati meja kecil di dekat jendela. Tatakan ramuan itu masih bertengger di sana. Ada sedikit cairan bening di dasar botol. Hal ini membuatnya lega, cairan itu muncul maka artinya misinya berhasil dan Kenneth cukup bahagia bersamanya tadi.

Kenneth manis sekali hingga sulit sekali dilupakan. Suara-suaranya seperti terpatri dalam telinga Skyla dan terus berdendang sementara bayangannya masih menari di pelupuk mata. Melupakan seseorang memang tidak pernah mudah. Hanya saja dilupakan malah sebaliknya, mungkin rasanya tiba-tiba hilang begitu saja. Skyla tidak pernah melupakan orang terlebih dahulu, ia selalu menjadi pihak yang dilupakan. Makanya dia pun yakin kalau sekarang Kenneth sudah melupakannya, begitu pula semua orang yang pernah mengenalnya. Kalau memikirkan semua ini rasanya ingin menangis, tetapi apa yang perlu ditangisi. Dilupakan memang menyebalkan, tetapi memaksa orang mengingat dirinya itu lebih aneh lagi. Mereka jelas bebas menendangnya dari ingatan, toh pikiran itu milik mereka.

Dia sama sekali tidak menangis, benar dia tidak menitikkan air mata setetespun. Hanya saja, kenapa dia ingin sekali menangis? Apa mungkin ini karena Kenneth berhasil membuka matanya hari ini lalu dia merasa sedih karena harus berpisah dengan pemuda itu secara tiba-tiba dan tidak ada kemungkinan untuk bertemu lagi?

Benar, mungkin seperti itu. Skyla menggigit bibir lalu seketika tersentak kala rasa sakit tiba-tiba datang menusuk dadanya begitu saja. Ini bukan sakit karena dia mendadak mengingat masa lalu yang menyebalkan hingga membuat dadanya sesak. Rasanya ini sakit sungguhan, semua terasa di tubuhnya. Jemarinya mengepal sementara giginya saling menaut.

Napasnya yang semula normal kini terasa berat dan memburu. Dadanya mulai sesak hingga dia harus membuka dua kancing teratas blouse-nya. Pakaian ini terasa begitu mengekang dan menyesakkan. Skyla menyentuh dadanya, jantungnya memacu cepat hingga rasanya melompat-lompat serta memukul tulang rusuknya kuat-kuat. Jemarinya yang semula mengepal kini meremas blouse yang membalut badan sebelum tubuhnya limbung dan jatuh ke lantai. Skyla tidak lagi bisa merasakan sakitnya wajahnya kala menghantam lantai. Yang dia rasakan sekarang rasa sesak yang teramat sangat seperti ada tali yang mengikat tubuhnya dan makin lama semakin terasa erat hingga membuatnya tidak bisa bergerak. Napasnya mulai memendek. Detik demi detik yang terlewat begitu menyakitkan saat dadanya terasa seperti dipukuli palu sementara jantungnya berdenyut nyeri. Skyla membuka mulutnya untuk mencari udara, paru-parunya mungkin sekarang sedang menyempit dan kekurangan oksigen.

"Ugghh!" keluhnya dengan jemari yang masih mengepal.

Jantungnya seperti ditusuk jarum-jarum kecil yang tidak berhenti. Skyla menekuk kaki hingga menyentuh dada. Dia juga melengkungkan punggung hingga keningnya nyaris menyentuh lutut. Namun, rasa sakit itu tidak kunjung hilang. Jemarinya mulai kebas lalu mati rasa, akan tetapi dia tetap meremas kain bajunya. Matanya mulai memanas saat air mata mulai meleleh turun. Rasa sakit ini benar-benar tidak tertahankan, rasa nyeri hebat yang baru pertama kali dirasakannya seumur hidup. Gadis itu membuka mulut untuk mengambil napas, akan tetapi rasa sakit itu memaksanya untuk tetap menempelkan bibirnya rapat-rapat dan memilih untuk menautkan gigi lebih erat.

Tidak ada suara siapa pun, tidak ada yang menolong, hanya keheningan yang memeluknya lebih erat. Bibirnya tertarik ke atas lalu suara terkekeh terlepas begitu saja, sendirian dan kesepian. Tawa menyedihkan itu akhirnya hilang dan berubah menjadi tangisan tanpa suara.

Air matanya masih meleleh kala dia mulai merasakan rasa nyeri itu perlahan-lahan mulai berkurang. Desahan napasnya yang semula terasa pendek kini mulai longgar seakan tali kasat mata yang mengikat tubuhnya mulai terburai lepas. Saat rasa sakit itu benar-benar hilang, Skyla mulai memejamkan mata. Dia lelah dan ingin tidur saja. Dia bisa ke dokter besok pagi untuk mengetahuin hal yang salah dengan tubuhnya.

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang