Miles-The Language of Flower (2)

325 62 10
                                    

"Kamu enggak perlu berterima kasih untuk hal yang memang milik kamu," kata Miles dengan senyuman yang tidak lepas dari bibirnya.

"Maksudnya?"

"Maksudnya saat aku bilang kamu itu seindah anggrek ini maka seperti itulah dirimu, Sky. Jadi, tidak perlu merasa berterima kasih pada orang yang menyuarakanya. Aku contohnya."

"Tapi, aku tetap harus berterima kasih, bukan?"

"Betul. Ketimbang mengelak akan lebih baik berterima kasih saat orang lain memuji kamu. Tapi—"

"Tapi, apa?"

Miles kini menatap Skyla tanpa berkedip. "Kuharap kamu terbiasa dengan pujian. Kamu berhak mendapatkan itu. Semua manusia berhak kok."

Skyla menunduk. Matanya masih terpaku pada bunga di pangkuannya. "Aku tahu. Aku hanya merasa tidak pantas."

"Karena kamu merasa buruk?"

Skyla menggeleng sekarang. "Bukan."

"Lalu?"

"Apa aku boleh cerita?"

Miles tidak langsung menjawab. Diamnya pemuda itu membuat Skyla melirik ke arahnya. Saat melakukannya, matanya bersitatap dengan manik hijau zamrud milik pemuda yang duduk di sampingnya itu. Bibirnya mengulum senyuman sementara tangannya kini menyentih punggung tangan Skyla yang masih memegangi pot.

"Tentu saja boleh, kamu enggak perlu minta izin soal itu, Sky. Aku pasti mau dengarkan," katanya masih dengan nada ramah yang tidak berubah dari sebelumnya.

"Terima kasih."

"Sama-sama, coba cerita!"

Skyla menarik napas dalam. Dia mencoba memilah kata-kata untuk diucapkan. Dia hanya tidak ingin salah bicara hingga membuat Miles membencinya. Bukan soal kencan yang mungkin bisa gagal, tetapi dia tidak ingin membuat orang yang peduli pada ceritanya jadi kesal atau marah.

"Sky!"

Mendengar teguran itu, Skyla menunduk lagi. Napas kasarnya berembus keluar dari mulut. "Sejujurnya, aku tidak pernah merasa buruk atau jadi jahat atau semacamnya," katanya memulai.

"Oke, lalu?"

"Orang lain selalu bilang aku jahat, egois, tidak baik, dan semacamnya."

"Oke. Lalu, kamu pikir kenapa mereka bilang kamu begitu? Padahal kamu sendiri bilang tadi kalau kamu enggak jahat."

Skyla menggeleng keras. "Aku enggak jahat."

"Baiklah, aku percaya. Tapi, mungkin kamu bisa menerka alasannya," tukas Miles lagi.

Skyla berpikir lagi. Bibirnya gemetar sementara jari-jemarinya mulai bergerak gelisah di permukaan pot. "Kurasa karena aku punya pandangan dan keinginan yang berbeda."

"Contohnya?"

"Contohnya, aku masih ingin kedua orang tuaku kembali bersama padahal mereka sudah punya kehidupan masing-masing."

"Itu wajar sih. Posisimu kan sebagai anak, jadi tidak salah kalau kamu menginginkan orang tuamu bersama. Selain itu?"

"Selain itu, kedua orang tuaku punya kehidupan masing-masing tanpa aku di dalamnya. Aku anak ibuku, tapi ibuku tidak menerimaku di kehidupan barunya. Ayahku lebih menginginkan hidup barunya ketimbang aku." Skyla mengambil jeda sebelum melanjutkan kata-katanya. "Mungkin kamu bisa bayangkan kehidupan kami seperti potret usang yang disobek paksa. Kedua orang tuaku yang ada di sampingku tiba-tiba pergi, hanya tinggal aku sendiri di potret itu. Aku yang tertinggal di masa lalu dan tidak ada pula di masa depan."

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang