Carousel

345 42 0
                                    


Komidi putar itu berputar pelan kemudian semakin cepat dan cepat. Wahana ini sangat menyenangkan karena bentuknya mirip kotak musik raksasa dengan banyak hewan berwarna-warni dan kendaraan untuk diduduki. Gelak tawa anak-anak yang naik di sana juga bergema. Skyla juga salah satu anak itu. Dia meremas kepala kuda yang ditungganginya sambil tergelak.

Dia suka menunggangi kuda dan berpura-pura kalau kuda yang ditungganginya berlari kencang melintasi padang rumput saat wahana ini berputar. Ketika wahana itu berputar lebih cepat, Skyla bisa merasakan angin bertiup melalui rambutnya. Rasanya seperti sedang terbang.

Skyla senang mendengar teriakan dan tawa gembira dari anak-anak lain saat mereka berputar-putar bersama. Kadang-kadang dia mencoba untuk melihat siapa yang bisa bertahan paling lama tanpa merasa pusing. Bagian terbaiknya adalah saat orang-orang dewasa mendorong wahana dengan sangat cepat dan membuatnya melayang semakin tinggi. Skyla merasa seperti berada dalam sebuah petualangan ajaib dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Rasanya seperti berada di dunia kecilnya sendiri yang penuh kesenangan dan kegembiraan.

Selama bermain, dia juga melambaikan tangan pada ayah ibunya yang kini berdiri di luar pagar dan menunggunya. Kedua orang tuanya juga melambaikan tangan kepadanya. Skyla bahagia sekali karena ibunya mengizinkannya menaiki komidi putar lebih dari dua kali. Ayahnya juga tidak keberatan. Hari ini orang tuanya luar biasa. Skyla akan naik sekali lagi setelah itu dia ingin naik bianglala agar bisa memandangi langit dan mencoba meraih bintang-bintang. Dia menoleh ke arah orang tuanya sekali lagi sebelum kembali fokus pada tunggangannya.

Skyla masih tertawa ketika wahana permainan yang awalnya berputar lebih cepat kini mulai melambat. Suara gelak tawa yang awalnya terdengar samar-samar kini makin keras. Ada pula anak kecil yang menangis. Mungkin karena komidi putar sudah berhenti hingga suara-suara itu terdengar lebih keras. Skyla masih duduk di kudanya dan ingin naik sekali lagi. Ayahnya mungkin tidak akan keberatan untuk menunggu sepuluh menit lagi. Namun, Skyla tidak menemukan orang tuanya di mana pun. Padahal mereka ada di dekat pagar, tetapi begitu wahana berputar ini berhenti, orang tuanya tahu-tahu menghilang.

"Ayah! Ibu! Kalian di mana?" Skyla kini bergerak turun sambil terus mencari orang tuanya.

Namun, dia tidak menemukan orang tuanya di mana pun. Matanya mulai basah. Dia benar-benar takut sekarang. Dia takut ditinggalkan sendirian di tempat ini. Dia juga menyesal karena bersikeras untuk naik wahana sekali lagi.

"Ayah...Ibu...kalian ada di mana? Jangan tinggalin aku," ucapnya dengan suara parau.

"Kamu sendirian saja, Adik kecil?" Sebuah suara menyapa.

Saat Skyla mendongak dia menemukan seorang pemuda tanggung yang kini berdiri di dekatnya. Laki-laki mungkin seumuran ayahnya dan membawa kamera. Mata birunya terlihat lebih gelap sore ini dan rambut pirangnya yang tipis tertiup angin.

"Kamu nyariin orang tua kamu, ya?" tanya laki-laki itu lagi.

"Iya," ucap Skyla jujur. "Apa kamu melihatnya? Apa kamu mau bantu nyari orang tuaku?"

Laki-laki itu menoleh ke sekeliling. "Aku gak tahu sih orang tua kamu yang mana. Tapi, lebih baik tunggu di sini saja, takutnya nanti berselisih jalan saat kita mencari mereka."

"Tapi, aku takut."

"Jangan takut, aku bukan orang jahat. Percaya deh, orang tuamu gak ninggalin kamu kok, mungkin mereka lagi ke kamar mandi."

Skyla tidak sepenuhnya percaya meski laki-laki tidak terlihat jahat. Dia takut kalau harus di sini sendirian. Dia ingin pulang. Ingin bertemu ayah dan ibunya. Dia ingin pergi dari sini secepatnya.

"Aku mau pulang," gumamnya pelan sembari memilin kardigan dengan tangan gemetar.

"Bagaimana kalau kamu naik wahana dulu sambil nunggu orang tua kamu?" katanya menawarkan.

"Tapi, aku pengen pulang."

"Kamu bisa pulang setelah baik wahana. Naik kuda atau unicorn bakalan seru banget lho," kata laki-laki bermata biru itu lagi.

Skyla menoleh ke arah wahana komidi putar yang sudah siap berputar kembali. Sebetulnya dia ingin naik lagi. Tadi, dia ingin minta pada ayahnya agar bisa naik. Lalu, ada laki-laki asing yang menawarkannya untuk naik. Tawarannya menggiurkan. Dia bisa naik komidi putar sekali lagi. Selain itu, dia akan lebih mudah mencari keberadaan orang tuanya ketika naik benda itu.

"Tapi, aku gak punya karcis."

"Kita bisa beli. Bagaimana?"

"Tapi, aku gak punya uang."

"Aku yang akan bayar," kata laki-laki itu kembali menawarkan. Matanya menyipit saat bibirnya menyunggingkan senyuman.

"Benarkah?"

"Iya, benar. Kamu mau?"

Pada akhirnya Skyla mengangguk. Laki-laki itu kemudian menyodorkan karcis padanya. Setelah itu, laki-laki itu membimbing Skyla untuk kembali ke wahana komedi putar. Sebelum Skyla naik kembali, laki-laki itu menghentikannya.

"Tapi, kamu harus menatapku ya, biar aku bisa memotret kamu."

"Kalau gak bisa pas posisinya gimana?"

"Gak apa-apa, soalnya aku punya kamera ajaib."

"Kamera ajaib?" tanya Skyla keheranan. Matanya kini tertuju pada kamera di tangan laki-laki.

"Iya. Kamera ajaib yang memotret dengan sangat baik asal kamu melihatnya."

"Ah. Jadi, aku tetap akan terlihat meski sedang berputar?"

Laki-laki mengangguk lalu tersenyum. "Benar. Asalkan nanti kamu noleh ke sini sambil senyum. Oke?"

"Hanya noleh dan senyum?"

"Iya, betul. Gak sulit kok. Kalau mau melambaikan tangan juga boleh."

"Baiklah."

"Nah, sekarang naiklah, sebelum komidi putarnya kembali dimainkan!"

Setelah Skyla mengangguk, laki-laki itu membantunya naik. Kali ini Skyla naik unicorn karena dia berharap akan menemukan petualangan ajaib di dalam wahana. Tidak lama setelahnya wahana itu berputar pelan kemudian bertambah cepat. Ketika satu putaran terlewat, Skyla menoleh untuk mencari sosok laki-laki itu.

Benar saja, laki-laki itu mengarahkan kamera ajaib itu padanya. Ketika kilatan blitz kamera berpendar di udara, Skyla tersenyum. Kemudian kamera itu kembali memancarkan sinar bertepatan dengan suara keras yang terdengar. Blitz kamera menyala lagi bersamaan dengan suara gemuruh bercampur jeritan. Skyla tersentak saat suara nyaring terdengar lebih keras.

Skyla mengerjap, matanya menemukan langit-langit kamar yang suram. Wahana bermain itu sudah menghilang. Saat dia menoleh sekeliling, dia menemukan kamarnya. Skyla mengusap peluh di dahinya sementara napasnya masih memburu. Ternyata dia hanya bermimpi.

Dia baru saja hendak menarik selimutnya kembali ketika suara bel terdengar. Bukan hanya itu, suara bel itu kini bercampur dengan bunyi ketukan beruntun yang terkesan tidak sabar. Skyla buru-buru bangkit dari ranjang. Dia ingin tahu identitas manusia kurang sopan yang kini ada di depan pintu.

Tidak membutuhkan waktu lama sampai Skyla membuka pintu. Meski sudah menduganya, tetapi jantungnya nyaris merosot ketika melihat sosok yang ada di balik pintu. Pria berwajah tegas itu kini menatapnta tanpa berkedip.

"Ngapain Ayah ke sini?" tanya Skyla keheranan.

"Kita perlu bicara," kata pria itu.

"Soal apalagi sih?" tolak Skyla sambil mengusap tengkuknya yang masih basah.

"Soal Ines."

Jawaban singkat itu sudah memberikan cukup banyak penjelasan untuknya. Jelas bukan pembicaraan baik-baik dan penuh kasih saynag menantinya. Pria ini pasti tidak terima soal kunjungannya kemarin dan sedang melabraknya kali ini. Ya, dunia kadang selucu ini. Seorang ayah tega melabrak putri kandungnya demi membela anak tiri kesayangannya. Skyla hanya tersenyum kecut lalu mempersilakan pria itu untuk masuk.



Note:

1. First draft, jadi masih berantakan

2. Selamat membaca dan semoga suka


My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang