Cody- A Song for You (1)

218 27 5
                                    

Saat manik mata sewarna zamrud itu hanya berjarak beberapa inci darinya, Skyla mengingatnya. Dia ingat kapan dia bertemu Cody untuk pertama kali. Pertemuan yang mungkin jadi menit-menit terakhir pemuda itu masih bernapas.

"Kamu bisa maju ke depan sedikit kalau mau melihat lebih jelas!"

Suara Cody saat itu terngiang di telinganya. Di konser Rivercrow, pemuda berambut merah dan bermata hijau tua yang menyarankannya untuk maju ke depan agar bisa melihat dengan jelas. Pertemuan tidak sengaja dengan orang asing, percakapan seadanya dan senyuman basa-basi itu ternyata menjalin takdir yang lain.

Sama seperti Niklas atau Arran atau pemuda lain yang dikencaninya satu minggu belakangan. Semuanya hanya hadir sekilas, sebentar, tidak sengaja atau hanya berpapasan karena ada di satu lokasi yang sama. Namun, melewatkan waktu bersama mereka sehari saja membuatnya mengerti lebih banyak. Pada akhirnya, misinya bukan membahagiakan pacar-pacar kilat yang hilang saat senja datang, tetapi untuk melihat lebih jauh ke dalam dirinya sendiri.

Mungkin ini yang sebenarnya diinginkan oleh Canis atau misi apa pun yang dia jalani beberapa hari belakangan bahwa kehadiran seseorang meski hanya sebentar saja ternyata memiliki andil dalam kehidupan orang lain. Sama seperti pemuda-pemuda baik hati ini. Skyla bahkan tidak mengenal mereka, tetapi mereka membuatnya lebih banyak berpikir mengenai hidupnya sendiri. Mungkin sama seperti dirinya, meski kehadirannya tidak diinginkan oleh banyak orang, tapi mungkin dirinya memiliki sedikit arti, dirinya memiliki tujuan hingga ada di dunia ini.

Dan mungkin, Canis atau siapa pun yang memberikan misi itu ingin agar dirinya menyadari semua itu. Apabila hidupnya benar-benar berakhir malam itu maka dia tidak akan menyadari semua ini.

"Sky!"

Panggilan itu membuat Skyla tersentak. Dia mengerjap beberapa kali dan baru menyadari kalau ternyata dia melamun saat Cody mencium bibirnya. Dan entah sejak kapan ciuman itu terlepas karena sekarang Cody menangkup wajahnya dengan kedua tangan.

"Apa aku gak sengaja gigit bibir kamu?" tanya pemuda dengan suara khawatir.

"Hah?"

"Aku serius nanya, Sky. Apa aku tadi gigit bibir kamu atau gigi kita terantuk tanpa sengaja?"

"Enggak deh, kamu jangan-jangan aneh-aneh!"

"Kalau enggak, atau kamu malu tiba-tiba kucium?"

Skyla berdeham pelan saat pipinya memanas. "Bukannya sudah biasa?" kilahnya berbohong.

"Ya iya, kita bahkan pernah berciuman panas di pusat perbelanjaan."

Skyla tidak bisa mengingat bagian itu karena memang dia tidak pernah melakukannya. Saat bersama Nathan pun, dia tidak pernah berciuman di tempat umum. Bahkan ciuman di bus saja baru pertama kali tadi. Namun, memikirkannya saja membuat panas di pipinya menjalar ke telinga. "Nah, itu pernah yang lebih parah. Jadi, bukan apa-apa."

"Kalau begitu, kenapa kamu nangis?"

"Hah?"

Skyla masih belum menyadari soal itu sampai dia mengusap pipinya yang ternyata basah. Dia tidak menyadarinya, tapi mungkin Cody benar kalau dia sempat menangis.

"Air mata, kan? Jadi, jujur deh, kamu nangisnya kenapa?"

Skyla buru-buru mengusap matanya yang sembab dengan tangan. "Ah, aku bukan menangis karena ciuman atau apa, mataku sepertinya kemasukan sesuatu," kilahnya berbohong.

"Coba lihat!" kata Cody.

"Aku enggak apa-apa."

"Beneran?" tanyanya masih terdengar khawatir.

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang