Spårlöst

946 124 13
                                    

Kedatangan Canis semalam rasanya seperti mimpi. Meski semua yang dikatakan pria itu memang benar. Sakit yang dirasakannya langsung menghilang tidak lama setelah Canis pergi. Mungkin dia memang lebih membutuhkan penjelasan, ketimbang pertolongan. Sayangnya, penjelasan yang datang pun hanya setengah-setengah. Pasti karena alasan ini makanya manusia dilarang berurusan dengan makhluk dari alam lain. Mereka tidak akan memberikan potongan informasi dengan mendetail, melainkan hanya setengah-setengah dan membingungkan. Semacam trik untuk menjerat manusia agar masuk ke dalam jebakannya. Hanya saja, rasanya dia tidak perlu terlalu berburuk sangka pada Canis, pada kenyataannya pria itu berkali lipat lebih baik dibanding manusia di sekelilingnya.

Pandangan matanya kini jatuh pada ramuan yang ada di tatakan, dia belum meminum ramuan hari ini. Masih terlalu pagi dan ada hal lain yang ingin dilakukannya terlebih dahulu sebelum pergi berkencan. Skyla lalu menarik mug berisi cokelat panas yang masih mengepul. Menyesap isinya perlahan sambil memperhatikan layar notebook miliknya untuk membuka email dan mencari lowongan pekerjaan sambilan. Dia sudah mengirimkan email lamaran di salah satu kedai dan toko buku lalu sekarang mencoba mencari lokasi lain. Dia memutuskan untuk menata hidup dan mencoba realistis.

Hal pertama yang terpikirkan adalah bertahan hidup setelah pergi dari rumah. Dia tidak bisa bergantung selamanya pada orang tua yang tidak pernah menginginkan keberadaannya. Kuliah akan dimulai di musim gugur, jadi tidak ada salahnya menghabiskan jeda setelah kelulusan dengan bekerja. Uang yang didapat bisa dipakai untuk hal lain, jalan-jalan misalnya.

Ah, jalan-jalan. Memikirkan hal ini dia jadi ingat Arran. Pemuda itu sepertinya senang berjalan-jalan dan telah mengunjungi banyak tempat. Bukankah Arran seorang fotografer, mungkinkah pemuda itu memiliki laman akun sosial media atau website yang dipakai untuk memamerkan hasil jepretannya?

Skyla buru-buru menaruh mug di tangannya ke atas meja dan mulai mengetikkan kata kunci di laman pencarian. Dia hanya tahu soal Arran jadi dia menulis nama pemuda itu. Tidak yakin akan menemukan apa pun, tetapi dia setidaknya mencoba untuk mencari petunjuk. Meski, dia juga tidak tahu harus melakukan apa kalau bertemu pemuda itu. Tidak yakin juga apakah dia akan mencarinya di kehidupan nyata kalau menemukan sedikit petunjuk.

Namun, ada beberapa pertanyaan yang bercokol di benaknya, baik untuk Arran maupun Kenneth. Kalau misalnya akhirnya dia bertemu dengan mereka, apakah mereka akan melupakannya? Ataukah akan mengingatnya? Ataukah mengabaikannya dan menganggap semuanya tidak pernah terjadi? Ataukah kemungkinan yang lain?

Jantungnya berdebar-debar ketika akhirnya mesin pencari berhenti dan memberikan banyak saran soal Arran Spencer yang ada di dunia ini. Dari akun sosial media sampai blog-blog pribadi. Skyla mulai menyisir satu persatu saran pencarian yang diberikan. Dia berharap akan menemukan profil pemuda itu atau hasil jepretan kameranya yang estetik. Namun, jari-jemarinya sampai pegal mengetuk keyboard dan matanya pedih menatap layar, tidak ada yang mirip dengan Arran Spencer yang dicarinya. Oke, mungkin Arran memakai nama lain sebagai username akun, nama blog, nama pemilik image yang diposting di website penyedia gambar dan bisa jadi tidak pernah mengunggah potretnya jadi wajar saja. Tidak perlu kecewa dan kehilangan motivasi karena hal semacam ini.

Menolak untuk menyerah, Skyla kini beralih untuk mencari soal Kenneth. Dia mengetikkan nama lengkap pemuda itu beserta ciri-ciri fisik yang dimiliki bahkan menambahkan soal boneka. Namun, sama seperti Arran, tidak ada satupun yang cocok dengan deskripsi Kenneth yang dicarinya. Ini benar-benar aneh karena tidak ada satupun jejak digital yang ditemukan. Seperti kasus pembunuhan keluarga Watts tahun 2018 silam, polisi menemukan jejak pencarian di google ketika Nichol Kessinger mencari soal Shanann Watts bahkan keterangan ketika wanita itu bahkan mencari uang royalti yang diterima jika dirinya menuliskan kasus pembunuhan keluarga itu.

Ya, kembali lagi kalau dirinya hanya rakyat sipil biasa. Bukan pejabat pemerintahan dan bukan pula hacker yang bisa meretas data atau seseorang yang cukup ahli untuk menelisik sampai ke dalam-dalam. Akan tetapi, setidaknya seseorang pasti pernah meninggalkan jejak di dunia maya. Ah, sudahlah, mungkin memang dia yang tidak pandai mencari informasi.

Skyla memutuskan untuk menutup laman pencarian dan mematikan notebook-nya. Waktu terus bergerak dan dia harus menepati janjinya untuk berkencan hari ini. Setelah menaruh mug bekas cokelatnya di bak cuci, Skyla kini bergerak mendekati nakas. Cairan yang semalam dibicarakan Canis masih bertengger di tatakan dan isinya memang bertambah.

"Avliden," gumamnya sambil menatap cairan itu tanpa berkedip. Nama yang agak aneh sekaligus unik hingga sulit dilupakan meski hanya mendengarnya sekali.

Dia bertekad untuk menambah isi cairan itu nanti malam. Kalau memang konsekuensinya harus merasakan sakit maka lebih cepat itu lebih baik. Setidaknya hanya tingga enam hari lagi sampai semuanya berakhir. Skyla mengulurkan jarinya dan meraih ramuan ketiga untuk hari ini. Dia membuka tutupnya dan langsung menghabiskan isinya.

Seperti biasa, barcode hitam disertai nama, tanggal pembuatan dan tanggal kedaluwarsa muncul di bagian dasar botol setelah Skyla menghabiskan ramuan di dalamnya. Matanya menyipit saat membaca tulisan yang tertera di dasar botol.

Cael Price

MFG25062021

EXP04072014

Cael Price, nama yang rupawan dan mungkin pemuda yang akan dikencaninya hari ini juga menyenangkan. Perhatiannya kini tertuju pada tanggal yang tertera di bawah nama calon pacarnya. Sesuai dugaannya MFG-nya hari ini, jadi tanggal pembuatan ramuan ini selalu berurutan. Keningnya berkerut ketika membaca kedaluwarsanya selalu berbeda. Tanggalnya tidak pernah sama, tidak juga berurutan, bulan dna tahunnya juga berbeda. Bagian ini masih jadi pertanyaannya untuknya.

Semua pertanyaan yang bercokol di kepalanya langsung buyar ketika bel pintunya berbunyi. Dia buru-buru menaruh botol ramuan di tatakan dan mencoba merapikan rambut seadanya. Benar-benar tidak mengira kalau pacar barunya akan datang secepat ini. Skyla meraih kardigan lalu bergerak keluar. Sebelum membuka pintu, dia memasang senyuman lebar di bibirnya.

"Hai, Cael—"

Namun, kata-katanya terputus ketika melihat sosok yang berdiri di depan pintu. Senyuman di bibirnya langsung memudar. Bukan pemuda asing—yang mungkin Cael—yang ada di depannya, tetapi orang lain. Seseorang yang sama sekali tidak ingin ditemuinya sekarang. Jenis makhluk yang masuk deretan teratas sebagai orang yang diblacklist dalam hidupnya.

"Ngapain kamu ke sini, Johnson?" tanyanya ketus.

Bibir Nathan berkedut setelah mendengus tidak percaya. Pemuda itu lalu memiringkan kepala dengan alis bertaut. "Cael? Siapa dia?" tanyanya.

Skyla ingin sekali menutup pintu sekarang juga, tetapi tangan Nathan menahan benda itu. Pemuda itu tetap bertahan meski Skyla berusaha menarik daun pintu dan mencoba menutupnya. Sepertinya Nathan ingin memaksanya untuk menjawab pertanyaan itu, suka tidak suka dan mau tidak mau. Benar-benar menyebalkan.




Note: Draft pertama seperti biasa, aku langsung post habis nulis jadi pasti masih berantakan. Ngecek typo, keluwesan dialog atau hole nanti kalau buku sudah selesai atau kejeda lama jadi kudu baca ulang, jadi boleh kok ditunjukkin kalau ada yang aneh ^^

Ada revisi di tanggal MFG, sudah direvisi buat bagian Arran dan Kenneth biar cocok sama timeline waktunya. Enggak perlu baca ulang, nanti dibahas kok di belakang soal tanggal-tanggal itu. Oh iya, sudah ada petunjuk sedikit soal cowok-cowok itu di chapter ini, mungkin bisa coba ditebak-tebak wkwkwkkwwk


Selamat membaca, semoga suka. Kalau bingung, jangan sungkan buat tanya^^


Btw, hari ini baru bikin grup wa baru nih, buat ngobrol santuy saja sih. Namanya Jaspiner, kalau mau gabung boleh banget ya. Buat yang mau gabung, feel free to join us, di link ini ya: bit.ly/Jaspiner

atau klik link di bio aja ya.



My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang