Shawn-The Ferris Wheel of Hearts (1)

408 45 2
                                    

Setelah menceritakan semuanya masalahnya, Skyla melewatkan shift kerja sampingannya dengan tenang di Perpustakaan Hampstead. Ketika shift kerjanya selesai, Skyla mengucapkan selamat tinggal pada Gemma, wanita tua yang baik hati yang membuatnya merasa lebih baik. Gemma memintanya menginap dan Skyla belum mengiyakan. Meski sebenarnya dia tidak keberatan kalau harus datang lagi untuk mememani Gemma setelah acara kencannya selesai. Dia pikir perempuan itu juga memerlukan seorang teman, sama seperti dirinya. Atau sebenarnya Gemma takut kalau dirinya akan kesepian di flat-nya jadi meminta datang. Apa pun alasannya, entah dua alasan itu atau yang lain, Skyla sama sekali tidak masalah.

Dengan tas tersampir di bahunya, Skyla berjalan keluar ke bawah sinar matahari yang mulai memudar. Dia masih merasakan beban kesendirian hari itu masih melekat pada dirinya, tetapi sekarang dia merasa lebih baik. Skyla kembali duduk di halte dan merogoh tasnya. Dia mengeluarkan botol keenam yang akan diminumnya hari ini. Dua botol terakhir sebelum semua misi beta tester ini akan selesai. Meski sebenarnya Skyla tidak pernah keberatan dengan semua misi-misi ini karena ternyata dia bahagia saat menjalaninya. Sungguh kebalikan dengan misi yang seharusnya membuatnya partner kencannya bahagia.

Kata Gemma kalau kebaikan itu akan membawa kebaikan yang lain meski bukan dari orang yang sama. Jadi, kebahagiaan mungkin juga sama. Dia berusaha membahagiakan pasangan kencannya dan sebagai gantinya dia juga ikut merasakan kebahagiaan itu. Semacam hubungan timbal balik dan simbiosis mutualisme. Skyla tersenyum samar, agar sedih rasanya saat memikirkan semua kencan menyenangkan ini akan berakhir besok malam.

Skyla membuka tutup botolnya dengan hati-hati dan membawanya ke bibirnya. Meski di asal dia menyesap cairan itu dengan ragu-ragu. Namun, cairan itu menari-nari di lidahnya, memenuhi inderanya dengan ledakan rasa manis dan tajam. Sensasi hangat mengalir ke seluruh tubuhnya. Skyla meninum botol berwarna amethyst itu dalam dua kali tegukan. Dia kemudian membalik bagian bawah botol untuk melihat nama partner kencannya kali ini.

"Shawn Miller, nama yang cantik," gumam Skyla sambil membaca detail yang tertera di bawah botol.

Shawn Miller

MFG 29062021

EXP 13082010

Skyla mengerutkan kening sejenak, kenapa angka expired-nya mundur, seingatnya saat bersama Niklas kemarin, angka terakhirnya tahun ini?

Namun, semua pertanyaan langsung lenyap dari benaknya ketika seorang pemuda yang menaiki sepeda kini ada di depannya. Pemuda itu datang dengan tiba-tiba seolah muncul dari udara. Seperti lima pemuda lain, kehadirannya tidak terduga seolah-olah mereka memang muncul dari dalam botol. Pemuda itu memiliki mahkota rambut hitam dan mata cokelat terang yang memesona yang sepertinya menyimpan kilatan kenakalan.

"Shawn?" tanya Skyla memastikan kalau pemuda ini adalah teman kencannya.

"Halo, Skyla!" sapa Shawn, suaranya lembut tetapi terdengar penuh semangat. "Kuharap aku tidak terlambat."

Skyla langsung tersenyum. "Tidak sama sekali, Shawn. Aku baru saja selesai di perpustakaan."

"Perpustakaan?"

"Ah, iya aku kerja paruh waktu di sana?"

Shawn mengangguk paham. "Pasti menyenangkan."

"Benar."

"Lain kali kita ke sana ya, Sky," pintanya.

Skyla hanya mengangguk kaku. Dia tahu kalau tidak akan pernah ada lain kali. Kencan ini hanya terjadi sehari dan setelahnya mereka akan berpisah layaknya dua orang asing yang tidak saling kenal. Skyla sendiri pernah mencoba mencari pacar-pacar seharinya itu, tetapi tidak menemukan apa pun. Jadi, dia yakin sepenuhnya kalau dia tidak akan pernah bertemu lagi dengan Shawn setelah hari ini. Bagian ini sejujurnya membuatnya sedih, tetapi dia tidak pilihan yang lebih baik selain bertanya pada Canis. Namun, dia yakin sepenuhnya kalau siluman rubah itu tidak akan pernah memberikan jawaban yang dia inginkan.

"Jadi, kita mau ke mana? Apa kita mau langsung pergi?" tanya Skyla berusaha mengalihkan pikirannya dan mencoba menyesuaikan sikap agar Shawn tidak menangkap kegelisahannya.

"Kamu mau ke mana?"

"Aku ikut kamu saja, Shawn. Kita mau naik sepeda, kan?

"Kamu mau?"

"Tentu saja."

"Bagaimana kalau kita ke taman bermain di dekat sini saja?" ajak Shawn.

"Taman bermain?" Skyla mendadak teringat mimpinya semalam. Mimpinya juga soal taman bermain, tentang kejadian yang sudah lampau dan tidak ingin diingatnya lagi.

Sejujurnya, dia tidak pernah ke taman bermain dengan sukarela lagi sejak hari itu. Dia tidak ingat alasan tepatnya—selain perpisahan orang tuanya—tetapi, dia selalu takut ke taman bermain. Tentu saja dia pernah terpaksa datang ke tempat itu karena Ines ingin ke sana, jadi dia harus ikut. Namun, dia merasa tidak nyaman di tempat itu.

Saat itu Nathan juga ada bersamanya, pemuda itu yang menenangkannya. Dia yang selama ini selalu diabaikan merasa diperhatikan hingga tidak membutuhkan waktu lama hingga perhatian kecil—yang mungkin tidak berarti itu—masuk ke dalam hatinya. Dia juga dengan bodohnya membingkai perhatian itu di hatinya demi meyakinkan dirinya sendiri kalau dia pantas dicintai.

Mungkin itu adalah hal yang membuatnya jatuh cinta pada pemuda itu, Nathan ada saat dia membutuhkan dukungan dan mengatakan kalau dirinya tidak perlu pura-pura bahagia. Meski kenyataannya, semua itu juga hanya kepura-puraan semata. Keberadaan Nathan dan perhatiannya hanya kepalsuan paling besar yang ada di hidupnya.

"Kenapa? Apa kita perlu cari tempat lain?"

Skyla buru-buru menggeleng dan langsung memasang senyuman. "Kayaknya akan seru kalau kita naik wahana-wahana permainan."

"Beneran? Kita bisa cari tempat lain kalau kamu enggak mau lho, Sky."

Tidak ingin membuat Shawn merasa tidak enak, Skyla langsung menggeleng lagi. Gelengannhya lebih cepat dan lebih banyak. "Beneran. Aku sudah lama tidak ke taman bermain, jadi kurasa aku hanya bingung harus bagaimana."

"Kan ada aku, Sky."

"Nah iya, jadi enggak masalah kalau kita mau ke sana."

"Baiklah. Kita ke sana ya, Skyla."

Dengan anggukan, Shawn kemudian membantu Skyla naik ke sepedanya. Setelah memastikan Skyla naik, Shawn mulai mengayuh sepedanya.

"Kamu pegangan ya, Sky. Biar gak jatuh," kata Shawn sambil menarik tangan Skyla dan menaruhnya di pinggang.

"Ah, oke."

Skyla menuruti permintaan pemuda itu. Jantungnya berdebar-debar saat jari-jarinya melingkari pinggang Shawn. Dan dengan itu, mereka memulai perjalanan yang aneh, menyusuri jalan-jalan yang sepi di kota Hampstead

Selama berkendara, Shawn mengajaknya bercerita. Skyla menanggapi sambil mengagumi dunia di sekelilingnya. Angin menerpa wajahnya dan mengacak-acak rambutnya saat mereka meluncur melewati rumah-rumah yang berjajar rapi. Aroma bunga-bunga yang baru mekar memenuhi udara, berbaur dengan suara tawa anak-anak di kejauhan.

Tujuan mereka segera terlihat, sebuah taman bermain yang terlihat ramai di kejauhan. Jantung Skyla berdebar-debar saat melihat tempat itu. Mimpinya malam tadi kembali berkelebat di matanya. Dia hanya berharap kalau dirinya akan baik-baik saja dan bisa melakukan yang terbaik. Dia ingin membuat Shawn bahagia saat bersamanya dan tidak membuatnya kecewa.


Note:

First draft jadi masih ada keknya typo-typo, dibenerin sambil jalan ya.

Selamat membaca dan semoga suka ^^

My Boyfriend For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang