" The Contraction "
[Name] tidak mengerti apapun. Ayolah, apa yang bisa dilakukan oleh balita sepertinya? Mungkin selain merengek, menangis, dan menguasai hal dasar terkait pengetahuan dunia ini. Jadi, melihat dirinya yang hopeless, clueless, helpless, mengundang rasa simpati siapapun yang mengetahui kondisinya.
Dan untuk beberapa alasan— Lance tidak bisa meninggalkan gadis itu meskipun itu bukan tanggung jawabnya. Apa karena jiwa seorang Kakak yang membara? Yang pasti dia merasa jika dia meninggalkan gadis itu, gadis itu akan mati mengenaskan dalam kejapan mata.
Melihat [Name] yang tak tahu apapun. Bahkan rasanya dipenuhi dengan dunia imajinasinya, Hogwarts, Slytherin, Draco, itu pasti hanya khayalan. Seharusnya gadis remaja sepertinya sudah berhenti berkhayal seperti chuunibyou.
Sial. Tetapi dia harus berlatih untuk lulus ujian masuk Akademi Easton. Demi adik tercintanya, Anna.
"Duduk di sini dan jangan berkeliaran, mengerti?" Ucap Lance. Sedikit mengancam agar gadis itu tidak mengabaikkan perkataannya.
[Name] hanya mengangguk dan memperhatikan Lance melatih sihir gravitasinya. Lagipula gadis itu menolak untuk memberitahu asalnya— bukan menolak, hanya saja terdengar tidak masuk akal karena Lance tidak pernah mendengar Hogwarts atau semacamnya.
"Graviole!" Lance terus mengucapkan itu berulang kali. Pola serangannya hebat dan dampaknya luar biasa besar.
Mata [Name] berbinar melihatnya... dia ingin mencobanya. Sangat!
Dia bangkit dari posisinya dan berlari mendekati Lance, menatapnya dengan mata penuh harap, "Aku ingin mencobanya! Itu tadi hebat!"
Lance hanya menghela napas gusar, ia sudah menduganya. Apa gadis ini tidak bisa bersikap lebih dewasa? Dia terlalu antusias dan merubah suasana hatinya terlalu mudah.
"Tentu tidak. Sihir gravitasi hanya bisa digunakan oleh keluargaku, ini warisan," Ucap Lance datar.
"Tidak boleh ya?"
Terkutuk lah. Lance kembali menghela napas dan menyerahkan tongkat sihirnya. Toh, lagipula gadis ini tidak punya sihir, dengan begini dia akan menghancurkan ekspetasinya sendiri.
"Aku akan mengajarkanmu sihir yang lain," Ucap Lance. Mengundang binaran antusias dari [Name].
"Lihat aku dulu dan cobalah sendiri," Lance menggenggam tongkat sihirnya yang lain dan mengeluarkan sebuah gembok kunci, "Opti Ars!"
Gembok kunci itu terbuka dan mata [Name] berbinar. Menatap itu seolah itu hal luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh penyihir kuno.
"Akan kucoba!"
Lance memastikan gembok itu terkunci lagi dan memberikannya pada sang gadis. [Name] mengarahkan tongkat pinjaman Lance ke arah gembok itu, "Alohomora!"
Gemboknya terbuka. Tapi kok beda sekte?
Lance mengernyit bingung, mantra dari mana itu? Dan lagi... kenapa berhasil? Bukankah harusnya gadis ini tidak memiliki sihir?
"Jangan buat mantra sendiri," Tegur Lance, "Ucapkan apa yang aku ucapkan. Opti Ars."
[Name] mengangguk. Entah kenapa... dia merasa dunia ini aneh. Berbeda. Bahkan jauh berbeda. Biasanya Draco juga tidak membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menjemputnya, tetapi kenapa Draco tidak datang juga? Dia menjadi sedikit... takut.
"Opti Ars!"
Saat [Name] menyebutkan mantra sihirnya, kepalanya berdengung keras, telinganya mengeluarkan darah— tak kuasa menahan suara bising di kepalanya. Sekujur tubuhnya bergetar kesakitan. Apa yang terjadi?
Napas Lance tercekat melihat reaksi gadis itu. Dia dengan cepat memapah tubuh sang gadis dan di bawa ke tempat yang lebih teduh, "Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"
Sakit. Rasa nyeri menjalar ditubuh [Name]. Pelipisnya bercucuran keringat. Sekalipun dia mempelajari sihir paling berbahaya di Hogwarts, dia tidak pernah mendapatkan reaksi seperti ini pada tubuhnya.
Ini seperti sebuah... kontraksi. Kontraksi antara sihir di lapisan dua dunia yang berbeda.
"D-Draco..."
***
"Sial."
Entah sudah berapa kali decakan halus keluar dari bibirnya. Draco Malfoy— dia dikenal sebagai pembuat onar, salah satu murid dari asrama Slytherin yang terkenal akan kelicikan mereka. Selalu menghasilkan penjahat baru untuk dunia ini.
Tapi untuk satu dalam seumur hidupnya, mungkin ini kali pertamanya bagi Draco Malfoy, sang pureblood, merasa begitu depresi.
Berulang kali dia menyalahkan dirinya sendiri. Pecundang. Sama sekali bukan tipikalnya. Tetapi apa yang bisa dia lakukan untuk mengembalikannya? Gadis itu... menghilang begitu saja. Bahkan dicari di seluruh penjuru kota Diagon Alley dan lainnya, tidak ada satupun jejak, petunjuk.
Dia kehilangan harapan. Melindungi satu orang pun tidak bisa. Pecundang. Itu benar-benar tidak keren. Kini dia hanya bisa menghabiskan waktu menyalahkan dirinya sendiri, merasa tertekan, sambil menggenggam foto milik gadis itu.
"Fvck God. I'm really goin' to burn this damn world down if i can't find her and kill myself."
"My precious..."
***
[Name] terbangun dengan napas terengah-engah. Dia bermimpi. Bermimpi sangat buruk.
Dia bermimpi jika botol susunya direbut oleh para dementor.
Sekujur tubuhnya merinding. Apa salahnya? Kenapa dia harus dihadapkan dengan mimpi buruk itu? Her precious pacifier... Dia akan melindunginya dengan segenap hati.
"Oh? Kau sudah bangun?"
[Name] mendongakkan kepalanya, Lance, dia berharap itu Draco yang sudah menemukannya dan akan membawanya kembali ke asrama. Dia merindukan kasur hangat itu, lalu, susu buatan Draco.
"Kau jatuh tak sadarkan diri cukup lama."
"Tidak sadarkan diri? Aku tidak sadarkan diri?" Tanyanya kebingungan.
"Ya. Setelah merapalkan mantra. Kurasa memang sebaiknya tidak perlu dipaksakan jika kamu tidak bisa sihir," Ucap Lance dengan ekspresi datarnya.
Dia bisa sihir! Hanya saja tadi sedikit aneh. Jika ada Draco, dia bisa bertanya pada Draco. Tetapi kali ini, dia sendiri, hanya seorang diri di tempat yang tidak dia ketahui. Dia bahkan meragukan jika eksistensi Hogwarts itu ada.
Seolah dia berada di dunia yang berbeda.
Yah, apa yang diharapkan dari balita sepertinya? Dia tidak bisa berpikir selayaknya orang dewasa dan berteori di mana dirinya berada. Yang bisa dia lakukan hanyalah bergantung dengan orang dewasa di sekitarnya.
"Hey," Panggi Lance, "Dengar. Tiga hari lagi aku akan pergi ke Akademi Easton untuk melaksanakan ujian. Aku tidak bisa selalu menemanimu. Jadi, pulanglah."
Pulang... ke Hogwarts. Saat dia tidak tahu di mana dia berada.
"Aku akan mengikutimu untuk ujian..."
"Tidak."
"Kenapa?"
"Pertama, kau lemah. Kedua, kau tidak punya sihir— sedangkan itu sekolah sihir. Ketiga, akademi itu hanya menerima 3% kelulusan dan aku ragu kalau kau bahkan akan lulus dari sana. Jadi, pulanglah."
[Name] menunduk, merasa kecewa tidak bisa ikut bersamanya, "Baiklah... maafkan aku."
Dia hanya menginginkan kehadiran Draco saat ini.
— Nellswtars —
9 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
- 'M A S H L E
FanfictionBiasanya, buku romansa atau fantasi bertema reinkarnasi berakhir dengan tokoh utama yang mati dan berpindah tubuh menjadi anak-anak. Tetapi terjadi sedikit kontras di sini- dicerita ini. Seorang balita berumur 5 tahun yang bereinkarnasi ke tubuh re...