C H A P T E R 26

1.1K 221 18
                                    

" Death Wish "

Benar-benar didominasi. Dia tidak bisa melakukan apapun selain merengek saat Orter menyiksa lehernya. Pria itu terus menggigit dan menghisap kuat beberapa titik di lehernya, menciptakan banyak tanda kemerahan di sana.

"Kurasa aku harus menghukummu karena alasan pertama dan kedua?"

Pria itu iblis. Dia tersenyum kecil, tetapi kilatan tajam tertera begitu jelas di matanya. Dia membuat tubuh [Name] berbalik di atas kasur, perutnya tertahan di kasur sementara punggungnya menghadap ke udara.

"Hitunglah dengan suara yang keras."

Tangan Orter mulai bergerak memukul bokongnya yang terbuka. Suara satu pukulan itu berdengung keras memenuhi seisi ruangannya.

"Bukankah sudah kukatakan untuk menghitungnya? Jika kau tetap diam, aku akan mengulangnya dari awal," Bisik Orter rendah di telinganya.

Anak nakal harus dihukum. Begitulah peraturannya. Setiap [Name] berbuat kesalahan dan mengakibatkan kekacauan di Hogwarts, Draco selalu menghukumnya menggunakan metode ini. Dan hukuman ini yang paling dia benci. Akan lebih baik jika dia harus membersihkan seluru lapangan Akademi Easton.

Rasa nyeri menjalar di sekujur tubuhnya, suaranya bergetar saat dia mulai menghitung, "S-Satu..."

Orter memasang senyum puas dan mulai memukul bokong gadis itu lagi yang sudah memerah. Manisnya. Dia akan melakukan ini sampai hitungan kedua puluh. Gadis itu pantas mendapatkannya.

Suara pukulan yang begitu nyaring tidak terhenti sampai pukulan kedua puluh. Orter akhirnya menarik kembali tangannya dari bokong gadis itu yang sudah memerah sempurna. Benar-benar menawan. Sangat candu untuk dilihat olehnya.

Dengan gerakan lembut, Orter mengelus bokong kemerahan sang gadis, berusaha membantu meredakan rasa nyerinya, "Gadis baik... Kau melakukannya dengan baik."

"I-Itu sakit..." Gadis itu hanya terisak seperti anak kecil. Ah, dia ingin cepat-cepat tumbuh dewasa agar tidak perlu mendapatkan hukuman memalukan seperti ini lagi.

Walaupun tubuhnya di dunia ini berumur lima belas tahun, tetapi jiwanya masih lima tahun. Dan menangis setelah dihukum sudah menjadi reaksi alaminya.

Orter tersenyum lembut dan mencium kepala gadis itu sambil terus mengelus bokong merahnya dengan gerakan konstan. Tetapi dia tidak menyesal. Dia juga tidak akan ragu melakukan hal ini lagi jika gadis itu berbuat nakal.

***

Saat ini, [Name] sedang bermeditasi di kamarnya. Daripada bermeditasi, pikiran gadis itu selalu melayang pada sosok Cell War dan membuat amarahnya berkobar. Dia tidak bisa fokus sama sekali.

"Mobilicorpus."

Dalam sekejap, posisi [Name] berpindah tempat. Dia membayangkan berpindah tempat ke ruang makan, tapi... pergi ke mana dia ini? Ini ruang makan. Tetapi bukan ruang makan di kediaman Madl, melaikan ruang makan di tempat yang lain.

[Name] bangkit dari posisinya sambil memegang botol susunya erat. Dia berjalan menelusuri ruang antah berantah ini. Banyak makanan lezat tersaji di atas sana dan dia berusaha sekeras mungkin untuk tidak mengambilnya.

Tetapi itu sangat menggoda, sial—! Jiwa mencurinya tidak bisa digoyahkan. Dia menghampiri meja makan itu dan mulai melahap semuanya yang ada di sana. Tidak peduli jika saat ini dia berada di rumah orang asing.

Sampai akhirnya, suara yang begitu menusuk dan berat terdengar di belakangnya.

"Siapa kau?"

- 'M A S H L ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang