C H A P T E R 18

1.1K 220 10
                                    

" Interest? "

Mata [Name] menatap ke arah bulan, bentuknya terpantul sempurna di netarnya. Dia tidak bisa tidur malam ini. Mungkin karena dia terlalu kenyang. Dia makan terlalu banyak siang tadi, sekitar 5 buah creampuff Mash, 20 muffin, 5 botol susu, dan 4 piring karbohidrat.

Dia turun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar dari kamar asrama hanya dengan menggunakan piyama tidur. Dia sedikit menguap, mengantuk, tetapi tidak bisa tertidur. Cahaya bulan yang redup dan kondisi lorong asrama yang gelap sedikit membutakan pandangannya.

Hingga tak sengaja kakinya melangkah di tempat yang salah. Tubuhnya jatuh tergelinding dari atas tangga, "Ow!" Dia meringis sakit saat tubuhnya mendarat di lantai yang padat dan kasar.

Hari ini kenapa rasanya kesialan selalu berdatangan?

Dan disuasana dingin menusuk yang begitu sepi ini... sesuatu menepuk pundaknya. Tubuhnya menegang. Dia tidak berani menoleh ke belakang. Tidak mau. Pokoknya tidak akan pernah.

Dia memejamkan matanya erat-erat. Sedikit bergetar tubuh kecilnya, karena udara dingin dan rasa takut. Dia tidak akan membuka matanya, bisa saja siapapun-itu yang menepuk pundaknya akan muncul tepat di depan wajahnya saat dia membuka mata.

"[Name]."

Tubuhnya semakin menegang. Suara bariton yang terkesan monoton itu mengalun di telinganya.

Tetapi, tiba-tiba sesuatu yang hangat melingkar di tubuhnya. Jubah biru gelap asrama Adler. [Name] menolehkan kepalanya dan melihat Rayne yang berdiri di belakangnya dengan tatapan datar.

"Kenapa kau bisa ada di sini?" Menyadari piyama yang dikenakan gadis itu, dia terheran-heran, "Kenapa belum tidur?"

"Aku tidak bisa tidur... jadi aku keluar asrama untuk mencari sesuatu yang menyenangkan. Tapi kegelapan ini membutakan mataku dan aku terjatuh ke tempat ini!" Ucapnya.

Dia mengeratkan jubah asrama Adler milik Rayne di tubuhnya. Sedikit tercium aroma khas milik Rayne, vanilla mint, dari jubahnya. Itu sangat menenangkan.

"Kembalilah ke kamarmu," Ucap Rayne dan berjalan melewatinya. Melangkahi ruang rahasia itu lebih dalam.

Karena takut akan keberadaan hantu. Dia justru mengikuti Rayne di belakang pria itu. Rayne hanya menghela napas dan membiarkan gadis itu berjalan mengikutinya seperti anak bebek. Dan dia seperti induknya saat ini.

Saat mereka melangkah lebih dalam, langkah kaki Rayne tiba-tiba berhenti. Tubuhnya menegang. Dia menoleh ke belakang dan tidak menemukan sosok gadis itu lagi yang seharusnya mengikutinya.

"[Name]?" Netranya menyapu ke sekitar, berusaha menemukan eksistensi dari sang gadis, berusaha mendapatkan jawabannya.

"[Name]?!"

Rasa panik dan khawatir menguasai hatinya. Dia melihat jubah asramanya yang tertinggal di lantai, seolah gadis itu lenyap begitu saja saat perhatiannya tidak ada padanya. Rayne meraih jubah asramanya dan memakainya. Dengan cepat dia berlari semakin dalam untuk mencari jalan, dia tahu ada sesuatu yang aneh di sini.

***

"Jatuh! Aku jatuh! HUWAAA!"

Situasi ini membuatnya mengalami kilas balik beberapa saat yang lalu. Lebih tepatnya saat dia mengikuti Rayne di belakangnya, tiba-tiba ada sebuah lumpur penghisap menjijikan yang membawanya menembus ke dalam tanah.

"SIAPAPUN! YANG DI BAWAH! TANGKAP AKU!"

BRUGH!

- 'M A S H L ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang