C H A P T E R 07

1.2K 264 34
                                    

" Completely The Fool "

[Name] kini berhadapan dengan kepala sekolah Akademi Easton. Setelah masalah keterlambatannya tadi, dia dipanggil oleh sang kepala sekolah untuk melakukan ujian masuk susulan. Berterima kasihlah atas kebodohannya dan mental kanak-kanaknya.

Seharusnya tidak ada toleransi untuk kesalahan ini. Baiklah, kita asumsikan saja pertolongan dalam dari nama 'Madl'.

"Jadi apa ujian masuknya?" Tanya gadis itu mendongak ke atas, tempat sang kepala sekolah berada.

"Kenapa kakek tidak turun saja? Leherku sedikit sakit untuk mendongak..."

Sia-sia bagi Orter sebenarnya untuk mengajarkannya tata krama. Anak kecil mudah melupakan hal yang tidak mereka sukai.

"Kakek namanya Dumbledore ya?" Tanyanya lagi.

"Namaku Wahlberg Baigan," Ucap Kakek tua itu.

[Name] mengerutkan dahinya, tak suka dengan nama sulit itu, "Akan ku panggil Dumbledore. Namaku [Name] [Lastname]."

Wahlberg hanya menghela napas, "Nona [Name], kamu melewati ujian masuk karena kecerobohan sendiri. Mau tak mau harus mengikuti ujian masuk susulan. Tapi sebelum itu, izinkan saya bertanya."

"Apa yang kamu harapkan untuk bergabung dengan Akademi Easton?" Tanya Wahlberg.

"Lulus ujian masuk, lulus dari Akademi, dan terakhir menikah dengan Kak Orter."

"...."

Hening melanda. Kepala sekolah Wahlberg menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

"Kak Orter bilang akan menikahiku."

Tidak. Orter sama sekali tidak mengatakannya.

"Tetapi aku tidak keberatan jika harus menikah dengan pria tampan lainnya."

Cukup. Cukup sudah. Gadis ini lebih buruk dan mengkhawatirkan daripada bocah berambut jamur itu. Gaya bicara, tata krama, kemandirian, sifat... semuanya buruk.

Kepala sekolah Wahlberg sedikit bersyukur keinginan gadis ini bukan untuk menjadi Visioner Suci. Apa yang akan terjadi pada keseimbangan dunia jika gadis ini menempati posisi itu?

"Baiklah nona [Name], terima kasih atas jawaban dan kejujuranmu," Wahlberg menghela napas lelah, "Kita mulai saja ujiannya."

Kertas ujian muncul di depan wajahnya, tulisannya bergerak-gerak. Menjijikan. Itu menjijikan. Bagaimana cara menghentikannya?

"Hmm..." Disaat seperti ini, perutnya bergemuruh lapar. Dia membutuhkan botol susunya, tapi dia meninggalkannya di meja asrama pilihannya.

"Aah... aku ingin susu. Aku ingin menyusu," Ucap [Name] pelan. Matanya menatap ke arah tulisan-tulisan di kertas ujian itu. Menatapnya lapar.

Seketika tulisan-tulisan yang bergerak terhenti seketika. Dengan begini [Name] dapat menyusunnya, meski dia tidak tahu kenapa tulisan itu tiba-tiba berhenti dengan sendirinya.

Orter sudah mengajarkannya terkait huruf-huruf yang digunakan untuk keseharian di dunia ini. Tetapi dia tidak mampu menghapal semuanya. Artinya, dia buta huruf sebagian.

"Mungkin ini di sini... dan ini di sini..."

Dua puluh menit berlalu, akhirnya lembar jawabannya selesai. [Name] menyerahkannya kepada kepala sekolah Wahlberg.

______________________
Nama: [Name] [Lastname]

𝕾𝖊𝖙𝖎𝖆𝖕 𝖔𝖗𝖆𝖓𝖌 𝖒𝖊𝖒𝖆𝖓𝖋𝖆𝖆𝖙𝖐𝖆𝖓
𝖘𝖎𝖍𝖎𝖗 𝖚𝖓𝖙𝖚𝖐 𝖒𝖊𝖑𝖆𝖐𝖚𝖐𝖆𝖓 𝖐𝖊𝖌𝖎𝖆𝖙𝖆𝖓
𝖘𝖊𝖍𝖆𝖗𝖎-𝖍𝖆𝖗𝖎. 𝕭𝖎𝖗𝖔 𝖘𝖎𝖍𝖎𝖗 𝖆𝖉𝖆𝖑𝖆𝖍
𝖇𝖗𝖊𝖓𝖌𝖘𝖊𝖐. 𝕶𝖆𝖚 𝖐𝖆𝖐𝖊𝖐 𝖙𝖚𝖆 𝖘𝖎𝖆𝖑𝖆𝖓.
𝕭𝖆𝖇𝖎 𝖇𝖚𝖘𝖚𝖐 𝖐𝖆𝖑𝖎𝖆𝖓 𝖘𝖊𝖒𝖚𝖆. 𝕸𝖆𝖙𝖎 𝖘𝖆𝖏𝖆.
𝕬𝖇𝖆𝖉𝖎𝖑𝖆𝖍 𝖉𝖎 𝖓𝖊𝖗𝖆𝖐𝖆 𝖘𝖎𝖆𝖕𝖆𝖕𝖚𝖓 𝖞𝖆𝖓𝖌
𝖒𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆 𝖐𝖊𝖗𝖙𝖆𝖘 𝖚𝖏𝖎𝖆𝖓𝖐𝖚.
𝕯𝖆𝖘𝖆𝖗 𝖇𝖗𝖊𝖓𝖌𝖘𝖊𝖐, 𝖈𝖆𝖇𝖚𝖑,
𝖙𝖆𝖐 𝖙𝖆𝖍𝖚 𝖉𝖎𝖗𝖎.
______________________

- 'M A S H L ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang