C H A P T E R 34

960 199 4
                                    

" Mischief "

Situasi mematikan apa ini? [Name] bahkan berusaha mencerna situasinya. Satu bulan berlalu dan serangan giant mendominasi kota. Bukankah prediksinya dua hari lagi? Wah, biji.

"Sial! Bangun! Bangun! Bangun!!!" Kesal Meliadoul saat dia menampar wajah Mash berulang kali dan membuat Mash berada di ujung tanduk.

"Aku akan menangani giant di luar," [Name] tersenyum jahat, "Merusak kota dari dampak seranganku adalah situasi opsional."

Dia ini ada dipihak mana...?

[Name] melakukan sihir teleportasinya dan berpindah tempat di udara. Di bawahnya, sudah ada puluhan hingga ratusan raksasa berjalan menuju kota. Beberapa dari mereka sudah sampai di sana dan menghancurkan sekelilingnya.

Gadis itu pun memasang pose seolah menggenggam katana, "Teknik sihir pertama, BANGSAAAT!"

King [Name] datang, musuh pun berlutut.

Para giant dan madjin itu tergeletak tak berdaya di atas tanah. Tubuh mereka penuh luka jahit seperti mayat hidup— seperti frankenstein. [Name] mengangkat jari-jemarinya, menghidupkan kembali mayat giant dan madjin itu sebagai pasukan undeadnya.

"Bagus! Sekarang misi kalian adalah hancurkan kota— Maksudku, bantu para penyihir."

Urusan di sini sudah selesai. Lalu selanjutnya, adalah tempat itu. Pulau kastil melayang milik Innocent Zero. Dia akan mendahului yang lain dan menunggu siapapun itu yang akan datang nanti di sana.

Dia pun merapalkan sihir teleportasinya dan berpindah tempat di kawasan berkabut dengan pohon kering di sekelilingnya. [Name] duduk di atas dinding gerbang yang mengelilingi kastil milik Innocent Zero. Menunggu para Visioner Suci maupun murid Akademi Easton yang datang.

Oh, atau haruskah dia menggunakan topeng dan menyamar menjadi musuh lalu menyerang mereka? Asyik juga!

Jadilah gadis itu membuat topeng dari sihirnya dan menunggu kedatangan Visioner Suci atau murid Akademi Easton yang berakhir melangkahkan kaki di sini.

Dua puluh menit kemudian...

Dia mendengar derap langkah kaki. Manik mata [Name] melirik ke bawah sana. Ah, datang juga! Dia menggunakan topengnya dan mulai melihat siapa yang akan menjadi korban kejahilannya.

Ryoh, Finn, Dot—

Lance.

Wajahnya menggelap.

Rayne.

Keringat dingin mengalir deras di pelipisnya.

Dan terakhir adalah Orter.

Tertohok sudah. Rasanya darah mengalir dari mulutnya. Tiga pria menyebalkan yang selalu mengomelinya. Mereka galak dan pemarah akhir-akhir ini (di matanya). Jadi [Name] berusaha menghindari mereka, terutama Orter. Dia menjadi berpikir jika tiga pria itu berada di dalam bulan menstruasi.

[Name] melihat Finn yang masuk ke dalam gerbang lebih dulu. Karena gerbang disegel dan hanya Finn yang bisa menggunakan sihir pengganti. Jadi pria itu dikorbankan seperti tumbal. Tidak juga sih.

Tidak lama setelahnya, Finn kembali dengan sekujur tubuh penuh luka dan wajah babak belur. Setidaknya anak laki-laki itu berhasil membuka gerbangnya.

Nah, haruskah King [Name] beraksi sekarang??

[Name] meloncat dari atas gerbang, mempertahankan topeng dan menyamarkan warna rambutnya. Sihir reborn dalam bentuk transformasi. Dia pernah menggunakannya setelah melawan Innocent Zero pertama kali di Akademi Easton.

- 'M A S H L ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang