C H A P T E R 32

1K 193 18
                                    

" Waters, Domina Blowelive "

"Kenapa? Tidak ingin menyerah saja?

Domina Blowelive. Pria itu kini berdiri tepat di depan wajahnya. Mereka bertemu, bertukar pandangan saat berkontak mata, lalu dalam hitungan detik— pria itu menyerangnya. Yah, tidak berpengaruh apa-apa, sih, karena [Name] bisa melakukan regenerasi tingkat tinggi.

Sedikit kilas balik. Setelah kejadian yang menimpanya dengan Rayne, gadis itu kembali melatih sihir teleportasinya dan berakhir di depan gerbang Akademi Walkis. Awalnya dia berpikir ini Akademi Easton gerbang lainnya... Jadi dia masuk ke dalam sana, melangkah lebih jauh dan berakhir membawanya pada situasi ini.

Dia berhadapan dengan Domina Blowelive. Firasat [Name] berkata bahwa pria di depannya ini memiliki hubungan dengan Innocent Zero. Firasat anak kecil tidak bisa diremehkan.

"Siapa namamu tadi? Domi- doni—? Do re mi?"

"Domina Blowelive."

"Ya, itu. Akan kupastikan kamu menangis meneriakkan namaku setelah ini."

Itu terdengar sedikit ambigu, [Name]—

"Sudah kukatakan bukan?" Domina menyunggingkan senyum manis yang tampak palsu, "Menyerah saja. Kamu seharusnya sudah mati di tangan Ayah."

"Maaf mengecewakanmu," Ucap [Name] terlihat murung.

'Kenapa dia malah murung?' Batin Domina heran. Mengabaikan hal itu, dia mengalihkan topik, "Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Kukira ini pintu masuk lain Akademi Easton..."

"... Apakah aku terlihat benar-benar bisa percaya dengan alasan itu? Kurasa lebih masuk akal jika kamu ingin melakukan sesuatu pada utusan Walkis untuk menghalangi Ujian kandidat Visioner Suci nanti," Tuduh Domina.

[Name] menggelengkan kepalanya cepat, "Tidak, tidak. Kau ini tidak ada bedanya dengan orang itu (Innocent Zero)," Maksudnya adalah— tidak percaya dengan kata-katanya dan asal menuduh.

Domina hanya menatap gadis itu, tetapi tiba-tiba tubuh [Name] kembali berdarah-darah. Sihir Domina itu adalah sihir dasar, menurutnya. Sihir air. Tetapi merepotkan.

"Berhenti menyakitiku. Kau ini penganut kekerasan dalam rumah tangga?"

"Kita bukan rumah tangga."

"Maksudku, siapa yang tahu takdir nantinya?!"

Pria itu kembali melancarkan serangan mendadak pada [Name]. Sementara [Name] membiarkan tubuhnya terluka karena itu akan beregenerasi dan dia tidak bisa merasakan sakit saat dia sudah mati.

"Kau sendiri tampak menikmatinya. Masokis?"

"Mana mungkin? Diam kau!" Kesal [Name].

".... Keberadaanmu mengancamnya. Kenapa kau bisa hidup kembali setelah mengalami kematian?" Wajah Domina menggelap, "Mungkin jawabannya hanya satu. Aku terpikirkan dengan sihir yang merubah seseorang menjadi mayat hidup."

"Yah, tapi itu tidak masalah. Di dunia ini keabadian hanya milik Ayah. Kamu akan mati saat terkena sihir suci," Lanjut Domina sambil melancarkan serangan ke arah [Name] lagi.

[Name] menghindari serangan Domina kali ini. Dia berlari mengitari halaman Akademi Walkis sementara Domina berjalan pelan mengejarnya. Dia tahu gadis itu tidak akan bisa lari darinya. Dan mungkin gadis itu memang tidak berniat lari.

"Larilah sebelum aku menangkapmu."

[Name] memberikan jari tengah sebelum berlari ke arah pohon dan memanjat ke atasnya. Domina menatap datar gadis itu yang bergelantungan seperti kera.

- 'M A S H L ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang