C H A P T E R 41

1.1K 196 26
                                    

" Reversed "

Siapapun yang terbaring tidak bernyawa, yang terluka, yang berada di ujung tanduk akhir dari hidupnya— semuanya kembali menjadi seperti awal. Innocent Zero menggunakan kekuatannya untuk memutar waktu, mengembalikan semuanya pada semestinya sebelum kekacauan ini terjadi.

Mereka berbahagia, merayakan kemenangan dengan tepukan tangan serta tawa gembira. Hati mereka berbunga-bunga. Oh, kekacauan ini sudah berakhir. Dewa itu telah hilang. Mash menyelamatkan mereka semua dan dia adalah tokoh utamanya.

"Kau berhasil, Mash," ucap Finn.

Lance memberikan senyum yang menyiratkan kelembutan. Lukanya sembuh, begitupun semua orang. Mereka semua berhasil hidup.

"Lihat. Mereka semua mengakuimu," ucap Lance.

Netra Mash bergulir menyapu sekelilingnya. Semua orang mendengungkan namanya, menunjukkan rasa apresiasi dan terima kasih yang tinggi. Hati Mash berdebar-debar, ini pertama kalinya dia diakui.

Dan tujuannya tercapai. Dia bisa hidup bahagia bersama Ayahnya dengan begini.

"Kau tampak baik juga, Orter," ucap Ryoh. Orter membenarkan posisi kacamatanya, tatapannya beralih pada Rayne yang berada di kondisi primanya lagi. Semuanya sehat, dan itu melegakan Ryoh.

Innocent Zero diamankan oleh pihak biro sihir, tentu bersamaan dengan anak-anak Innocent Zero lainnya yang dinyatakan bersalah.

Kemenangan yang begitu dirayakan, sudah sepatutnya. Pengorbanan mereka tidak sia-sia. Setiap satu langkah yang meragukan mereka kini terbayar oleh sebuah kemenangan. Kebahagiaan ini tidak boleh berakhir, mereka akan menanamkan memori ini di dalam ingatan mereka.

"A-Ada yang aneh!"

Teriakan Lemon mendapatkan beberapa perhatian dari mereka yang mendengarnya, "T-Tubuhnya..."

Tubuhnya— Lemon menatap [Name] dengan khawatir dan takut. Jari-jari tangan gadis itu terurai seperti pertikel cahaya. Mungkin tidak lama lagi, tubuhnya akan ikut terurai.

Semuanya terbelalak panik. Tidak... masalah belum selesai di sini.

"Apa yang terjadi padamu?!" Orter menghampirinya, memegang kedua pundaknya dengan pupil bergetarnya, "Kenapa kau seperti ini? Apa kau terkena sihir suci? Katakan.. katakan padaku..."

[Name] juga tidak mengerti. Kepalanya menjadi sedikit berdengung saat mereka semua mengelilinginya menuntut sebuah penjelasan. Tuhan, bahkan dia saja tidak bisa menebak apa yang sedang dia alami.

Mengungkit kilas balik... sihir waktu milik Innocent Zero.

Itu memutar ulang waktu seperti pada awalnya.

Awalnya...

Mata [Name] terbelalak, "Reborn."

Sihirnya tidak berpengaruh.

Waktu terus terulang 'hanya berlaku pada dirinya'. Kedua lengannya mulai terurai semakin cepat. Sementara itu mereka yang mengelilinginya berusaha menemukan solusi. Berbagai macam sihir suci, apapun itu, tubuhnya menangkalnya.

Bayang-bayang sosok Draco memenuhi isi pikirannya. Mungkin sejak awal, inilah tujuan takdir mempertemukannya dengan Innocent Zero. Karena pria itu adalah 'kunci' untuk mengembalikan raganya ke dunia 'aslinya'.

Benar. Sejak awal... dunia ini bukan tempatnya.

Dia hanyalah eksistensi tak tertulis bahkan di dalam sebuah naskah peran sampingan, dan tidak akan pernah. Takdirnya tidak dipahat untuk berada di sini.

Tubuhnya semakin terurai.

Itu pemandangan yang sangat menyakitkan.

"[Name]..." Tangan Rayne membelai pipinya dengan lembut, mata pria teguh itu mulai berkaca-kaca. Lengannya merengkuh tubuh kecil sang gadis dipelukan hangatnya. Oh dear God, how much he loves her... and it hurts so much.

"... Rayne... your eyes were filled with tears.."

"What i'm supposed to do?" Pria itu menyatukan kening mereka. Membiarkan air matanya jatuh membasahi pipi gadis itu. Dia memeluknya erat-erat, tubuhnya bergetar, dia tidak ingin kehilangannya, "I can do nothing... while your body is slowly disappearing..."

"In my arms... sweetheart. In my arms."

"I love you so much. Please, don't leave me like this..."

"I love you, i love you.."

Tiga kata yang berdengung begitu keras di kedua telinganya sebelum kesadarannya menghilang, kegelapan mengambil alih segalanya.















And the cold times arise.



















***

[Name] terbangun dengan terengah-engah. Keringat bercucuran di pelipisnya. Dia menolehkan kepalanya, pandangannya menyapu sekitarnya. She remembers it. Apakah semua itu mimpi? Itu seperti lucid dream... begitu nyata.

Pintu kamarnya dibuka oleh seorang pria bersurai putih. Ah, Draco...

"Draco.."

Dalam satu kedipan mata, dia bisa merasakan sensasi hangat menyelimuti tubuhnya. Pria itu memeluknya begitu erat.

"My love... you're awake! You're awake...!"

Gadis itu hanya bisa memiringkan kepalanya penuh tanda tanya, tetapi dia tetap membalas pekukan pria itu.

Draco mulai menghujani seluruh wajahnya dengan kecupan manisnya, "My love.. i missed you. So much. So damn much... I've been waiting for this. To see those eyelids of yours open again, to see you looking at me with those beautiful eyes. I miss you, your presence, your smile."

"Bloody hell, my love... I'm so worried. Everyday. I'm scared."

Draco meletakan telapak tangan gadis itu di pipinya, matanya menatap gadis itu penuh kasih sayang dan rindu, "You're my everything."

Semuanya berawal dari tongkat sihir Draco yang dia patahkan, membawanya ke sebuah dunia asing yang bahkan tidak dia ketahui. Sejatinya, dia hanyalah seorang anak kecil... dan dia melalui semua perjalanan itu berdasarkan intuisnya sendiri. Tanpa sosok orang dewasa di sisinya.

Setiap pertemuan, akan ada perpisahan.

Setiap takdir, akan berakhir dengan jalan yang kamu pilih.

Dan jika rumahmu adalah di sini, maka akan selamanya di tempat itu. Seberapa jauh pun kamu melangkah, kamu akan selalu kembali ke tempat awalmu.

Karena itu rumahmu. Seburuk apapun itu, itu adalah tempatmu berpulang, beristirahat.












Some and now none of you,
Take me back to the night we met.
END
©️N-AENCY
6 September 2024

- 'M A S H L ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang