" Dorm "
"Dengar. Aku tidak mau pindah dari sini!" Ucap gadis itu saat Rayne dengan telaten membantunya mengikat dasi, "Kalau kau ingin aku pindah. Kamu saja yang pindah, kenapa harus aku? Aku yang menemukan kamar ini duluan."
Rayne menarik tangannya kembali dan menatap [Name] tanpa ekspresi, "Perbaiki cara berpakaianmu. Saat ini aku menoleransinya, tetapi kesalahan selanjutnya tidak akan."
[Name] menggerutu kesal. Ia memasang wajah cemberut dan tak suka saat Rayne jelas mengabaikan kata-katanya yang ingin mengambil hal milik kamar asrama ini.
"Kamu tidak mendengarkanku!"
Rayne berjalan mendekati pintu kamar asramanya dan membuka pintunya, "Aku akan membantumu untuk memindahkan barang-barangmu ke kamarmu," Ucap Rayne. Jelas dia mengusir gadis itu secara halus.
"Tidak!" [Name] mulai merengek dan berbaring kembali di tempat tidur Rayne, meraung-raung seperti kucing. Tempat tidur Rayne yang semula rapih menjadi sedikit kacau, "Tidak mau! Kamu saja yang pindah ke kamar 102!"
Yah. Rayne adalah seorang Kakak dan dia memiliki berlapis-lapis kesabaran yang tidak ada habisnya. Dia hanya menghela napas, "Tolong kembali ke kamarmu. Aku memiliki privasi di sini."
Pada akhirnya gadis itu mengalah. Mencoba mengerti posisi Rayne juga yang hanya orang asing baginya. Itu tidak sopan. Orter selalu menegaskannya akan hal itu. [Name] bangkit dari tempat tidur Rayne, meraih botol susunya sebelum keluar dari kamarnya dengan kaki yang sedikit dihentakkan mengikuti langkahnya.
Rayne hanya menggelengkan kepalanya keheranan. Anak baru tahun pertama memiliki banyak karakteristik yang menarik dan merepotkan. Dan gadis itu berada di dalam kategori merepotkan.
Beralih ke sisi [Name], gadis itu melangkah tak jauh karena kamarnya berhadapan dengan pintu kamar Rayne. Awas saja. Dia akan membuat kehidupan sekolah Rayne menjadi neraka. Dia memasang senyum seperti penjahat saat mendaftar kenakalan apa saja yang bisa memancing amarah pria itu.
Saat [Name] membuka pintu kamar 102 yang seharusnya tipe non-sharing, dia menemukan seorang pria asing di sana. Lagi?
"Kenapa kau ada di kamarku?!"
"Ini kamarku," Ucap pria asing itu.
Dia seolah dipermainkan, "Jelas-jelas di kertas ini tertulis kamar nomor 102 adalah kamarku!"
Pria itu merebut kertas nomor kamar sang gadis dan matanya memicing tajam, "Ya, itu 102. Tetapi bacalah baik-baik," Ucap pria itu kesal, "Di sana tertanda lambang asrama Lang. Bukan Adler."
***
Setelah sekian banyak hambatan dan laluan, [Name] akhirnya sampai di dorm Asrama Lang, tepatnya di kamar 102 yang akan menjadi kamar pribadinya. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur, rasa lelahnya seolah menguap begitu saja.
Tuk! Tuk! Tuk!
Netranya bergulir ke arah jendela. Seekor burung merpati terbang dengan selembar gulungan surat yang diikat rapih dikakinya. Itu pasti dari Orter. Baru hari pertama, kenapa sudah mengirim surat? Padahal baru beberapa jam yang lalu mereka berpisah.
Pengirim: Orter Madl
Untuk: [Name] [Lastname]Aku sudah mendapatkan kabarnya kalau kau lulus ujian masuk susulan. Ku apresiasi sedikit untukmu. Jangan terlalu menciptakan banyak masalah di sana dan jadilah murid yang baik. Dan pastikan tanda sihir buatan itu jangan sampai hilang dari wajahmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
- 'M A S H L E
FanfictionBiasanya, buku romansa atau fantasi bertema reinkarnasi berakhir dengan tokoh utama yang mati dan berpindah tubuh menjadi anak-anak. Tetapi terjadi sedikit kontras di sini- dicerita ini. Seorang balita berumur 5 tahun yang bereinkarnasi ke tubuh re...