C H A P T E R 25

1.2K 255 14
                                    

" A Bold Move From Them "

Mendapatkan izin dari Orter itu luar biasa sulit. Karena itulah dia memutuskan untuk pergi diam-diam ke kota. Dia berusaha mencari sesuatu yang menarik, misalnya perbudakan manusia.

Di tengah keramaian kota, dia melihat atraksi sirkus pria telanjang dada yang menggoda mata. Otot-ototnya terbentuk sempurna dan [Name] menahan diri untuk tidak mengelus otot mereka ataupun menggigitnya.

Saat sedang berada dikenikmatan bak surgawi, sebuah telapak tangan menutupi matanya. Suara familiar berbisik di telinganya, "Sepertinya kamu menikmatinya."

Ugh. Lance Crown. Kenapa selalu dia?

Lance memutar tubuh gadis itu dan membawanya ke pelukannya. Menahan kepala gadis itu untuk bersandar di dada bidangnya. [Name] sedikit bingung dengan aksi mendadak pria itu. Lance dengan cepat mengangkat tubuh sang gadis dan menggendongnya seperti bayi.

"Sepertinya aku sampai sebagai yang keempat," Ucap Lance saat melihat Mash, Finn, dan Dot sudah berada di titik pertemuan.

Mash memasang ekspresi penuh tanda tanya, "Kenapa [Name] bisa bersamamu?"

"Aku melihatnya sedang menikmati hal yang tidak pantas untuk dilihat," Ucap Lance seolah-olah gadis itu baru saja menonton film dewasa.

Sepanjang perjalanan Lance terus menggandeng tangan gadis itu, dengan Mash melakukan hal yang sama— menggandeng tangan kanannya.

'Mereka bertiga malah terlihat seperti sedang berkencan dan melupakan kami!' Batin Finn histeris.

Mereka menghabiskan waktu bersama sampai akhirnya matahari mulai terbenam. Sebelum mereka berpisah, Mash mengajak mereka untuk bermain seperti ini lagi nantinya. Untuk pertama kalinya, pria itu tersenyum kecil. Genggaman tangannya mengerat pada [Name].

Semuanya melambaikan tangan untuk berpisah. Kini tersisa Lance dan [Name]. Pria itu sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya padanya satu detik pun. [Name] merasa sedikit ngeri.

"Aku mau pulang," Ucap [Name].

Lance meliriknya dari ujung matanya. Dia tidak menjawab apapun dan justru menarik gadis itu entah kemana. [Name] hanya bisa memasang wajah lelah. Kedua kakinya sudah tidak sanggup untuk dipakai berjalan lebih lama dari ini.

Lance menariknya ke sebuah air mancur. Di sana sepi, tidak ada orang sama sekali. Mungkin karena hari sudah mau berganti malam. Pria itu membuatnya duduk di tepi air mancur kota. Lance berlutut di depannya, mengikat tali sepatu gadis itu.

[Name] seolah diserang terpaan angin. Lagi-lagi melihat seseorang berlutut di depannya membuat dia seperti menjadi orang besar! Hidungnya memanjang seperti pinokio saat dia merasa begitu sombong.

Setelah mengikat tali sepatu gadis itu hingga rapih, Lance menetap dengan posisi berlututnya, mendongakkan kepalanya untuk melihat paras gadis di depannya itu.

He was always lost in those eyes.

Kedua tangannya bergerak menangkup lembut kedua pipi gadis itu. Tatapannya melembut, dia pasti terlihat begitu lemah saat ini— saat dia memberikan tatapan itu. Pria itu tidak banyak bicara hari ini. Meski biasanya begitu, tetapi sepertinya hari ini lebih pendiam.

[Name] berkedip merasa tak terganggu. Dikedipan selanjutnya yang dia rasakan adalah benda kenyal yang bersentuhan dengan bibirnya. Lance Crown— pria itu menciumnya tanpa sebuah alasan.

Lance memberikan sedikit jarak dan kembali mencium bibir gadis itu, mengelus kepala belakang sang gadis saat dia memperdalam ciumannya. Dia menggigit lembut bibir bawah sang gadis untuk mendapatkan akses masuk.

Lidahnya berhasil masuk melewati bibir ranumnya. Lance tersesat pada sensasi ini. Lidahnya bergerak lincah berdansa dengan gerakan tak terbiasa lidah gadis itu. Saliva mereka menjadi satu.

[Name] menepuk-nepuk punggung Lance saat dia kehabisan napas. Tetapi pria itu benar-benar lepas kendali.

Lance melahap bibirnya lebih ganas. Ciuman itu begitu panas sampai suara decakan antara perang lidah terdengar mengalun indah di telinga Lance. Dia tidak bisa melepaskannya. Rasanya begitu candu.

Beberapa menit terus berlangsung seperti itu hingga akhirnya Lance melepas ciuman panas mereka. Dia terengah-engah, napasnya memburu dan matanya menatap ke arah sudut bibir gadis itu yang membengkak. Manis.

"Ugh.. Kau ingin membunuhku dengan ciuman itu!" [Name] mengambil napas dengan rakus. Dia tidak berpengalaman dalam hal ini dan rasanya ingin mati saat pria itu benar-benar berusaha mengambil kepemilikan atas bibirnya.

Lance memasang senyum lembut, "Kamu sangat manis.."

[Name] merasa lingkungan sekitarnya sedikit berubah. Dia bergidik ngeri. Bagaimana jika mereka semua dimanipulasi oleh Innocent Zero yang merubah sifat mereka?! Akan dia pastikan Innocent Zero mati mengenaskan!

Lance membawa gadis itu ke dalam pelukan hangatnya lagi. Dia tidak bisa menahan perasaannya. Tidak saat dia jatuh terlalu dalam pada gadis ini. Dia tidak ingin melepaskannya... sedetik pun. Dia ingin terus memilikinya di dalam pelukannya seperti ini.

"Apa itu ciuman pertamamu? Kamu tampak sangat tersiksa," Ucap Lance terkekeh pelan.

"Yang begitu intens, ya. Tetapi kalau hanya sekedar cium bibir, Rayne merebutnya duluan."

Tubuh Lance mematung.

'Bajingan sialan itu...' Batin Lance tidak terima.

"Kapan dia menciummu?"

"Saat aku baru sembuh setelah insiden Abel," Balas [Name].

Pelukan Lance sedikit mengerat. Sial. Dia tidak bisa menerimanya.

"Hanya kecupan biasa dibibir? Berapa detik?" Tanya Lance.

[Name] menatap pria itu malas saat dia menanyakan hal yang tidak penting.

"Entah. Tujuh sampai sepuluh detik, mungkin?"

Sontak raut Lance berubah menjadi penuh kemenangan. Jika Rayne merebut ciuman pertamanya, itu hanya ciuman pertama kategori kecupan. Maka Lance merebut ciuman pertamanya katergori devouring. Senyum iblis tercetak di wajah rupawannya. Akan dia pastikan dia mengatakannya di depan wajah pria itu nanti.

"Lance... lepas... Aku harus segera pulang. Kak Orter bisa marah," Ucapnya.

Lance dengan berat hati melepaskan pelukannya, "Baiklah. Jika pria itu mencoba untuk menyentuhmu, bunuh saja, oke?" Dia mengatakannya dengan senyum manis.

Sebelum [Name] melakukan itu, sepertinya [Name] akan dicekik lebih dulu oleh sihir pasir milik Orter. Membayangkannya saja membuatnya bergidik.

"Aku pergi dulu. Sampai jumpa!"

[Name] melambaikan tangannya sebelum menggunakan mantra sihir mobilicorpus yang diajarkan salah satu Profesor Hogwarys padanya untuk berlindah tempat. Terima kasih untuk ingatannya yang baru menggali hapalan mantra-mantra sihirnya beberapa hari yang lalu.

***

Bagus. Beginilah situasinya. Orter yang menatapnya datar dan sedang duduk manis di atas tempat tidur kamarnya. Pria itu sudah menunggunya kembali, bersiap untuk memarahinya karena dua hal.

Pertama, pergi tanpa izin.

Kedua, pulang mendekati malam.

Kedua hal itu berubah menjadi tiga saat mata tajam dan teliti milik Orter menyadari sudut bibir gadis itu yang sedikit bengkak. Terlihat segar. Artinya gadis itu baru saja mendapatkannya. Dan bengkak dibibirnya itu, Orter cukup yakin untuk mengatakan bahwa itu karena gigitan dan hisapan bibir orang lain.

"Kita prioritaskan hukuman ketiga. Berbaring di kasurmu," Perintah Orter, "Sekarang."


Nellswtars —
12 Juli 2024

- 'M A S H L ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang