" The Bureau of Magic "
Sementara Mash menyelesaikan urusannya di ruang pengadilan, gadis itu berpisah dengan Mash. Dia benar-benar meledak-ledak saat ini dan terus melakukan serangan ledakan api secara beruntun di gedung Asosiasi Sihir. Persetan jika dia akan menghacurkan seisi bangunan.
"Mati dasar brengsek. Aku hanya marah pada Orter, tetapi aku akan tetap menghancurkan bangunan ini. Tidak sampai aku menemukan di mana pria bajingan itu," Ucap gadis itu membabi buta.
Para penjaga di sana sudah tergeletak mengenaskan karena terkena dampak serangan dari [Name]. Ini sih, penjahat aslinya. Lebih pantas diadili daripada Mash.
Entah sudah berapa lama gadis itu lepas kendali. Kini dia berakhir berada di atas atap gedung Asosiasi Sihir. Dia mendengus kesal saat tidak menemukan sosok Orter sama sekali. Kepalanya ditolehkan ke kanan dan melihat ventilasi kecil di atas sana.
Dia sedikit mengintip dari ventilasi itu dan matanya membulat sempurna. Ruang pengadilan! Dan di sana ada Orter... ada Rayne, Pak Dumbledore (Wehlberg), lalu segelintir orang-orang yang tidak [Name] kenali juga.
Kali ini tatapannya beralih pada seorang pria botak yang dikendalikan oleh sesuatu. Seperti parasit. Innocent Zero menampakan dirinya secara langsung— meski hanya lewat parasit sih.
Tapi itu dia. Meledak sudah amarah tak terbendungnya melihat Innocent Zero. Dia masih menyimpan dendam dengan salah satu anggotanya, Cell War. Dia tidak akan melewati kesempatan ini.
"Expulso."
Setengah dari ruang pengadilan hancur begitu saja, "BRENGSEK INNOCENT ZERO BANGSAT!"
[Name] menerjang pria botak itu dan mencabut parasitnya. Sebelum parasit itu mengendalikan tubuhnya, gadis itu dengan cepat mengarahkan tongkat sihirnya ke parasit itu, "Avada Kedavra."
Dalam sekejap, parasit yang seharusnya tidak bisa mati itu kini justru tergeletak tak bernyawa. [Name] menginjak-injak tubuh tidak bernyawa parasit itu dengan seringai kejam.
"Apakah dia Innocent Zero asli?! Hanya parasit?!"
"Tidak... itu hanya parasit..." Balas pria bersurai kuning di depannya. Salah satu dari Visioner Suci, Ryoh Grantz.
"[Name] [Lastname], kau pikir apa yang kau lakukan di sini?" Suara berat dengan intonasi dingin itu mengalun dan berdengung di gendang telinganya. Bulu kuduk [Name] berdiri saat melihat Orter yang memberikan tatapan galak padanya.
"A-A-Ak— aku—"
"[Name] [Lastname]! Apa yang kau lakukan di sini?!" Kali ini suara galak Rayne yang memenuhi ruangan.
Mati sudah. Dua pria berwajah datar. Galak. Tanpa ampun. Mereka akan memarahinya tanpa henti. Bahkan jika dia bersujud meminta kelonggaran pun tidak akan dimaafkan. Sepertinya eksekusi pengadilan lebih baik daripada menghadapi dua pria galak itu.
Melupakan tujuan awalnya, [Name] bersujud meminta ampun di depan Orter dan Rayne.
"Tolong maafkan aku..." Gadis itu terdengar sangat pasrah.
Sial. Tidak boleh seperti ini. Dia harus bersuara terkait keputusan Orter untuk menariknya keluar dari Akademi dan mengurungnya.
"Orter! Ak—"
"Apa?" Tanya Orter dengan nada galak.
"Tidak jadi. Tolong buka pintu maafmu untukku.." [Name] bersujud kembali di depan pria itu.
Rayne mengernyit tak suka. Dia tidak suka saat Orter memarahi gadis itu, menunjukkan kedekatan hubungan mereka secara tidak langsung. Dia menghela napas untuk mengatur sisi emosional dirinya yang bergejolak lagi.
"Temanku membunuhnya," Ucap Mash pada Ryoh dengan wajah datarnya.
Ryoh hanya memasang senyum canggung, "Ya... dan itu mengerikan saat parasit itu mati begitu saja."
Dendamnya luar biasa besar terhadap Innocent Zero. Ryoh bertanya-tanya dalam hatinya, apa yang membuat gadis itu begitu marah dan memiliki dendam yang sangat kuat? Apakah sebelumnya gadis ini pernah bertemu dengan Innocent Zero secara langsung seperti Wehlberg?
Ryoh berjalan sedikit mendekati gadis itu yang masih dalam posisi bersujud di depan Orter dan Rayne. Dia berjongkok di samping tubuh gadis itu.
"Bisakah aku bertanya sesuatu?" Ucap Ryoh dengan senyum manisnya.
'Pria ini pasti sengaja!' Batin Orter dan Rayne menatap Ryoh begitu tajam.
[Name] menganggukkan kepalanya dan menatap balik Ryoh, "Boleh. Ingin bertanya apa? Jika pengetahuan umum aku tidak mampu ya."
Belum sempat Ryoh berbicara, sebilah pedang terhunus di depan lehernya. Ryoh hanya menyeringai canggung saat Rayne menatapnya dengan jijik.
"Tidak ada yang perlu kau tanyakan darinya. Enyahlah," Ucap Rayne.
"Oh... Tolong jangan seperti itu. Aku yakin pertanyaanku akan mewakilkan kebingungan di antara kalian semua," Ucap Ryoh. Rayne hanya menggertakkan giginya kesal, tetapi Kepala sekolah Wehlberg menghentikan aksi Rayne.
"Tsk," decih Rayne tak suka.
"Terima kasih atas pengertiannya," Ucap Ryoh tersenyum penuh kemenangan. Maniknya kembali bergulir ke arah [Name]. Sebelum dia melontarkan pertanyaannya, lagi-lagi dipotong, kali ini oleh Orter.
"Jika hanya ingin bertanya, tidak perlu sedekat itu," Ucap Orter penuh penekanan, "Jaga jarak atau aku yang akan memberikan jaraknya."
Ryoh mendesah lelah. Dia hanya ingin bertanya. Batinnya sungguh tersiksa. Ryoh pun mundur selangkah dari posisi gadis itu dan akhirnya dia bisa melontarkan pertanyaannya tanpa selaan lagi.
"Melihat aksimu tadi, aku sangat terpukau. Kamu dipenuhi rasa dendam dan amarah. Aku ingin tahu apa yang melatar belakangi hal itu?" Tanya Ryoh dengan senyum manisnya.
"Ah, soal itu..." [Name] menunduk ke bawah berusaha mengingat kejadian sebelumnya. Hal yang membuatnya menyimpan dendam dengan Innocent Zero.
"Karena mereka mempermainkanku."
"Huh?" Bingung Ryoh.
[Name] mengangkat jarinya dengan semangat, "Lebih tepatnya, saat kejadian melawan Ketua Asramaku. Aku terseret masalah itu dan bertemu dengan salah satu anggota Innocent Zero, Cell War— lebih dulu dari yang lain."
"Lalu, lalu... Karena dia keren, aku mengajukan diri untuk bergabung menjadi bagian dari mereka," Bulu kuduk [Name] berdiri saat mendapatkan tatapan memicing dari Orter, "Lalu pria itu memperkenalkan namanya dan mendorongku masuk ke dalam portalnya. Aku terjebak di sana. Kukira aku akan mati, haha!"
Hic! Dia langsung berhenti tertawa saat tatapan menusuk dari Rayne mengarah padanya.
"Ah, benar juga. Saat itu kalau tidak salah kau hampir membunuhnya," Ucap Mash, "Pria itu berkeringat dingin saat kau hampir mengarahkan tongkat sihirmu ke arah pria itu sebelum kau tidak sadarkan diri."
Ryoh sedikit terkejut, "Itu hebat..."
"Benarkah? Bernarkah? Sudah kuduga aku memang jenius!" [Name] mendengus sombong.
"Tapi saat itu kau terluka sangat parah dan hampir kehilangan nyawamu," Kepala Sekolah Wehlberg angkat bicara, "Sekalipun healer terbaik kesulitan untuk menyembuhkan lukamu. Tetapi keesokannya, kamu sudah sembuh tanpa jejak luka. Apa yang sebenarnya terjadi?"
Rayne yang menjaganya semalaman pun baru menyadarinya. Dia terlalu khawatir hingga melupakan keanehan itu. Dan lagi dia lepas kendali saat itu... Mengingat dia mencium bibir gadis itu tanpa izin membuat wajahnya sedikit memerah malu akan aksi implusifnya.
"Hoho. Akan kutunjukan kehebatanku! Mash! Kau juga harus lihat ini karena waktu itu kita melewatkannya!" Ucap [Name].
[Name] berdiri dari posisinya. Dia menatap mereka semua yang berada di dalam ruangan dengan tatapan sombong, "Baiklah. Aku akan membunuh diriku sen—"
"Bicara apa kau?"
Suara Orter membuatnya mati kutu dan menggigil.
— Nellswtars —
12 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
- 'M A S H L E
FanfictionBiasanya, buku romansa atau fantasi bertema reinkarnasi berakhir dengan tokoh utama yang mati dan berpindah tubuh menjadi anak-anak. Tetapi terjadi sedikit kontras di sini- dicerita ini. Seorang balita berumur 5 tahun yang bereinkarnasi ke tubuh re...