" Letter For Orter "
"Aku akan memakannya nanti. Jadi jangan dimakan ya!"
[Name] meletakkan kotak kue kering itu di sebelah Rayne yang duduk di bawah pohon teduh. Gadis itu mengambil sapu jeraminya dan mulai menjalani hukuman hariannya. Ini adalah hari yang kedua, masih tersisa lima hari lagi untuknya menyelesaikan masa hukuman.
Rayne hanya memperhatikannya dari tempatnya. Mengawasi setiap gerak-geriknya. Dia tidak memiliki niatan untuk meninggalkan tempat dia duduk saat ini. Untuk beberapa alasan... dia hanya ingin memasang matanya ke arahnya tanpa harus melakukan apapun.
Cara menyapu gadis itu terkesan kaku dan tidak terbiasa. Bahkan Rayne tidak yakin jika gadis ini benar-benar menyesali perbuatannya. Dia terlihat tidak sungguh-sungguh menjalani hukumannya.
Namun dia tidak punya tanggung jawab untuk menegur gadis itu karena dia adalah prefek asrama Adler. Urusan asrama Lang berada di tangan prefek asrama Lang, Abel Walker.
Rayne tidak pernah melihat Abel Walker menegur atau berhadapan dengan gadis itu. Sepertinya mereka bahkan belum bertemu satu sama lain. Dia sebagai prefek asrama Adler justru lebih sering bertemu dengan gadis itu.
Dia tidak menghapus pandangannya dari setiap gerakan [Name]. Terpaku disatu titik, hanya sang jelita yang tengah mengeluh ria dikala hukumannya.
Setelah buih-buih keringat yang tampak sia-sia membasahi pelipisnya, akhirnya selesai. Satu jam sudah berlalu dari saat mereka tiba di halaman Akademi. [Name] menghampiri Rayne tertatih-tatih, cacing di dalam perutnya berteriak kelaparan dan kerongkongannya begitu kering.
Melihat wajah [Name] yang begitu lelah seolah tidak sanggup untuk bergerak lagi, bahkan untuk sekedar menghirup oksigen, Rayne menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya. Menyuruh gadis itu untuk duduk di sana.
Bukan duduk lagi. [Name] langsung berbaring dan mengelap keringat di wajahnya dengan tangannya. Kakinya bergetar kelelahan. Dia meraih kue kering yang diberikan Rayne untuknya tadi dan mengunyahnya pelan. Baguslah, dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dan hilang kendali seperti saat bersama Lance.
[Name] memakan kue kering itu dengan rakus. Bahkan dia tidak menawari Rayne sama sekali. Beruntung pria itu tidak terlalu memikirkan hal kecil. Terlebih saat Rayne melihat gadis itu seperti sangat bergantung pada kue kering ditangannya saat ini, membuat dia tidak ingin mengganggunya.
"Terima kasih kuenya!" Ucap [Name] disela kunyahannya.
Rayne hanya mengangguk tanpa ekspresi, "Pelan-pelan. Kamu akan tersedak."
"Kau tidak akan merebut atau memintanya kan?" Tanya [Name] sambil memeluk kotak kue kecil itu posesif.
"Tidak akan. Semuanya adalah milikmu."
Senyum manis merekah dibibir gadis itu, "Kamu orang baik rupanya! Aku menyukaimu, ayo menikah denganku."
Tubuh Rayne mematung. Apa? Dia tidak salah dengar kan? Gadis ini baru saja mengajaknya menikah. Itu terlalu mendadak.
"Menikah?" Tanya Rayne, "Kenapa tiba-tiba?"
"Karena aku ingin. Daripada menjalin hubungan kasih, lebih baik langsung menikah. Aku bisa memilikimu sepuasnya seperti aku memiliki kue kering ini."
Tubuh Rayne terasa sedikit menghangat. Meskipun begitu ekspresinya sekalipun belum berubah, "Benarkah?"
[Name] mengangguk. Merasa senang dengan tanggapan Rayne yang tidak begitu menusuk seperti Orter saat dai mengajak pria itu menikah.
"...." Rayne tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Dia hanya termenung, tersesat begitu dalam di pikirannya.
Gadis itu merogoh saku bajunya, mengeluarkan selembar kertas putih kosong dan sebuah pena. Perhatian Rayne teralihkan, menebak-nebak apa yang ingin gadis itu lakukan kali ini setelah mengajaknya menikah.
"Apa kamu bisa menulis dengan baik?" Tanya [Name].
Rayne mengangguk bingung, "Ada apa?"
"Aku harus segera mengirim surat balasan ke Kak Orter sebelum dia datang sendiri ke Akademi Easton untuk menghadapku."
"Orter?" Dahi Rayne mengerut ragu, "Orter Madl?"
"Iya. Pria itu sangat tegas dan menyebalkan! Selalu melontarkan kata-kata yang menusuk dan melarangku melakukan banyak hal. Tetapi dia sangat pintar dan itu menakutiku," Jelas [Name].
Rayne dibuat semakin kebingungan. Orter Madl, jelas dia mengenalnya sebagai sesama Visioner Suci. Tetapi yang dia ketahui, Orter adalah pria yang sulit didekati. Bahkan pria itu masih harus membaca buku cara menghabiskan waktu dengan adik laki-laki, tentu pendekatan untuk Wirth Madl.
Dan gadis di depannya ini, siapa yang akan menduga jika sepertinya dia memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Orter Madl?
"Apa kamu kerabatnya atau semacamnya?"
"Eh? Tidak. Aku calon istri masa depannya!"
Rayne hanya termenung. Dia tahu itu hanya balasan polos yang terus terang tanpa memikirkannya. Tetapi hatinya sedikit tersayat mendengarnya. Padahal sebelumnya gadis itu mengajaknya menikah, sekarang malah mengaku sebagai calon istri pria lain. Dia seperti dipermainkan.
"Kenapa kamu bertanya aku bisa menulis atau tidak?" Tanya Rayne mengalihkan pembicaraan.
"Bisakah kamu menggantikanku menulis? Aku tidak bisa menulis dengan baik dan aku buta sebagian huruf," Ucap [Name].
Dia tampak biasa saja mengakui kekurangannya. Rayne juga tidak berkomentar banyak dan hanya mengangguk untuk membantu gadis itu.
"Apa yang ini kau tulis di sini?"
"Menurutmu apa yang harus kukatakan untuk menjawab kiriman surat dari seseorang yang khawatir denganku?" Tanya [Name] balik. Dia tidak terbiasa menulis surat untuk seseorang.
"Menyampaikan kabarmu dan mengatakan kamu baik-baik saja," Balas Rayne.
"Oke! Tulis itu saja!"
Mereka menghabiskan waktu di bawah pohon teduh itu untuk berdiskusi terkait balasan panjang untuk surat Orter.
Tiga puluh menit berlalu, Rayne menyerahkan surat hasil tulisannya kepada [Name]. Begitu rapih dan mudah dibaca, bahkan untuk seseorang yang buta sebagian huruf seperti [Name].
Pengirim: [Name] [Lastname]
Untuk: Kak OrterMaaf [Name] tidak sempat mengirim surat balasan untuk Kak Orter! Lagipula Kak Orter mengatakan hanya akan mengirim surat mingguan untukku bukan surat harian. Kenapa sekarang setiap hari aku adapat surat? Apa kamu dipecat dari pekerjaanmu dan sedang menganggur, Kak?
Ah, dan tidak perlu khawatir dengan kondisiku. Aku sudah punya beberapa teman di sini. Maaf sudah melanggar janjiku untuk menjadi anak baik di hari pertama... Membaca surat singkatmu yang terlihat menakutkan membuatku ragu untuk mengirim surat balasan. Tolong jangan memarahiku nanti.
Aku ingin menjadi kepala sekolah Akademi Easton. Setelah itu menikahlah denganku. Jika tidak mau tidak apa, aku akan menikah dengan temanku di sini.
Terima kasih.
— [Name] —
"Ini sempurna! Terima kasih, Rayne!" [Name] melipat kertas itu dengan rapih dan memasukkannya ke dalam amplop putih tanpa hiasan, "Bagaimana cara mengirim ini hingga sampai ke tangan Kak Orter?"
"Menggunakan burung sihir," Ucap Rayne, "Biarkan aku melakukannya untukmu."
Rayne pun menciptakan burung sihirnya dan mengikat gulungan amplop itu dikaki burung kecilnya, setelah itu membiarkannya terbang di atas langit yang akan membawakan surat itu sampai di tangan Orter.
"Itu akan sampai dalam satu sampai dua hari," Ucap Rayne.
Angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka berdua. Netra [Name] bertatapan langsung dengan netra pria itu yang membuat Rayne termangu.
"Kamu tampan," Ucap [Name] terus terang.
Detik itu juga, rona merah sempurna menyebar secara merata di kedua pipi pria itu.
— Nellswtars —
12 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
- 'M A S H L E
FanfictionBiasanya, buku romansa atau fantasi bertema reinkarnasi berakhir dengan tokoh utama yang mati dan berpindah tubuh menjadi anak-anak. Tetapi terjadi sedikit kontras di sini- dicerita ini. Seorang balita berumur 5 tahun yang bereinkarnasi ke tubuh re...