" Run-up "
Orter benar-benar mempersiapkannya untuk memasuki Akademi Easton. Dia sangat keras dan tegas, bahkan mengambil hari libur hanya untuk mengajari [Name] pengetahuan dasar tentang dunia ini. Dunia yang baru dan asing untuknya. Yah, meski isi pikiran gadis itu bisa Orter tebak hanya ingin bermain-main.
"Tidak perlu menjadi 'Visioner Suci'. Targetmu cukup mempertahankan nilai di Akademi Easton dan lulus. Akademi Easton hanya akan menjadi pengalihmu, sementara aku mencari cara untuk mengembalikanmu ke dunia aslimu," Ucap Orter.
Karena Orter sepertinya menebak jika gadis di depannya ini akan memasuki asrama Adler, melihat sifatnya yang kurang ajar— maksudnya, pemberani dan percaya diri. Mau bagaimanapun, Orter harus melatihnya keras untuk memperbaiki tata kramanya.
Ah, dan mengajarkannya untuk tidak merusak barang. Dia baru saja membelikannya tongkat sihir, ini sudah yang ke-5 kalinya, dan gadis itu berulang kali merusaknya dengan alasan 'tidak sengaja'. Padahal Orter selalu menyaksikannya menggunakan mata kepala sendiri, gadis itu menancapkan tongkat sihirnya ke tanah dan membakarnya seolah itu kayu bakar.
Orter melamun memikirkan banyak hal. Otaknya tidak pernah beristirahat, bahkan saat sedang tidur pun dia akan berpikir di dalam mimpi. Tiba-tiba, di kepalanya sudah diletakkan sebuah mahkota dari rangkaian bunga.
"Aku sayang Orter!"
Gadis itu memeluk Orter dan menyembunyikan wajahnya di dadanya. Dalam segi penampilan, Orter mirip dengan Harry. Tetapi dalam segi treatment, dia mengingatkannya dengan Draco. Anak kecil akan selalu mencari kasih sayang dan atensi dari orang dewasa bukan? Itu simpel, hanya itu yang [Name] lakukan saat ini. Dia ingin diperhatikan dan dimanja.
Orter hanya termenung, tidak membalas pelukannya dan justru menghela napas. Dia pria yang tidak mudah luluh. Sama seperti Draco. Dulu, Draco sangat membenci kehadiran gadis itu yang selalu menggoyahkan reputasi Slytherin. Tapi bersamanya setelah tiga bulan bisa membuat hati seorang Malfoy pun luluh.
"Lepaskan aku, [Name]."
"Tapi aku sayang Orter..."
"Kau selalu mengatakannya. Tolong lepaskan aku."
Dengan enggan gadis itu menarik kembali lengan kecilnya dari pelukan yang manis. Sifat Orter mengingatkannya dengan Draco. Karena itulah dia kini sedikit bergantung dengan pria itu— walaupun Orter selalu memperlakukannya tegas dan berjarak.
Kenyataanya ini bukan dunia dongeng yang bisa meluluhkan siapapun-yang-berhati-dingin hanya dengan kedipan menggemaskan dan sifat polos yang naif. Kita tidak benar-benar bisa membuat seseorang mencintai kita secara tulus hanya karena itu.
Because sincerity is hard to find.
Orter tidak membencinya. Tetapi tidak juga menyukainya. Dia hanya bersikap selayaknya sifat aslinya dan bergerak atas peraturan serta tanggung jawab yang ia pikul.
"Dokter yang kuutus akan datang esok hari untuk memeriksa kondisi fisikmu. Harus dipastikan mampu mengikuti tes dan pelajaran Akademi Easton nantinya," Ucap Orter.
"Oke Kak!"
***
Cahaya hijau redup menyala di ruangan yang tampak hening dan canggung. [Name] mengayunkan kakinya di udara saat dokter yang diutus oleh Orter kini tengah memeriksa kondisi fisiknya.
"Aliran mananya tampak jauh berbeda tetapi tidak akan berdampak apapun pada tubuhnya. Lalu, akan lebih baik jika nona [Name] lebih mengandalkan sihir dibandingkan aktivitas fisik," Jelas dokter utusan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
- 'M A S H L E
FanfictionBiasanya, buku romansa atau fantasi bertema reinkarnasi berakhir dengan tokoh utama yang mati dan berpindah tubuh menjadi anak-anak. Tetapi terjadi sedikit kontras di sini- dicerita ini. Seorang balita berumur 5 tahun yang bereinkarnasi ke tubuh re...