C H A P T E R 20

1.1K 223 11
                                    

" New Spell? "

Mata Abyss melebar. Itu sangat mendadak. Gadis itu keluar dari dalam portal dan mendaptkan luka tusuk yang lebih fatal darinya. Tangan Abyss bergerak menggoyangkan tubuh gadis itu yang tampak tidak bergeming.

"Apa kau mendengarku? Hei..! Hei!"

Suaranya terdengar panik. Dia mengecek denyut jantung sang gadis yang begitu lemah setelah kehilangan banyak darah. Mash langsung melaju cepat dan menyerang serangan Cell War. Dia merogoh kemejanya dan mengeluarkan sapu tangan pink bermotif kelinci dari sana.

"Gunakan ini," Ucap Mash.

Abyss meraihnya dan menempelkan sapu tangan itu di tempat di mana gadis itu mendapatkan luka. Abel juga membantunya, berusaha memastikan gadis itu tetap hidup. Jika bukan karena pengorbanan gadis itu dan Abyss, dia pasti sudah mati.

"Abyss, bagaimana lukamu?" Tanya Abel.

"Aku tidak terlalu terkena dampak serangannya. Lukanya berpusat pada dia dan itu sangat dalam..." Balas Abyss, tangannya bergetar saat dia mencoba untuk menahan sapu tangan sihir itu diluka [Name], berusaha menghentikan pendarahannya sebisa mungkin.

"Wah... aku berbuat kesalahan," Ucap Cell War sambil terus melancarkan serangan yang sama ke arah Mash, "Bisa gawat nih. Visioner Suci itu pasti akan mengingatku."

Mash terus bertahan dari serangan bertubu-tubu Cell War. Meskipun Mash bisa melangkah maju sedikit, tetapi itu hanya akan menghabiskan waktu dan dia tidak akan bisa bertahan.

[Name] mendongak, gila, dia masih bisa sadar setelah serangan fatal itu. Dia menatap pertarungan di depannya. Matanya menunjukkan rasa amarah dan dendam terhadap pria bersurai kuning itu.

Persetan dengan organisasi penjahat. Dia hanya perlu menjadi penjahat yang bersenang-senang sendirian.

Dia mencoba untuk bangkit dari posisinya meski napasnya terengah-engah. Sial. Bahkan dia merasakan jantungnya seperti tidak sanggup untuk memompa darah lagi ke seluruh tubuhnya. Abyss berusaha menahan segala pergerakan dari gadis itu.

"Tolong jangan bergerak, lukamu akan semakin parah!" Ucapnya khawatir.

Tetapi saat ini gadis itu benar-benar dibutakan dendam dan amarah. Dia menulikan pendengarannya dan bergerak maju mendekati Cell War. Cell War yang melihat itu berhenti menyerang dan menatap gadis di depannya dengan senyuman.

"Oh? Baguslah jika aku tidak membunuhmu," Ucap Cell War.

"Av..."

Cell War memiringkan kepalanya bingung, "Av?"

"Avada... Kedavra.."

Itu mantra asing yang bahkan tidak pernah Cell War dengar. Terdengar aneh dan tidak bermakna. Terdengar seperti serangan lemah yang tak mutlak. Lalu, perasaan tidak nyaman apa ini?

Sebelum gadis itu mengangkat tongkat sihirnya, Cell War melancarkan serangan ke arahnya. Mash langsung merebut tubuh gadis itu dan membawanya ke dalam pelukannya. Gadis itu... jatuh tak sadarkan diri.

Cell War sangat yakin. Dalam perbedaan waktu 0,001 sepersekian detik itu... dia merasakan kematian—

—Tepat berada di depan matanya.

Satu butir keringat muncul didahinya. Sampai dibuat berkeringat begini, mantra apa sebenarnya itu? Beruntung dia menghentikannya sebelum gadis itu mengarahkan tongkat sihirnya ke arahnya.

Mash menunduk ke bawah, melihat wajah gadis itu yang terlelap sempurna. Tangannya bergerak menyisir rambut sang jelita yang berada dipelukannya sebelum menyerahkannya ke arah Abyss dan Abel.

"Tolong jaga dia sebentar untukku," Ucap Mash.

Mash sedikit menunduk seolah berkata 'mohon bantuannya.'

Dia kembali bertarung melawan Cell War dengan sedikit bantuan Abel untuk bisa meraih Cell War. Pertarungan itu berakhir saat Cell War mengatakan ada urusan dan harus segera pergi.

"Namaku Cell War. Kita akan bertemu kembali nanti," Ucap Cell War sebelum memasuki lubang portalnya. Mash merasa sedikit lega untuk itu.

Kini Mash kembali beralih pada Abel dan Abyss, "Terima kasih," Mash mengambil tubuh [Name] yang tak sadarkan diri dan mengangkatnya bridal style.

"Aku yang akan membawa Abyss ke rumah sakit," Ucap Abel.

Abyss sedikit tersenyum melihat ke arah Mash, "Mungkin lain kali kita makan kue sus bersama. Lalu... semoga gadis itu baik-baik saja. Saat gadis itu sadar, aku akan mengatakan namaku padanya."

Setelah Abel dan Abyss pergi, Finn, Lemon, dan Dot menghampiri Mash yang masih menggendong tubuh [Name]. Membiarkan kepala gadis itu bersandar di dadanya.

'K-Kutukan Heroine! Aku bukan heroine dunia ini! Aku seperti diselingkuhi!' Batin Lemon.

"Apakah dia benar-benar akan baik-baik saja? Dia ini gadis yang merusak jendela kamar kalian kan?" Tanya Dot.

Finn mengangguk, "Dia juga mengenal kakakku—"

Ucapan Finn terpotong saat orang yang dibicarakan datang terburu-buru. Rayne, wajahnya dipenuhi rasa khawatir dan kilatan marah.

"Apa dia baik-baik saja?!"

"Ah—"

Mash menatap Rayne datar saat pria itu langsung merebut tubuh [Name] dari gendongannya. Rayne beralih menatap mereka, terutama adiknya, Finn.

"Kembalilah ke asrama. Aku akan mengurusnya," Ucap Rayne sebelum merapalkan sihir perpindahan tempat.

Dia bisa merasakan ketegangan disekujur tubuhnya. Tangannya berkeringat saat dia bergetar membawa tubuh tak sadarkan diri gadis itu. Dia takut. Takut akan terjadi sesuatu pada gadis itu. Dia tidak bisa melindunginya dengan baik, bahkan saat gadis itu meminta pertolongannya sebelumnya.

Rayne berdecak kesal, menghina dirinya sendiri, dia benar-benar tidak berdaya.

"Bertahanlah untukku," Dia berbisik pelan dan rendah di telinganya. Tidak peduli jika gadis itu bahkan tidak mendengarnya.

Rayne menatap tubuh sang gadis yang sudah diserahkan pada pihak rumah sakit akademi. Tangannya terkepal erat. Dia bersumpah akan membunuh pria bersurai kuning itu saat takdir mempertemukan mereka lagi nantinya.

Tidak. Tidak perlu menunggu takdir. Jika memang tidak ditakdirkan bertemu dengan pria bersurai kuning itu, makan dia hanya perlu mencarinya sampai mati. Dia akan memburunya seumur hidupnya.

Sementara itu...

[Name] termenung. Lagi-lagi dia berada di ruang hampa, dia hanya melayang di udara, rasanya dia seperti kotoran yang bisanya hanya mengambang.

"Sudah kuputuskan."

[Name] tersenyum jahat, "Akan kubunuh pria itu. Akan kubunuh seluruh anggota organisasinya. Akan kubakar mayat mereka hingga menjadi abu," seringainya menajam.

"Akan kupastikan... akan kupastikan... akan kupastikan..."

"INTINYA AKAN KUPAS—"

Teng!

Ruangan gelap yang begitu hampa dalam sekejap berubah menjadi ruangan putih tanpa batas. [Name] menggaruk tengkuknya kebingungan. Dia tidak lagi melayang, dia sudah menapak di tanah dan kakinya basah terkena air.

Dia berjalan tanpa arah sampai matanya menangkap sebuah kata di bawah kakinya.

"Reborn?"

Saat mengucapkan itu, api biru membakar tubuhnya. Dia terkejut. Benar-benat terkejut. Api biru itu tidak terasa panas, tidak juga dingin. Suhunya normal. Tetapi kulitnya mengelupas dan terbakar.

Eh?

Apa yang terjadi?

Apa dia tidak sengaja mengucapkan mantra sihir terlarang?!

Dia berbaring di atas tanah yang berair, berharap bisa memadamkan apinya. Tetapi itu sia-sia.

Perlahan... tubuhnya menghilang menjadi abu.


Nellswtars —
12 Juli 2024

- 'M A S H L ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang