C H A P T E R 36

922 184 7
                                    

" Obnoxious Magic "

Mereka sampai di sebuah aula besar. Rayne, Finn, Lance, dan Dot bertarung bersama berusaha melawan Doom. Karena Doom adalah kakak tertua dari kelima anak-anak Innocent Zero, sudah jelas jika Doom akan menjadi yang terkuat.

Mungkin yang bisa menandingi Doom hanyalah Mash atau Innocent Zero itu sendiri. Sementara Mash belum sadar dari kondisi hidup dan matinya di rumah Meliadoul.

"Wah, kau! Yang mirip Lord Boros!" Ucap [Name].

Gadis itu melepaskan tangannya dari genggaman Orter. Dia tidak ingin diam saja. Dia ingin bersenang-senang. Mereka semua berusaha menyerang Doom, membuka celah. Tetapi sia-sia, mereka —tidak termasuk [Name]— sudah kelelahan. Stamina dan sihir mereka terkuras habis di pertarungan sebelumnya.

Jelasnya, hanya [Name] yang berada di kondisi terbaik saat ini. Benar! Hanya dia!

Enam lawan satu, dan Doom bisa mengimbangi mereka. Tidak, lima lawan satu. Satu lagi tidak niat untuk bertarung, hanya bermain-main.

Doom menaikkan tingkat presentase penggunaan kekuatan miliknya. Tetapi tetap saja! Pria itu sulit ditangani! Doom menyerang mereka dengan serangan berpola besar. Sebelum gadis itu terkena dampak serangan milik Doom, sebuah tangan kekar bergerak melindunginya.

Tubuh mereka bergelinding di atas tanah, sang pria membenamkan kepala gadis itu di dadanya. Tidak ingin dia terluka.

Dan sebagai gantinya, pria itu terluka begitu parah— Rayne. Orter, Lance, Dot, dan Finn bernasib sama. Gila. Satu-satunya yang tersisa hanya [Name].

"Oi, kau!" Mata Orter dan Rayne terbelalak saat [Name] dengan bodohnya berusaha memancing amarah lawan. Gadis itu sejak awal tidak memiliki sopan santun, maka tidak heran jika saat ini dia mengacungkan jari tengahnya.

"Cepat. Lawan. Aku."

Doom langsung melaju cepat tepat di depan matanya, "Kau adalah makhluk hina yang menolak kematian. Kau pantas mati."

Bugh!

Pedang besar Doom membelah tubuh gadis itu menjadi dua. Manik Rayne terbuka lebar sempurna, sedangkan Orter bahkan tidak sanggup untuk mengatur napasnya lagi.

Tetapi Doom tahu gadis itu masih hidup.

"Reborn."

Api biru menyelimutinya dan perlahan kondisi tubuhnya kembali seperti awal. Hehe. Ini menyenangkan. Wajah Doom hanya berekspresi datar, tetapi gadis itu bisa merasakan amarah Doom yang meluap-luap.

Karena secara tidak langsung, gadis itu mengejek mereka. Tatapan mata dan gayanya seolah berkata 'Di mana Innocent Zero? Suruh dia berhadapan denganku saja sekarang! Kalau kroco kayak kamu, mudah banget matinya. Nanti gak seru, tahu?'

Yah. Tetapi Doom tidak bisa terprovokasi semudah itu. Dia harus tenang— tenang. Tetapi dibilang kroco itu rasanya nggak banget! Doom sudah menentukan cara untuk membunuh gadis itu karena berani menganggapnya sebatas batu loncatan.

Orter dan Rayne sudah pernah melihat sihir reborn gadis itu sekali. Seharusnya mereka tidak perlu khawatir, tetapi tetap aja... Perasaan itu muncul secara konstan.

Doom dan [Name] bertarung dengan sengit di mana Doom menggunakan lima puluh persen kekuatannya. Salah satu serangan besar Doom melempar tubuh gadis itu begitu jauh dan menabrak dinding dengan brutal.

Dia bisa merasakan tulang rusuknya patah. Darah mengalir di sekujur tubuhnya. Tetapi, bagi Doom, sihir gadis itu adalah yang paling menyebalkan. Oleh karena itu Doom tidak memberikannya waktu untuk mengucapkan mantra sihirnya, reborn.

Orter berusaha mengeluarkan sihir pasirnya, berusaha menyelamatkan gadis itu, "Sands..."

Kekuatan Orter terkuras habis. Meski dia berhasil, tetapi itu tidak benar-benar menyelamatkannya. Rayne sendiri berusaha memaksa tubuh babak belurnya bergerak, meraih setidaknya satu helai dari gadis itu.

Mereka merasa tidak berguna.

"Graviole...!"

Sihir Lance sedikit berhasil menghambat Doom. Hal itu membuat [Name] menyeringai bangga, "Reborn."

Api biru kembali menyelimuti tubuh gadis itu dan mengembalikan kondisi tubuh aslinya. Ah.. ini perasaan terbaik. Saat segala rasa sakit dan lukamu terus sembuh tanpa sebuah imbalan. Mungkin ini sudah seperti mendekati keabadian yang Innocent Zero dambakan.

Doom terus menyerangnya tanpa henti, dan [Name] terus beregenerasi tanpa henti. Ini sudah seperti pertarungan dua monster.

"Reborn."

Tangannya terpotong.

"Reborn."

Dadanya tertusuk dan kepalanya dihancurkan.

"Reborn."

Tubuhnya meledak seperti gumpalan daging dan darah.

"Reborn."

Doom merasa jengkel. Tidak ada habisnya. Dia akan menggunakan enam puluh persen kekuatannya jika terus berlanjut seperti ini.

Disaat yang tepat, Ryoh Grantz datang membantu. Panggung utama kini direbut oleh Ryoh yang menguasai medan pertempuran. [Name] berjalan mendekati Lance. Kenapa? Pria itu yang paling tampak menyedihkan kondisinya dibandingkan yang lain.

"Hei, Lance, masih hidup?"

Jari telunjuk [Name] menekan pipi Lance berkali-kali. Tangan Lance dengan lemah menggenggam pergelangan tangan gadis itu dan menariknya menjauh dari pipinya. Dia menggunakan tangan lainnya untuk membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Mengistirahatkan kepala sang gadis di dadanya sambil dia mengelus kepalanya.

Dan Dot adalah yang paling benci dengan pemandangan di depannya ini.

"Brengsek! Dasar bucin brengsek! Kalau mau bermesraan tahu waktu dasar kau brengs—" Ucapan Dot terpotong, "Graviole," Oleh Lance yang menggunakan mantra sihirnya dan membuat Dot terjatuh mencium lantai, "BRENGSEK!"

Perhatian Lance kembali ke arah gadis itu. Dia semakin mendekatkan kepala sang gadis berada di pelukannya. Dia tidak ingin melepaskannya. Bahkan meski sekujur tubuhnya sakit, dia akan lebih merutuki dirinya sendiri jika membiarkan gadis itu terluka lebih dari ini— menghadapi situasi berbahaya.

Tatapan matanya bahkan penuh kelembutan dan teduh. Bulu kuduk Dot berdiri, melihat teman sisconnya itu benar-benar berubah sikap 180° saat berhadapan dengan gadis itu.

Mengerikan. Orang yang jatuh cinta itu memang mengerikan.

Mereka bahkan bisa berubah dan melupakan jati dirinya sendiri, bahkan beberapa dari mereka membuang harga dirinya hanya untuk seseorang yang mereka cintai. Mengerikan.

Grasp!

Tangan Rayne meraih jubah asrama Lang yang dikenalan gadis itu. Tatapan datar Rayne beradu dengan Lance. Rayne menarik tubuh gadis itu untuk berada di pelukannya, sementara Lance berusaha menahan kepemilikannya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Lance datar.

"Berikan padaku."

"Tidak. Cari orang lain."

"Tidak."

"Oi, yang benar saja?" Gumam Dot tidak tahu harus berbuat apa.

Orter memisahkan mereka berdua, "Diamlah."

Seketika Dot menghela napas lega karena itu, "Akhirn—" Tidak jadi. Dot menarik ucapannya kembali saat Orter tidak jauh berbeda. Berusaha menarik gadis itu dari tangan Rayne dan Lance lalu menguasainya, "Sial. Apa yang kuharapkan?"


Nellswtars —
15 Juli 2024

- 'M A S H L ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang