C H A P T E R 21

1.1K 236 22
                                    

" Unrivaled Figure "

[Name] terbangun di atas kasur ruang rawat Akademi. Napasnya terengah-engah. Dia melihat ke arah kedua tangannya dan sekujur tubuhnya, matanya melebar tidak percaya. Semua lukanya hilang. Bahkan luka tusuk yang begitu dalam dan luka gores yang tipis juga menghilang.

Dia seperti terlahir kembali, memulai semuanya dari awal. Apa yang sebenarnya terjadi? Dia yakin tubuhnya terbakar api biru yang tidak bisa dipadamkan sampai dia menjadi abu. Tidak mungkin jika itu hanya mimpi buruknya. Itu terlalu nyata untuk sekedar mimpi buruk.

Dia menolehkan kepalanya ke samping, Rayne, pria itu tertidur di kursi. Tidurnya tampak sangat tenang.

[Name] melihat ke arah kedua tangannya lagi. Dia ingin memastikan satu hal— bahwa itu bukan sekedar mimpi. Bahwa itu hal yang nyata tetapi terjadi di alam bawah sadarnya.

"Reborn."

Manik matanya melebar saat api biru yang sama kembali muncul dan menyelimuti tubuhnya. Perlahan tubuhnya terbakar menjadi abu dan menghilang.

Semuanya menjadi gelap.

Sampai [Name] membuka kelopak matanya dan dia masih berada di kasur ruang rawat yang sama. Rayne juga masih ada di sana, tertidur dalam posisi duduk.

Sihir ini tidak pernah ada di Hogwarts. Bahkan Profesor siapapun itu tidak pernah mengajarkannya. Draco juga. Di buku terlarang yang berisi mantra-mantra sihir berbahaya juga tidak tertera di sana meski [Name] sudah membacanya berulang kali secara sembunyi-sembunyi.

"Hmm..." Kepalanya sakit karena dipakai berpikir begitu keras. Aah.. dia benci berpikir. Dia meraih tongkat sihirnya dan bergumam sesuatu untuk dicoba, "Opti Ars."

Lagi. Kejadian yang sama kembali terulang. Jantungnya berdegup sakit dan darah mulai mengalir dari hidungnya. Dia tetap tidak bisa menggunakan sihir dari dunia ini, dan peraturan itu tidak bisa diubah. Kepalanya terasa pening, seperting ditusuk ribuan jarum. Tetapi kali ini dia tidak sampai pingsan, itu artinya fisiknya menjadi sedikit lebih kuat.

Dia menghela napas tenang. Maniknya menatap bulan dengan bentuk bulat sempurna di luar jendela. Jika dipertempuran akhir itu dia bisa sadar lebih lama... dia pasti sudah membunuh Cell War.

Tiba-tiba, sebuah tangan besar menangkup kedua pipinya. Kepalanya ditolehkan dengan lembut untuk menatap mata sang jejaka. Tatapan pria itu tampak bergetar dihadapannya.

Dia tidak tahu harus berkata apa. Rayne, pria itu mendekatkan wajahnya dan merasakan bibir gadis itu dibibirnya tanpa aba-aba.

Malam ini begitu tenang. Bahkan suara angin ikut terdengar. [Name] bisa merasakan jantung pria itu yang berdegup kencang. Rayne melepas ciumannya dan menyatukan dahi mereka bersama. Dia menghembuskan napas hangat.

"Kau membuatku khawatir..."

Pria itu membawa [Name] ke dalam pelukannya. Meletakkan dagunya di atas kepala sang gadis saat tangannya bergerak mengelus kepala gadis itu. Kekhawatirannya berkurang dan hatinya menghangat. Meski dia sedikit malu sudah bertindak begitu berani untuk menciumnya tanpa izin.

"... Maafkan aku. Maafkan aku membuatmu terluka."

[Name] tidak membalas apapun. Dia hanya termangu di dalam dekapan hangatnya. Yah, setiap kejadian pasti selalu ada makna dibaliknya. Jika Rayne berhasil menyelamatkannya, mungkin saja dia tidak akan mendapatkan mantra sihir baru... 'Reborn'.

Lalu satu hal lagi.

"Kau baru saja menciumku."

Rayne mengeratkan pelukannya saat gadis itu mengatakannya dengan terus terang. Dia menyembunyikan wajah meronanya dihelaian rambut sang gadis.

- 'M A S H L ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang