Prolog

452 26 2
                                    

TOK! TOK!

Suara pintu diketuk, oleh dua remaja yang sekarang sedang berdiri di depan pintu.

"Eh Blaze, Thorn ada apa Nak" Ucap Mecha, sambil mengelus pucuk kepala Thorn.

"Om, gimana, Om udah tahu apa yang membuat permasalahan terjadi antara Bang Gempa dan Bang Upan?"Tanya Blaze, to the point tentang maksudnya mengetuk pintu.

"Iya, Om udah tahu, dan Om akan cerita ke kalian, tapi kalian harus janji, setelah Om cerita kalian jangan ada yang berpihak ke siapapun, baik itu ke Gempa ataupun ke Taufan. Kalian hanya perlu terima apapun keputusan mereka" Ucap Mecha menasehati.

****
Setelah Mecha cerita....

"Jadi, Bang Hali minta kita semua balik ke Jakarta, dan Bang Gempa langsung terima tawarannya, dan daftarin kita semua ke sekolah yang ada di Jakarta, tanpa sepengetahuan Bang Upan?" Tanya Blaze.

"Tapi sekarang, kan Bang Upan udah tahu, terus dia nggak setuju dan akhirnya berseteru sama Bang Gempa" Ucap Thorn berpikir keras.

"Apa yang dilakukan Gempa itu memang salah, dia sudah membuat Taufan jadi merasa tersinggung karena, merasa Gempa tidak memerlukan pendapatnya sebagai seorang kakak, dan otomatis Taufan berpikir bahwa Gempa tidak menghormatinya sebagai seorang kakak" Ucap Mecha menyimpulkan.

"Kalau gitu kita harus bantu mereka baikkan" Ucap Thorn bersemangat.

****
Gempa baru saja pulang bersama Ocobhot, dia baru saja selesai mengikuti ekstra jurnalistik.

"Bang Gem, sini deh ikut Thorn" Ucap Thorn memaksa Gempa yang masih duduk di sofa untuk berdiri dan berjalan mengikutinya.

"Ochobot aku naik dulu ya" Ucap Gempa yang langsung berjalan menuju tangga mengikuti Thorn.

****

Sementara di kamar Taufan....

"Ayolah Bang, please, masa lo nggak kangen sih sama mereka, jujur gue sedih lo karena gue harus pisah dari Ice" Ucap Blaze tertunduk.

"Oke gue setuju pindah ke Jakarta. Tapi...."

"Tapi apa Bang?" Tanya Gempa tiba-tiba nyelonong masuk.

"Lo tuh ya benar-benar, nggak punya sopan santun, masuk kamar orang aja main nyelonong kayak gitu. Sepertinya lo emang udah nggak hormat lagi sama gue Gem?" Tanya Taufan frustasi.

"Maaf Bang, aku Reflek. Soal yang tadi, apa benar Bang Upan setuju untuk pindah ke Jakarta?" Tanya Gempa.

"Nih.." Ucap Taufan melemparkan sebuah Brosur, ke arah Gempa.

"Ini kan Brosur apartemen, Bang Upan, sewa apartemen, tapi kenapa?" Tanya Gempa heran.

"Iya gue emang setuju untuk pindah ke Jakarta, tapi hanya untuk sekolah, bukan untuk tinggal bareng sama mereka" Ucap Taufan tegas.

"Tapi... Bang" Tanya Gempa.

"Tidak ada tapi, lo ikutin ide gue, atau kita nggak usah ke Jakarta?" Ancam Taufan.

Semuanya hanya bisa, mengangguk setuju.

****
Keesokan paginya adalah hari Minggu....

Akhirnya mereka semua tiba di Jakarta, Mecha mengantarkan mereka agar sampai dengan selamat ke apartemennya.

"Apa nggak sebaiknya kamu kembali ke keluarga kamu Fan? Kamu nggak lihat wajah mereka yang sudah seperti orang tertekan?" Tanya Mecha Khawatir.

"Aku pasti akan balik kesana Om, tapi untuk sekarang nggak dulu, Upan janji kalo Upan udah siap ketemu mereka, Upan akan bawa mereka semuanya kembali ke rumah Ayah" Ucap Taufan lalu salim dengan Omnya, tak lupa Taufan juga menyuruh adik-adiknya melakukannya.

"Kalian istirahat aja dulu, Abang mau cari makan keluar buat nanti kita makan malam, Abang cuma sebentar kok, jadi kalian jangan kemana-mana ya" Ucap Taufan.

"Huh..., Sampai kapan sih kalian mau marahan kayak gini?" Tanya Blaze, mulai frustasi melihat kakak-kakaknya saling membenci. Dia menghembuskan nafas, lalu memejamkan matanya, dan mulai masuk ke alam mimpi. Dengan menempatkan setengah badannya di kasur, dan kaki yang menggelantung di sisi tempat tidur.





Dikit-dikit dulu ya
Semoga update nya bisa tiap hari

Happy reading ya guys

See you

👋😁

SAVIOUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang